SEORANG penyiar Radio Malaya yang cantik, Nurlidar Saidi,
hampir saja menggagalkan pertemuan segitiga Malaya (waktu itu
belum terbentuk Malaysia)-Filipina-lndonesia, yang berlangsung
di Manila Juni 1963. Tak lain gara-gara Presiden I kita, Bung
Karno, yang kesohor tak boleh melihat wajah cantik.
Pertemuan itu membicarakan krisis di Asia Tenggara, dihadiri
pimpinan tertinggi pemerintahan ketiga negara tersebut. Tunku
Abdul Rahman, yang waktu itu masih sebagai Perdana Menteri
Malaya, menulis kenangan tempo dulu tersebut di harian Star, 18
Maret yang lalu.
Ketika para wartawan diizinkan masuk ke ruang pertemuan untuk
mengambil foto, masuk pula Nurlidar dengan kebaya merah
menyolok. Presiden Sukarno rupanya langsung terpesona dan
tertarik memandang si kebaya merah tulis Tunku Abdul Rahman.
Lantas Sukarno mengirim mawar merah kepada Nurlidar dan
mengundangnya ke KBRI di Manila. Menurut Tunku undangan itu
"diatur untuk mendekatkan si dia dengan Bung Karno."
Menyadari hal itu, Tunku Abdul Rahman diam-diam segera mengirim
Nurlidar pulang ke Kualalumpur. Keesokan harinya, merasa gagal
membina hubungan dengan si dia, Sukarno nampak cemberut. "Dia
itu tentu pacarmu. Jadi kamu pasti cemburu," tulis Tunku
mengutip kata Sukarno kepadanya. Sementara Tunku berlagak pilon
saja.
Tak jelas apakah kemudian Sukarno masih berniat menghubungi
Nurlidar. Kalaupun berniat, situasi politik tak memungkinkan.
Dengan diumumkannya terbentuknya Malaysia, 16 September 1963,
hubungan Indonesia-Malaysia putus.
Nurlidar kini 43 tahun, telah menikah dan dikaruniai dua anak.
Masih tetap kelihatan cantik seperti 17 tahun yang lalu, kini
menduduki satu jabatan penting di Radio dan Televisi Malaysia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini