Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tumpeng untuk 1 juni

Peringatan hari lahir pancasila 1 juni 1991 lebih meriah. ada ceramah roeslan abdulgani, seminar pengamalan pancasila dan "tumpengan" di rumah nyonya supeni dengan doa dipimpin h. hasan basri.

8 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni, kali ini lebih meriah. Ada tumpeng dan doa dari Ketua MUI. PERINGATAN Hari Lahir Pancasila tahun ini nampaknya lebih istimewa dibandingkan tahun-tahun lalu. Di Jakarta saja, setidak-tidaknya ada di tiga tempat. Yang paling "meriah" perayaan yang diselenggarakan Yayasan Mas Mad di Gedung Veteran Graha Purna Yudha, Minggu malam lalu. Lebih dari dua ribu undangan yang datang. Separuhnya adalah anak-anak muda. "Kami memang menyebar undangan ke sekolah-sekolah dan perguruan tinggi," kata Suyono, Sekretaris Umum Yayasan Mas Mad. Ini tentu istimewa, karena tahun-tahun sebelumnya, perayaan 1 Juni ini selalu diadakan di sekretariat yayasan Jalan Tirtayasa, Jakarta Selatan, dengan pengunjung yang terbatas. "Tahun ini kami memperoleh izin polisi untuk memakai tempat ini," kata Suyono lagi. Yayasan Mas Mad, yang didirikan oleh eks Tentara Pelajar/Pelajar Pejuang Kemerdekaan Brigade 17 itu, memang rutin memperingati Hari Lahir Pancasila. Para undangan disambut remaja-remaja yang mengenakan seragam panjang berwarna putih dengan lilitan kain merah di lehernya. Pengunjung bervariasi, ada politikus, pengusaha, pensiunan, dan juga pelawak. Terlihat putra-putri almarhum Bung Karno seperti Rahmawati, Sukmawati, Megawati, dan Guruh. Juga hadir tokoh tua seperti Hardi, Mashuri, dan penanda tangan Petisi 50 seperti Ali Sadikin dan Slamet Bratanata. Dari kalangan politikus hadir bekas Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan, H.J. Naro, yang kini masih menjabat Wakil Ketua DPR/MPR. "Karena saya diundang, maka saya datang," jawab Naro. Sampai acara usai, ia duduk bersisian dengan Ali Sadikin di deretan kursi paling depan. Sering mereka terlihat berbisik-bisik, entah apa yang dibicarakan. Tarzan, pelawak yang pernah top di masa jaya Srimulat, tampak mengikuti upacara sampai selesai. Adapun Ketua Umum PDI Soerjadi justru tak nampak. Pokok acara adalah ceramah Roeslan Abdulgani yang kali ini dibawakan dengan amat santai. Ia membacakan dan mengomentari pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 di hadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dengan tegas Roeslan menyebut Bung Karno sebagai penggali Pancasila. Ucapan ini disambut tepuk tangan gemuruh hadirin. Tepuk tangan juga terdengar manakala Roeslan menyebut kehebatan Bung Karno lainnya di sekitar kelahiran Pancasila. Ia membacakan surat kesaksian Radjiman Wedijodiningrat, Ketua BPUPKI, tentang peranan Bung Karno itu. "Saya pernah bertemu dengan seorang profesor wedok (perempuan) yang mengatakan bahwa bukan Bung Karno yang menggali Pancasila. Barangkali dia tidak pernah dililing (dirayu) Bung Karno," seloroh Roeslan, yang disambut gerr. Peringatan di ruang Sarbini Gedung Veteran ini diakhiri dengan pertunjukan musik dan tari oleh GSP Group asuhan Guruh Sukarno Putra. Di kampus Universitas 17 Agustus (Untag), Sunter Permai Raya, Jakarta Utara, perayaan tepat dilakukan 1 Juni, Sabtu pekan lalu. Acara dilanjutkan dengan seminar tentang "Pengamalan Pancasila" dengan tiga pembicara: Prof. Usep Ranuwidjaja, Dahlan Ranuwihardjo, dan Dr. Anhar Gonggong. Para mahasiswa yang kebanyakan berjaket merah menghadiri upacara itu di aula rektoriat yang panas tanpa AC. Meriah dan khas mahasiswa. Yang adem tapi tak kalah khidmat adalah Sabtu malamnya, di rumah Nyonya Supeni, bekas duta besar keliling zaman Orde Lama, di Jalan Sriwijaya. Dikunjungi sekitar 50 orang, puncak upacara hanyalah "tumpengan". Hadir antara lain Roeslan Abdulgani, Abdul Madjid, putra-putri Bung Karno, Ketua MUI K.H. Hasan Basri yang kemudian diminta memimpin doa. Priyono B. Sumbogo, Bambang S., dan Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus