Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tulisan ini adalah bagian dari seri tulisan edisi khusus tentang 7 perempuan kepala daerah berprestasi pilihan tempo.co. Tulisan mendalam liputan ini dapat dibaca di Inspirasi dari Perempuan Kepala daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kota Seribu Kelenteng jadi julukan Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Seperti julukannya, kota ini memang mempunyai banyak kelenteng, rumah ibadah penganut Konghucu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebudayaan Tionghoa di Kota Singkawang inilah yang jadi salah satu daya tarik wisata berskala internasional. Saban perayaan Imlek, Kota Singkawang akan penuh dengan agenda seni budaya. “Kota Singkawang ini sudah punya modal, tinggal dipoles saja,” ujar Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie di kantornya, Senin, 1 Agustus 2022.
Chui Mie berasal dari suku Hakka atau dikenal juga dengan nama Khek. Hal ini juga salah satu modal sosial Chui Mie dalam memimpin Kota Singkawang. Walau merupakan etnis mayoritas di Kota Singkawang, warga Tionghoa masih sungkan menyatakan pendapat serta keinginannya. Chui Mie memangkas jarak tersebut melalui komunikasi langsung dengan warga.
Dia berharap, suara orang kecil yang ditemuinya menjadi masukan dalam membangun daerah yang dipimpinya. Dari warganya pula, ia memahami bahwa infrastruktur merupakan prasarana pokok dalam membangun industri pariwisata. Chui Mie ingin Singkawang tak hanya ramai saat perayaan Cap Go Meh, Imlek, atau sembayang kubur saja. Maka, masterplan menjadi panduan untuk mendandani Singkawang semolek mungkin.
Wacana ini memakan biaya yang tidak sedikit. Tapi Chui Mie tak kehabisan akal. Dia menggandeng pihak ketiga untuk ikut membiayai pembangunannya. “Sama-sama diuntungkan. Pihak ketiga promosi, sedangkan Singkawang dapat bangunannya,” katanya.
Konsep ini digunakan pula untuk pembangunan tiga gerbang yang menghubungkan Kota Singkawang dengan kota sekitarnya. Tiga gerbang ini akan menggambarkan tiga budaya di Singkawang, yakni Tionghoa, Dayak, dan Melayu (Tidayu).
Dia pun mengundang semua pemuda warga Singkawang yang berkuliah di luar Kalimantan Barat untuk kembali dan membangun daerahnya. Kemudahan layanan publik dan dukungan pemerintah daerah terhadap iklim wirausaha akan diberikan kepada para pemuda daerah, termasuk investor dari luar.
Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie mengenakan pakaian adat saat menghadiri acara Gawe Dayak Naik Dango Kota Singkawang. Instagram/Tjhai Chui Mie
Kegigihan Chui Mie ini diganjar penghargaan sebagai Kota Inovatif dari Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2021 lalu. Gelar ini disandingkan dengan gelar Kota Toleransi di Indonesia.
Program Chui Mie tak melulu yang bersifat simbolis. Dia mempunyai program bantuan hukum gratis bagi warga dan kelompok rentan yang berurusan dengan hukum. Program tersebut dinamai Bantuan Hukum bagi Masyarakat Miskin atau Bahu Manis.
Progam ini ada di bawah Bagian Bantuan Hukum Pemerintah Kota Singkawang, serta pendampingan dari Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Perempuan dan Keluarga (LKBH PeKa). Pemerintah Kota Singkawang saat ini memiliki perda tentang bantuan hukum bagi masyarakat miskin sebagai payung hukum pemberian bantuan hukum cuma-cuma bagi masyarakat tidak mampu.
“Kota Singkawang menjadi daerah pertama di Kalbar yang merealisasikan program ini di bawah kepemimpinan Ibu Tjhai Chui Mie,” kata Sari Maudy Tangkau, kepala subbagian bantuan hukum.
Selain bekerja sama dengan LBH yang mendukung penanganan ligitasi, Pemerintah Kota Singkawang juga bekerja sama dengan Program Posbankum di Pengadilan Negeri Singkawang untuk nonligitasi. “Baru-baru ini kami tengah memberikan bantuan hukum pada dua anak laki-laki korban trafficking,” ujarnya.
Sebelumnya, program Bahu Manis berhasil menolong warga Kota Singkawang yang mengalami masalah hukum di Malaysia. Buruh Migran tersebut didampingi hingga ke tingkat Mahkamah Agung dan akhirnya mendapatkan putusan bebas. “Saat ini sudah bekerja di Maluku,” Sari berkisah.
Menangani orang-orang yang membutuhkan bantuan hukum tersebut, perasaan Sari tersentuh. Namun Chui Mie-lah yang memberikan semangat untuk terus melakukan tugasnya. “Kata Bu Wali, posisikan diri kita di posisi mereka yang kesusahan,” ujarnya.