Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tahun sepi transmigrasi

Anggaran untuk proyek-proyek transmigrasi terpotong 50%. dengan keterbatasan dana, pemerintah mengharap tumbuhnya transmigrasi spontan atau swakarsa. beberapa proyek transmigrasi dibatalkan. (nas)

6 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHUN ini tahun sepi transmigrasi "Dana untuk proyek-proyek transmigrasi tahun ini terpotong hampir 5 persen," ujar Menteri Transmigrasi Martono. Artinya, bila tahun-tahun sebelumnya anggaran departemen yang mengusahakan penyebaran penduduk di luar Pulau Jawa ini sekitar Rp 400 milyar, kini hanya tinggal Rp 200 milyar. Apa yang bisa diperbuat Martono dengan anggaran sebesar itu? Lewat departemen ini pemerintah mengharapkan kepadatan penduduk di Pulau Jawa bisa dikendalikan dengan menyebarkannya di pelbagai pula di luar Jawa. Berbagai target memang harus dicapai dalam kondisi anggaran normal. Tetapi pemerintah agaknya realistis melihat kemampuan keuangannya yang pas-pasan. Maka, bila, misalnya, target untuk Ir-Ja sebanyak 2.000 kk setahun, untuk kali ini ambisi itu agak direm. Hingga kini, pemerintah sudah berhasil memindahkan penduduk ke pulau di ujung timur Indonesia itu 15.000 kk. Padahal, menurut rencana, dalam Pelita IV (1984/1985-1988/1989) target yang harus dicapai tak tanggung-tanggung: 137 000 kk, atau hampir 700 ribu orang. Martono mengakui, akibat terbatasnya anggaran, "Target yang tak tercapai tak hanya di Irian Jaya saja. Tapi hal yang sama juga terjadi pada lokasi lain." Seperti di Kalimantan Timur, misalnya. Tahun lalu, tersedia dana Rp 26,5 milyar untuk 14 proyek. Kini, hanya Rp 4 milyar, untuk dua proyek. Bahkan, beberapa proyek seperti di Talisayan, Kabupaten Berau, yang direncanakan bisa menampung 874 kk dibatalkan. Juga lokasi di Muara Ancalong, Kabupaten Kutai, yang untuk 800 kk. Dengan terus terang Martono mengaku bahwa prestasi departemennya, "Tahun ini akan rendah, tak seperti yang sudah-sudah." Tetapi beberapa pembangunan infrastruktur masih tetap akan dijalankan. Seperti persiapan dan pembuatan permukiman baru, juga pemetaan lahan baru, terutama di Sum-Sel, Jambi, Kal-Tim. Kegiatan itu dimungkinkan tetap berjalan dengan dana bantuan dari Bank Dunia dan negara-negara seperti AS, Jer-Bar, dan Jepang. Besar bantuan itu, mulai Pelita I hingga kini, sekitar US$ 600 juta, "Antara US$ 400 juta dan US$ 500 juta berasal dari Bank Dunia," kata Martono. Dengan keterbatasan dana pemerintah, Martono mengharap tumbuhnya transmigrasi spontan atau swakarsa. "Pemerintah akan memberi bantuan biaya hidup untuk 4-6 bulan, dan menyediakan rumah sederhana," ujar Menteri Transmigrasi. Tahun ini agaknya tahun sepi transmigrasi Anggaran yang ada akan diprioritaskan untuk membiayai proyek-proyek yang sudah ditempati, pembukaan lahan baru tak akan dilakukan "Untuk sementara, program transmigrasi dihentikan," ujar Martono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus