ASIAN Wall Street Journal terbitan 24 Mei lalu memuat iklan dua halaman penuh dari Kidder, Peabody & Co. Iklan itu menyebutkan 66 merger dan akuisisi yang baru saja ditangani biro konsultan itu. Kidder, Peabody & Co. memang bukan satu-satunya konsultan yang mengurus soal seperti ini. Karena itu, jumlah 66 merger dan akuisisi yang ditangani satu konsultan ini saja dalam waktu singkat mungkin dapat merupakan cermin situasi ekonomi dan bisnis sekarang. Vidal Sassoon, Inc., sebuah perusahaan kosmetik, dibeli sahamnya oleh Richardson-Vicks Inc. Perubahan nama Richardson-Merrell menjadi Richardson-Vicks saja tentunya sudah menyimpulkan adanya perubahan saham. Gulf-Western Industries. Inc. menjual saham Building Product Group-nya kepada Arcadia Industries Inc. F.W. Woolworth Co., sebuah rantai toserba di Amerika, membeli Holtzman's Littlc Folk Shop, Inc. Itu hanya sebagian kecil saja dan merger dan akuisisi yang diselesaikan dengan bantuan Kidder, Peabody & Co. Demam merger yang di Amerika sering disebut juga corporate marriage, kini memang sedang mewabah. Musim kawin di mana-mana. Bahkan Jepang pun ketularan. Baru-baru ini Nippon Oil dan Mitsubishi Oil sepakat melakukan operasi gabungan dalam bidang pemasaran. Perusahaan-perusahaan minyak Jepang sedang dilanda gelombang merger, kerja sama dan operasi gabungan, untuk menciutkan bidang usaha itu menjadi tujuh kelompok. Entah apa namanya nanti: seven samurais atau seven sisters. Takeover fever di Amerika Serikat ini menghangat lagi akhir Mei lalu ketika desas-desus menjadi santer tentang akan dijualnya Beatrice Foods (pemilik merk Tropicana Orange Juice, La Choy Oriental Food, dan permen cokelat Swiss Miss) kepada Esmark. Ini bakal menjadi pesta kawin besar-besaran. Esmark yang telah memiliki Max Factor, Playtex, dan Avis menawarkan "emas kawin" sebesar 2,8 milyar dolar, berarti 400 juta dolar di atas calon terdahulu. Dalam suhu yang makin tinggi dan ekses yang sering terjadi, orang pun lalu merasa perlu mengatur tetek bengek yang menyertai "perhelatan" ini. Seorang demokrat dari Colorado, misalnya, mengingatkan, "Taktik dan siasat yang dilakukan kedua belah pihak selama ini membuat kita bertanya: sudah cukupkah hukum kita untuk mengatur dan mengawal proses ini?" Memang, dalam baku tawar yang hangat itu sering kali kepentingan para pemegang saham, karyawan, dan masyarakat terlupakan. Securities and Exchange Commission yang mulai menggarap masalah ini antara lain mengusulkan untuk menghapus taktik defensif mempertahankan staf manajemen lama. Komisi ini juga bermaksud melipat "parasut emas", suatu cara pemberian pesangon kepada staf yang keluar, atau dikeluarkan setelah pengambilalihan. Donald Kelly pemimpin Beatrice Foods, misalnya, akan sekaligus mengantungi gaji tiga tahun dan menjual 245.000 sahamnya. Berarti, sekaligus ia akan ketiban rezeki sebesar 17,4 juta dolar AS. Taktik yang sering digunakan adalah membeli kembali saham perusahaan dan kemudian mengeluarkan "pil racun", yaitu saham prioritas yang akan menjatuhkan nilai dari saham-saham lain. Taktik lain yang juga akan diberantas adalah apa yang dinamakan "surat hijau". Seorang ahli keuangan dari New York, misalnya, telah memborong sejumlah besar saham dan suatu perusahaan. Perusahaan itu, yang tiba-tiba sadar bahwa sejumlah besar sahamnya telah jatuh ke tangan seseorang, berani membeli kembali saham itu dengan harta tinggi karena khawatir akan diambil alih oleh orang itu. Dengan cara ini saja ahli keuangan itu berhasil mengantungi keuntungan 30 juta dolar. Warner communications pun pernah tergopoh-gopoh membeli kembali saham yang sudah dibeli oleh Rupert Murdoch (orang Australia yang merajai penerbitan di Amerika dan Eropa) dengan harga 35% di atas harga pasaran. Indikator TEMPO minggu lalu mengumumkan lahirnya sebuah konsorsium baru bernama PT Darmo Sewu Sejahtera (Grup Darmala, Modern Photo, Gunung Sewu, dan Sejahtera Bank Umum). Sebuah operasi gabungan lagi telah muncul. TEMPO sendiri mengomentari bahwa ini belum apa-apa bila dibanding Hagemeyer yang sahamnya telah dibeli oleh Om Liem. Bentuk merger dan operasi gabungan lainnya sudah pula makin sering kita dengar akhir-akhir ini. Artinya, kita pun perlu mulai siap-siap menghadapi taktik pil racun, parasut emas dan surat hijau. Atau, mungkin malah ada taktik lain yang lebih gawat? Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini