Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jenewa - Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menunjukkan penyandang disabilitas berisiko kematian dini dan penyakit lebih tinggi. Laporan Global tentang kesetaraan kesehatan untuk penyandang disabilitas yang diterbitkan WHO menunjukkan ketidaksetaraan kesehatan yang sistemik membuat penyandang disabilitas menghadapi risiko kematian hingga 20 tahun lebih awal daripada orang tanpa disabilitas.
Penyandang Disabilitas Berisiko 2 Kali Lipat
"Mereka memiliki peningkatan risiko kondisi kronis yang lebih besar, hingga dua kali lipat risiko asma, depresi, diabetes, obesitas, penyakit mulut, dan stroke. Banyak perbedaan dalam hasil kesehatan tidak dapat dijelaskan oleh kondisi atau gangguan kesehatan yang mendasarinya, tetapi oleh faktor-faktor yang dapat dihindari," tulis laporan WHO seperti yang dikutip dari situs resmi WHO, Jumat, 2 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan yang diluncurkan saat Hari Disabilitas Internasional ini menunjukkan jumlah penyandang disabilitas yang signifikan di seluruh dunia telah meningkat menjadi 1,3 miliar (atau 1 dari 6 orang). Angka ini menunjukkan pentingnya partisipasi seutuhnya dari penyandang disabilitas di semua aspek kehidupan masyarakat dan perlunya praktek baik inklusi, aksesibilitas dan non-diskriminasi di bidang kesehatan.
Kesenjangan Pelayanan Kesehatan
Faktor utama penyebab kesenjangan dalam pelayanan kesehatan adalah ketidaksetaraan. Faktor ini yang menyebabkan banyak perbedaan hasil kesehatan antara penyandang disabilitas dan non-disabilitas. Ketidaksetaraan tersebut dapat berupa:sikap negatif penyedia layanan kesehatan, informasi kesehatan dalam format yang tidak dapat diakses penyandang disabilitas, atau kesulitan mengakses pusat kesehatan karena lingkungan fisik, kurangnya transportasi atau hambatan keuangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sistem kesehatan harus meminimalisir tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas, bukan menambahnya,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. “Laporan ini menyoroti ketidakadilan yang dihadapi penyandang disabilitas dalam upaya mengakses perawatan yang mereka butuhkan. WHO berkomitmen untuk mendukung negara-negara dengan panduan dan alat yang mereka butuhkan untuk memastikan semua penyandang disabilitas memiliki akses ke layanan kesehatan yang berkualitas,” ujarnya menambahkan.
Dengan perkiraan 80% penyandang disabilitas tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan layanan kesehatan terbatas, mengurangi ketidaksetaraan kesehatan adalah sebuah tantangan. Kendati demikian, melalui sumber daya yang terbatas, banyak hal tetap dapat dilakukan.
WHO mendorong peluang sektor kesehatan yang inklusif disabilitas dengan menyadari bahwa setiap orang memiliki hak yang sama atas standar kesehatan tertinggi. Lantaran itu, laporan ini memberikan analisis ekonomi yang penting untuk mengadopsi pendekatan inklusif disabilitas. Laporan ini menunjukkan bahwa berinvestasi di sektor kesehatan yang inklusif disabilitas tidak memakan biaya yang besar namun memiliki hasil yang efektif.
Pencegahan Penyakit Tidak Menular
WHO menghitung bahwa pemerintah dapat mengharapkan pengembalian sekitar US$10 untuk setiap US$1 yang diinvestasikan pada pencegahan dan perawatan penyakit tidak menular secara inklusif disabilitas. Selain itu, perhitungan ini juga dapat diterapkan secara lebih hemat pada program keluarga berencana dan vaksinasi.
Laporan ini menguraikan 40 tindakan lintas sektor kesehatan yang harus diambil oleh pemerintah, berdasarkan bukti terbaru dari studi akademik serta konsultasi dengan negara dan masyarakat sipil, termasuk organisasi yang mewakili penyandang disabilitas. Tindakan ini bervariasi berdasarkan tingkat sumber daya serta infrastruktur fisik hingga pelatihan petugas kesehatan dan perawatan.
Memastikan pemerataan kesehatan bagi penyandang disabilitas juga akan memiliki manfaat yang lebih luas dan dapat memajukan prioritas kesehatan global dalam 3 cara yaitu pemerataan kesehatan untuk mencapai cakupan kesehatan universal, intervensi kesehatan masyarakat inklusif dapat berkontribusi pada populasi yang lebih sehat, dan memajukan pemerataan kesehatan bagi penyandang disabilitas merupakan komponen utama dalam upaya melindungi orang dengan keadaan kesehatan darurat.
“Menangani ketidaksetaraan kesehatan bagi penyandang disabilitas menguntungkan semua orang,” kata Bente Mikkelsen, Direktur WHO untuk Penyakit Tidak Menular. Orang lanjut usia, orang dengan penyakit tidak menular, migran dan pengungsi, atau populasi lain yang sering tidak terjangkau, dapat memperoleh manfaat dari pendekatan inklusi disabilitas di sektor kesehatan.
Mikkelsen menambahkan WHO mendesak pemerintah, mitra kesehatan, dan masyarakat sipil untuk memastikan semua tindakan sektor kesehatan mengikutsertakan penyandang disabilitas atas standar kesehatan tertinggi.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.