Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Umar sanusi ada di sini

Wringintelu desa yang berhasil membangun di bawah kepala desa umar sanusi. memenangkan lomba desa tingkat propinsi, bahkan tempat belajar kepala desa seluruh indonesia.

17 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBELUM zaman orde baru Wringintelu yang termasuk daerah Kecamatan Puger, 35 kilometer dari kota Jember dikenal sebagai desa yang rawim. Karena di sini terdapat banyak tokoh maling, di samping menjadi sarang bromocorah (penjahat) dan tempat berkembangnya PKI/BTI. Ketika kabupaten Jember dipimpin oleh seorang bupati bernama Abdulhadi, Letkol bekas Komandan Kodim 0824, maka di awal zaman orde baru itu sejumlah kepala desa diganti. Yang terkenal dengan banyak kriminalitasnya diganti oleh anggota Polri, sedang di basis PKI diganti oleh anggota Angkatan Darat. Desa Wringintelu mendapat kepala desa bernama Pelda) Umar Sanusi yang semula aktif di dinas Hiburan Brigif-9. Maka sejak tanggal 1 Oktober 1967, Umar Sanusi bertugas memimpin desa ini. Suasana baru terasa. Hampir setiap hari warga desa diharuskan kerja bakti. Bengkok kepala desa beserta kerawatnya seluas 19,5 hektar disewakan sebagai modal pembangunan. Sebagai langkah pertama dibangunlah kompleks balai desa lengkap dengan poliklinik, pos Hansip,tempat ibadah dan taman kanak-kanak Kemudian kerja bakti dilakukan terus menerus untuk menertibkan jalan desa. Dua tahun berikutnya, desa dengan 4.906 jiwa yang tersebar dalam 39 RT dan 3 pedukuhan ini keluar sebagai juara pertama lomba desa se Jawa Timur. Dalam waktu yang relatif pendek, dengan susah payah masyarakat desa ini sendiri memang merasa desa ini mulai teratur rapi. Bahkan di tiap RT terdapat lumbung paceklik yang berasal dari sumbangan masyarakat sendiri. "Kalau ada yang bilang kepala desa bertangan besi memimpin desa ini, berarti dia PKI," demikian kata Umar Sanusi pada waktu itu setelah memenangkan lomba desa tingkat Propinsi. Semua Takut Dalam perjalanan tak resmi, Presiden Soeharto sempat bermalam di salah sebuah rumah penduduk desa ini. Kekaguman Presiden akan kemajuan desa ini bukan saja mengangkat nama Umar Sanusi, tapi juga nama daerah Jember. Umar Sanusi dalam sebuah sidang DPR dianugerahi Satya Lencana Pembangunan, bahkan diangkat menjadi anggota MPR, sampai sekarang. Sejak itu, Wringintelu menjadi kancah tempat ngangsu kawmh (menimba pengetahuan) para kepala desa di seluruh Indonesia. Bahkan mengundang banyak pejabat Pusat untuk mengunjunginya. Sebagai imbalannya, maka pembangunan terus menerus dilakukan mulai dari membangun jalan-jalan baru, memberikan latihan bagi ibu-ibu dan pramuka, membuat banyak rumah sehat, sampai membuat pemandian sapi. Pada tahun 1973 desa ini malahan menjadi tamu kontak tani dari seluruh Indonesia. Kekerasan pribadi Umar Sanusi untuk membangun desa ini ternyata bukan main. Sampai-sampai tak sedikit warganya yang mengajukan untuk pindah dari sana. Tentu saja kepala desa tidak mengizinkan. Ada juga guru-guru yang minta pindah, karena setiap hari ada saja beban desa yang dipikulnya. Bahkan Carik I yang sudah tidak tahan lagi bekerja di bawah pimpinannya, minggat ke Semarang. Seorang penduduk yang amat takut disebutkan namanya, mengatakan kepada TEMPO pekan lalu. "Sebenarnya penduduk sudah tak betah lagi tinggal di sini, lebih-lebih pada saat Pertemuan Nasional Kontak Tani, setiap hari kami kerja bakti. Bukan saja siang, malam juga demikian. Dan semua orang takut pada Pak Umar." Seorang penduduk setengah tua ada juga mengatakan, "Pemah sekali waktu penyakit asma saya kumat, saya tidak datang kerja bakti. Mendengar saya tidak datang, langsung saya dipanggil Pak Lurah dan dihajar di depan orang-orang yang kerja bakti. Pemukulan-pemukulan itu tidak saja menimpa penduduk, kerawat desa sekalipun kalau perlu dipukuli di depan rakyatnya. Siapa bilang Umar tidak bertangan besi." Ikan Lele Luas tanah di desa ini 535.446 hektar. Terdiri dari 58.107 hektar tanah pekarangan, 107.915 tanah tegal dan 369.424 hektar sawah. Untuk membiayai pembangunan desa ini, setiap panen raya tiap hektar sawah dikenakan zakat sebesar 2,5 kwintal gabah. Rata-rata menghasilkan 200 ton gabah. (lihat box). Di tiap tanggul sawah harus ditanami turi untuk kemudian dijual guna biaya pembangunan. Setiap jengkal tanah pekarangan harus ditanami sayur-mayur yang bisa dimakan sendiri. Kalau lebih dijual. Dan selokan yang ada di tiap rumah penduduk harus disebari bibit ikan lele. Sekalipun nama Umar Sanusi sudah kesohor dia masih tetap bersahaja. Rumah yang ditempatinya, masih juga yang dulu, kecil dan berdinding bambu. "Dia masih tetap miskin," kata seorang staf Humas Pemda Jember. Kalau desa ini membangun rumah dinas, itu bukan berarti kepala desa akan tinggal di sana, tapi rumah ini disediakan untuk tarnutamu yang berkunjung ke Wringintelu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus