Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebudayaan, tradisi, dan kesenian menjadi ciri khas suatu daerah yang harus dijaga dan dilestarikan. Untuk melesarikan budaya, suatu masyarakat akan berusaha menurunkan budaya tersebut dari generasi ke generasi. Sayangnya, terkadang ada beberapa yang akhirnya hilang tergerus oleh waktu. Misalnya nazam dari Aceh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syeh Masri, tokoh budayawan Aceh, mengatakan eksistensi nazam saat ini memprihatinkan karena semakin ditinggalkan oleh masyarakat. Sama seperti kesenian tradisional lainnya, nazam mulai kehilangan peminat. “Beragam media hiburan makin ramai sehingga nazam Aceh kalah pamor,” katanya seperti yang dikutip Tempo dari laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Jumat, 1 Oktober 2021.
Menurut Syeh Masri, nazam merupakan merupakan salah satu warisan budaya yang patut dilestarikan. Nazam disampaikan dalam beberapa model lagu untuk mengiringi bait-bait yang berisi petuah agama. Dengan lagu tersebut, kata dia, nazam akan terpaut di hati pendengar. “Pendengar akan menikmati sembari memahami dan mempraktikkan pesan nazam di kehidupan,” katanya.
Mengingat pentingnya nazam Aceh untuk dilestarikan, Kemendikbudristek melalui Tim Balai Bahasa Provinsi Aceh (BPPA) telah melakukan kegiatan revitalisasi nazam Aceh sebagai langkah untuk membangkitkan kembali semangat pelesarian budaya di masyarakat Aceh.
Kepala BBPA Karyono mengajak masyarakat untuk terus melestarikan kesenian nazam Aceh. Upaya revitalisasi nazam yang dilakukan tim BBPA tidak lain sebagai langkah dalam membangkitkan kembali semangat pelestarian di masyarakat Aceh.
Meski revitalisasi ini telah dilakukan sejak 31 Maret lalu, tetapi usaha ini masih belum cukup untuk membuat nazam menjadi panjang umur dan berdaya hidup tinggi di masyarakat Aceh. Namun, optimisme terhadap pelestarian nazam Aceh harus dirawat dan perlu usaha-usaha konkret yang kontinu, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun dari pegiat nazam itu sendiri.
Syeh Masri menuturkan kerja sama dari pihak pemerintah dan masyarakat merupakan faktor penentu. Selain itu, perlu juga dilakukan usaha konkret yang konsisten “Kerja sama serta konsistensi dari usaha-usaha tersebut jelas merupakan faktor penentu bagi membaiknya daya hidup nazam di masyarakat Aceh pada generasi yang akan datang,” ujarnya.
Nazam sendiri merupakan puisi yang terdiri atas dua belas larik, berirama dua-dua atau empat-empat. Nazam biasanya memaparkan mengenai nasihat keagamaan, hukum agama, sejarah kerasulan, dan moral yang berlandaskan Islam. Isi nazam Aceh kaya lakan sentuhan spiritual dan berfungsi sebagai media untuk berdakwah. Biasanya nazam Aceh diawali dengan puji-pujian dan diakhiri dengan doa.
MAGHVIRA ARZAQ KARIMA
Baca juga: