Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Sekolah sebuah SMP Negeri di Jakarta Timur menyayangkan tindak pencabulan yang dilakukan guru Adhy Kusmariyadi N terhadap 3 orang siswanya. Dia menjelaskan, tersangka pelaku yang sudah mengajar di sana awalnya merupakan guru pengganti dan berstatus kontrak kerja individu.
"Dia melamar ke sini setelah guru olahraga sebelumnya mengalami kecelakaan. Ada rekomendasi dari guru olahraga lain juga. Akhirnya kita terima," ujar sang kepala sekolah saat ditemui Tempo di kantornya, Jumat, 12 Januari 2018.
Baca : Pencabulan Siswa SMPN di Jakarta Timur: Tiga Korban Guru AK Sudah Lapor
Setelah diterima dan mengajar, Adhy secara luar biasa dapat memimpin 1.000 anak murid untuk senam bersama. Selain itu, Adhy juga bisa menciptakan lagu.
Sebelumnya beredar potongan obrolan di sebuah grup aplikasi WhatsApp. Isinya mengenai tindakan seorang guru yang mencabuli murid laki-laki hingga 35 orang. Disebutkan di obrolan itu, kasus ini terkuak karena warga curiga. Tiap hari ada 1-2 siswa pria yang dibawa AK ke rumahnya. Puncaknya, warga beserta polisi menggerebek rumah tersebut dan menangkap AK.
"Korban ga ada yang berani melaporkan karena diancam akan dibunuh oleh pelaku," bunyi salah satu obrolan WhatsApp yang beredar tersebut.
Namun, menurut Kepala Kepolisian Sektor Pasar Rebo, Jakarta Timur Komisaris Polisi Joko Waluyo, hingga Kamis lalu dari 35 orang yang diduga dicabuli, baru tiga yang melapor ke polisi.
Lebih lanjut, tutur kepala sekolah, Adhy merupakan lulusan dari salah satu universitas negeri ternama di Jakarta dan merupakan bekas Paskibraka. Hal ini yang membuat ia tidak ragu mengangkat Adhy sebagai pembina OSIS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, belakangan sang kepala sekolah terkejut dan menyayangkan kejadian pencabulan ini bisa terjadi. "Selama satu tahun dua bulan di sini tak pernah ada masalah. Track record-nya bagus," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini