ADA calon anggota DPR yang belum pernah melihat gedung MPR/DPR. Meski ia tinggal di Jakarta dan dicalonkan Golkar untuk menduduki kursi di bangunan yang terletak di Senayan itu bentuk gedung perwakilan rakyat tak bisa dibayangkannya. Barangkali Anda tak percaya, tetapi calon anggota DPR seperti itu ada. Ia adalah Otje Soedioto, S.H., penasihat hukum direksi PT Pantja Niaga, yang sejak usia setahun mengalami kebutaan pada kedua matanya. "Biasa, anak kolong," ujar anak kedua seorang purnawirawan tentara ini. Di usia dini itu, katanya, ia terserang semacam campak yang menyerang saraf yang menghubungkan mata dan otaknya. Tetapi cacat badan itu tak mempengaruhi semangatnya yang menggebu untuk maju. Buktinya, pria kelahiran Magelang 36 tahun lalu itu toh lulus dari Fakulas Hukum Undip, 1979. Otje memang ulet. Ia belajar lewat diskusi dengan teman-temannya yang suaranya ia rekam. Lewat cara itulah ia belajar hingga lulus. "Lima tahun pertama lancar, tetapi skripsi baru selesai setelah tertunda delapan tahun," ujarnya. Otje mengaku tertarik politik, 1967. "Sehabis makan siang, kami sekeluarga biasa diskusi politik," kata aktivis KNPI itu. Mohammad Soediotnama lengkap Otje, tergolong rajin berorganisasi. 1970, ia terpilih sebagai Sekretaris Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) Ja-Teng. Semasa di Undip, ia menjabat ketua bidang hubungan luar negeri DM Undip. Dan 1979, sesudah menyandang gelar S.H., ia bekerja sebagai wartawan Berita Yudha. Ketika Sarwono terpilih menjadi Sekjen Golkar, 1983, Otje mengetahuinya tatkala ia di Amerika. "Sepulang dari Amerika, saya kasih selamat," katanya membeberkan perkenalannya dengan Sarwono. Sejak saat itu hubungan Otje-Sarwono mulai akrab. "Kami sering tukar pikiran," katanya. Pasal sampai ia dicalonkan Golkar, "Ketika istri saya dan istri Sarwono di luar negeri, kami sering bicara yang akhirnya sampai masalah pencalonan itu," ujar suami Ir. Hartiniati, lulusan Teknik Kimia ITS itu. Menurut Sarwono, Otje memang masuk daftar calon Golkar Nomor 70 di Jawa Tengah. "Insya Allah, ia akan ditugaskan di MPR," ujar Sekjen DPP Golkar itu. Otje dipilihnya, "Karena ia satu-satunya penyandang cacat yang tercatat di DPP dan yang kartu anggotanya juga dikeluarkan pusat," kata Sarwono. Selain itu, pribadinya sudah dikenal cerdas dan potensial. Misalnya, Otje dinilai berhasil ketika diutus ke Sulawesi Tenggara waktu kursus kader teritorial. Pencalonannya itu, "Agar ada pengakuan. Tak perlu ia diperlakukan punya kekurangan," ujar Sarwono. Tetapi ada rasa sedikit pesimistis pada diri Otje. Pasalnya, ada klausul untuk menjadi calon, harus mampu membaca dan menulis Latin. "Tetapi 'kan tak ada klausul tak boleh cacat," ujarnya optimistis. "Saya akan bawa Pertuni," ujar anak anggota DPRD I Jateng, Soediarto, itu. Meski ia tak akan bermaksud mendahulukan kepentingan para tunanetra itu, "Kami ini 'kan sebagian kecil dari penduduk Indonesia," ujarnya. Walaupun begitu, ia kelihatan siap dengan konsep penanganan tunanetra. Menurut dia, masalah tunanetra seharusnya ditangani secara antardepartemen. "Bukan hanya Depsos saja, tetapi minimal di bawah Menko Kesra," katanya. Penanganan yang kreatif, misalnya memberi pendidikan dan dukungan yang wajar, "Tenaga mereka akan bisa dimanfaatkan." Otje kemudian menunjuk seorang tunanetra yang menjadi menteri pendidikan di Mesir, atau penasihat menteri, seperti di Belanda. Pencalonan Otje ini cukup mengagetkan. Sebab, baru dialah wakil rakyat tunanetra pertama bila kelak ia jadi terpilih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini