Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syekh Kabbani adalah khalifah ordo Haqqani di Amerika Serikat, yang sejak 11 hingga 19 Oktober lalu berkunjung ke Indonesia, termasuk bertemu dengan Presiden Abdurrahman Wahid. Kabbaniulama asal Beirutadalah sufi berlatar pendidikan agama dan sains modern. Selain mengantongi ijazah bidang teknik kimia dari American University of Beirut dan ilmu kedokteran dari University of Louvain, Belgia, ia mendalami ilmu syariah di Universitas Al Azhar, Mesir. Untuk tasawuf, Kabbani antara lain berguru ke Syekh Muhammad Nazim Alhaqqani, pemimpin tertinggi ordo Naqsyabandi internasional. Nama Haqqani dinisbahkan ke sufi yang diakui sebagai pembaru tasawuf untuk masyarakat modern itu.
Reputasi Kabbani dalam berdakwah cemerlang. Ceramahnya berhasil menembus dinding kampus-kampus terkenal seperti Universitas California Berkeley, Stanford, dan Harvard. Sejumlah buku pun ditulisnya. Lebih dari 20 ribu orang nonmuslim di Amerika Serikat telah digandengnya untuk masuk Islam dan bergabung dengan ordo itu. Berbagai pusat berzikir (zawiah) dia dirikan di berbagai kota di AS. Bahkan, keluarga Bill Clinton pernah menyelenggarakan perayaan Idul Fitri bersamanya. "Dia orang suci," kata Kiai Habib Luthfi bin Yahya, Ketua Umum Jam'iyah Ahli Thariqah Almu'tabaroh Annahdliyah, payung organisasi tarekat di Indonesia, tentang Syekh Kabbani.
Namun, gebrakan Kabbani yang mendunia adalah penciptaan kios internet Haqqani Homepage pada 1990. Situs Islam yang, menurut Kabbani, pertama dan terlengkap itu berhasil menyedot sekitar 3 juta orang per bulan. Termasuk sebagai tokoh agama dunia yang bersentuhan dengan teknologi internet, Kabbani menjadi bahan kajian Jeff Zaleski, redaktur majalah Publishers Weekly, dalam buku Spiritualitas Cyberspace (Mizan, Bandung, 1999). "Internet adalah energi. Dan spiritualitas selalu bersifat teknologi tinggi," kata Kabbanisikap yang berseberangan dengan kebijakan sejumlah negara Islam, misalnya Arab Saudi, yang "menyensor" internet karena alasan pornografi.
Di sela-sela kegiatannya di Jakarta, wartawan TEMPO Iwan Setiawan mewawancarainya. Petikannya:
Apa misi Haqqani di internet?
Misi kami menyebarkan Islam. Lewat internet, kami ingin menyebarkan perdamaian, cinta, dan toleransi. Kami ingin meluruskan citra Islam di mata Barat. Sebagian masyarakat Barat menganggap bahwa Islam adalah agama yang keras, yang menghalalkan teror untuk meraih tujuannya.
Sebagian ulama menganggap dampak negatif internet lebih banyak dari dampak positifnya .
Saya tak setuju karena internet jelas mempunyai dampak positif yang lebih besar dari negatifnya. Jangan lupa, semua hal pasti punya sisi buruk dan baiknya. Jadi, tergantung manusianya.
Apa dampak positif internet?
Internet lebih praktis dan mampu memberikan berbagai info bagi semua orang, khususnya nonmuslim yang ingin mengetahui Islam. Informasi itu tidak bisa dimuat dalam sebuah buku saja. Web-site kami terhubung ke berbagai situs Islam, sehingga merupakan salah satu yang terbesar dan terlengkap, bahkan lebih besar dibandingkan dengan CNN. Web-site kami (sejak 1990) termasuk yang pertama yang memuat informasi Islam secara komprehensif dan lengkap, memiliki lebih dari 100 ribu halaman yang berisi berbagai info mengenai Islam. Pengunjung web-site kami bukan hanya perorangan, tapi juga para birokrat, politisi, bahkan dinas rahasia berbagai negara.
Apa tanggapan pengakses situs Anda?
Kami menerima e-mail dan telepon yang tak terhitung jumlahnya. Mereka mengirimkan berbagai tanggapan, dari pertanyaan tentang suatu hal hingga keinginan untuk masuk Islam dan bergabung dengan tarekat kami. Artinya, ada proses pendidikan di sini. Sebelumnya, banyak orang beranggapan bahwa Islam itu dekat dengan terorisme. Anggapan itu kemudian ternyata tidak benar. Akhirnya, mereka paham bahwa Islam adalah agama yang membawa kedamaian bagi semua manusia. Hal ini kan baik.
Apakah setiap orang, termasuk nonmuslim, bisa mempelajari tasawuf lewat web-site Anda?
Ya. Mengapa tidak? Setiap orang yang ingin mempelajari tasawuf dapat melihatnya dalam web-site kami. Tasawuf adalah intisari yang terdalam dari Islam. Islam itu terbuka, sehingga siapa pun bisa mempelajarinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo