Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada atau UGM menemukan potensi asam humat dari senyawa batu bara di Riau. Ferian Anggara dan timnya mengubah senyawa batu bara dari Peranap, Riau yang berkalori rendah menjadi produk asam humat yang bernilai jual tinggi. Asam humat adalah satu dari tiga komponen penyusun atau tanah yang memiliki tingkat kesuburan tinggi atau disebut juga dengan humus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Umumnya, asam humat hanya didapatkan dari ekstraksi pelapukan bahan organik dalam humus. Akan tetapi, hasil penelitian tim menemukan senyawa pembentuk asam humat dari hasil pengolahan batu bara berkalori rendah. Asam humat tersebut memiliki kemampuan dalam meningkatkan kesuburan tanah bagi tumbuhan. Hasil penelitian Ferian cs dipresentasikan pada 19 Desember 2023 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lewat risetnya, Ferian mengungkapkan bahwa ekstraksi satu ton batu bara di Peranap mampu menghasilkan 50 persen asam humat atau setara dengan 500 kilogram. Proses pengolahan batu bara dimulai dari penggilingan atau grinding, ekstraksi, hingga pengeringan dan menghasilkan produk humat. Hasilnya, didapatkan 45,12 persen kadar dry basis dan kadar air sebesar 11,65 persen. Sementara itu, produk sampingan yang dihasilkan berupa asam fulvat cair dan briket. Selain itu, sisa pengolahan juga dapat berupa batu bara dengan jumlah kalori yang signifikan.
Namun, kata Ferian, asam humat bukanlah pupuk. Ketika proses pemupukan dilakukan secara masif, maka tanah cenderung akan mengeras. "Artinya, tidak hanya pupuk yang dibutuhkan oleh tanah, tapi juga pembenah tanah dalam hal ini humus dan asam humat ini adalah humusnya. Dia memberikan unsur karbon yang nantinya akan memberi banyak fungsi,” kata Ferian, dikutip dari laman resmi UGM pada Jumat, 22 Desember 2023.
Asam humat yang terkandung di dalam humus bagi media tanam bermanfaat meningkatkan penyerapan unsur hara, retensi air, serta meningkatkan kapasitas pertukaran kation. Ketika tanah sudah menjadi keras dan jenuh, kemampuan permeabilitas asam humat mampu mengeluarkan senyawa yang tidak dibutuhkan.
“Jadi, tanah itu nantinya tidak menjadi keras, tapi dia memiliki kegemburan tertentu. Penetrasi udara, penetrasi karbon itu nantinya bisa ada di situ sebagai satu simbiosis untuk tanaman bisa bertumbuh dengan baik,” ujar Ferian.
Potensi yang menjanjikan
Ia memperkirakan potensi pasar asam humat bisa memenuhi kebutuhan 50 juta hektare lahan. Angka ini ia prediksi akan terus bertumbuh. Meski belum sepenuhnya terealisasikan, namun Ferian mengatakan jumlah tersebut sangat realistis jika menghitung lahan produktif di Indonesia dan total produksi asam humat per tahun. Angka produksi asam humat dari batu bara, khususnya Peranap diprediksi mencapai 400 ribu ton per tahun.
Hasil penelitian Ferian dan tim menggambarkan potensi yang cukup menjanjikan. Selain itu, program ini juga sejalan dengan Program Peningkatan Nilai Tambah batu bara melalui Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Batu Bara. Inisiasi ini mendorong upaya penyelamatan industri batu bara yang belakangan melandai akibat transisi ke sumber energi ramah lingkungan.
PT. Bukit Asam, pemilik IUP Peranap sendiri menyatakan bahwa mereka kesulitan menjual batu bara di tengah jumlah produksi yang meningkat. Ferian menyebutkan, perlu adanya kerja sama dalam hal ini. “Kerja sama yang sudah terjalin antara pemerintah, lembaga penelitian, dan industri. Harapannya tidak berhenti di sini saja. Semoga nantinya bisa benar-benar terealisasi dan memberikan dampak untuk industri agro dan produk-produk di luar negeri juga,” kata Ferian.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat produksi batu bara meningkat hingga 627,24 juta ton. Pemerintah berencana mengekspor produksi batu bara di tengah merosotnya harga pasar batu bara. Apalagi, jenis batu bara yang diproduksi di Indonesia masih tergolong berkalori rendah dan punya nilai jual yang rendah pula.
Pilihan Editor: BMKG Prediksi Hujan akan Turun Saat Natal 2023 di Wilayah Ini