Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Penyelundupan Narkoba dari Malaysia, BNN: Banyak Nelayan jadi Kurir

Kepala BNN mengungkap bayaran nelayan yang menjadi kurir narkotika capai Rp 40 juta per kilogram.

15 Februari 2025 | 09.01 WIB

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Marthinus Hukom dalam jumpa pers pengungkapan kasus narkoba sepanjang dua pekan pertama Januari, di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Selasa, 14 Januari 2025. TEMPO/Martin Yogi Pardamean.
Perbesar
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Marthinus Hukom dalam jumpa pers pengungkapan kasus narkoba sepanjang dua pekan pertama Januari, di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Selasa, 14 Januari 2025. TEMPO/Martin Yogi Pardamean.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Marthinus Hukom mengungkapkan banyak nelayan di perbatasan Indonesia yang menjadi kurir dalam penyelundupan narkotika dari negara tetangga ke Tanah Air.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Baru-baru ini, BNN berhasil menghentikan penyelundupan narkotika jenis sabu-sabu dari Tawau, Malaysia ke Kalimantan Timur. Petugas menangkap empat terduga pelaku, yakni SA, SR, GW, dan ZR, yang ditugaskan untuk menjemput dan mengedarkan barang haram tersebut.

“Penangkapan dilakukan di perairan Kalimantan. Mereka yang mengendalikan operasi penjemputan dari Tawau, kemudian dibawa ke Kalimantan Timur,” kata Hukom dalam konferensi pers di Gedung BNN, Jakarta Timur, Jumat, 7 Februari 2025.

Dari penangkapan di perairan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur itu, Hukom menyebutkan terdapat anak berusia 16 tahun yang diduga direkrut untuk membantu distribusi barang haram tersebut. 

Hukom menjelaskan, empat terduga pelaku itu berupaya membawa narkotika menggunakan kapal untuk mengangkut dua karung berisikan 25 bungkus teh berlabel Guanyinwang. Di dalam produk teh itu ternyata tersimpan sabu-sabu seberat 25.313 gram.

Menurut Hukom, informasi terkait penyelundupan narkotika ini bermula dari laporan masyarakat kepada petugas bahwa ada aktivitas mencurigakan di sekitar tempat tinggal mereka. Petugas pun langsung menyelidiki laporan itu dan memantau pergerakan para terduga pelaku.

Bayaran Nelayan Sebagai Kurir Narkoba Capai Rp 40 Juta

Berdasarkan laporan Tempo berjudul “Kenapa Penyelundupan Narkoba dari Malaysia ke Indonesia Sulit Diberantas?”, disebutkan bahwa penyelundupan narkoba melalui jalur laut, atau yang biasa disebut jalur tikus, di wilayah perbatasan bukan hal baru. 

Kepada Tempo, Hukom mengungkapkan bahwa wilayah perbatasan Indonesia, terutama di Sumatera dan Kalimantan, memiliki ribuan titik masuk yang sulit diawasi sepenuhnya. Apalagi, menurut dia, banyak nelayan yang ternyata terlibat sebagai kurir penyelundupan narkotik. "Mereka ditawari menyelundupkan barang dengan imbalan yang sangat besar," ujarnya saat ditemui di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur.

Bayaran yang para nelayan terima sebagai kurir, kata Hukom, bisa mencapai Rp 40 juta per kilogram. Dengan membawa 20 kg saja, mereka bisa memperoleh hingga Rp 800 juta. Jumlah ini tentu jauh lebih besar dibanding penghasilan mereka sebagai nelayan atau petani tambak. 

Menurut peneliti Pusat Riset Kewilayahan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lamijo, penyelundupan narkoba di perbatasan Indonesia-Malaysia sulit dihentikan karena banyaknya titik penyeberangan ilegal yang dimanfaatkan sindikat. 

“Orang lokal lebih tahu jalur mana yang sering ada operasi dan mana yang tidak. Ini yang membuat penyelundupan sulit dideteksi,” ucapnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu, 12 Februari 2025.

Menurut BNN, saat ini penyelundupan narkotika di perbatasan Indonesia-Malaysia memanfaatkan jalur utama, yaitu jalur sutra dan jalur tikus. Jalur sutra adalah jalur darat di perbatasan Pulau Kalimantan dengan Negara Bagian Serawak. Sementara jalur tikus terletak di sepanjang Pulau Sumatera.

Meskipun BNN tidak memiliki data pasti mengenai jumlah titik masuk narkoba ke Indonesia melalui kedua jalur tersebut, sejumlah pengungkapan kasus menunjukkan bahwa area tersebut memiliki banyak titik rawan penyelundupan.

Alif Ilham Fajriadi berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus