Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAM besuk Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta, sepanjang Sabtu pekan lalu sangatlah longgar. Sejak pagi hingga menjelang tengah malam pengunjung silih berganti meluncur ke lantai lima. Mereka menengok mantan presiden Soeharto yang berbaring kritis di ruang perawatan istimewa nomor 536.
Sebagian besar anak dan cucu Soeharto merapat di lantai tersebut. Di sana mereka memanjatkan doa dan membaca ayat-ayat Al-Quran. Tamu hilir-mudik. Keluarga sibuk menyambut mereka yang datang dan menyalami yang pamit.
Lantai lima rumah sakit ini disterilkan dari pasien lain jika Soeharto menginap. Selain ruang perawatan penguasa Orde Baru itu, ada juga ruang keluarga. Di sini anak-cucu melepas lelah, meluruskan kaki atau sekadar saling pijat. Titiek Soeharto, putri kedua sang Jenderal Besar, tampak kecapekan. Tak sempat membawa baju ganti, ia mengenakan kain sarung.
Ada pula ruang untuk para pinisepuh—sahabat-sahabat Soeharto. Di ruangan ini tampak Try Sutrisno, bekas wakil presiden yang rambutnya sudah memutih. Ada pula mantan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono yang wajahnya tampak semakin tua. Bekas Menteri Koperasi Bustanil Arifin terlihat berjalan dengan disangga tongkat. Juga, hadir mantan Panglima TNI Feisal Tanjung, mantan Kepala Staf Angkatan Darat Wismoyo Arismunandar, mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazir, dan pengusaha Bob Hasan.
Kerabat Soeharto yang terlihat di antaranya adalah Sudwikatmono dan Probosoetedjo. Yang terakhir ini adalah adik tiri Soeharto dan berstatus tahanan kasus korupsi. Ia bisa membesuk karena mendapat izin keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, selama 24 jam. Semua anak bertahan di rumah sakit itu kecuali Hutomo ”Tommy” Mandala Putra. Tommy hanya terlihat menjenguk sebentar untuk kemudian menghilang entah ke mana. Selain pembesuk yang mengalir, karangan bunga disertai harapan bagi kesembuhan Soeharto juga membanjir ke Rumah Sakit Pusat Pertamina.
”Yang muda sampai yang tua sudah kumpul,” kata mantan wakil presiden Try Sutrisno sehabis menjenguk bekas bosnya. ”Kondisinya memang kritis,” ia menambahkan. ”Tapi saya sempat melihat beliau siuman,” kata Menteri Perindustrian Fahmi Idris.
Mantan wakil presiden Hamzah Haz, yang menjenguk hingga pukul 10 malam, mengabarkan kondisi Soeharto mulai membaik. Mengutip keterangan tim dokter, Hamzah mengatakan tekanan darah Soeharto yang semula rendah mulai beranjak naik. ”Masa kritisnya bisa dikatakan sudah terlewati,” katanya.
Soeharto menjalani perawatan ekstra sejak Jumat sore pekan lalu setelah lima hari tubuhnya membengkak akibat edema (penimbunan cairan). Kondisi ini diperparah kadar hemoglobin yang rendah serta tekanan darahnya yang menukik.
Menurut Mardjo Soebiandono, anggota tim dokter kepresidenan, jantung sebelah kanan Soeharto memang sudah lemah. Cairan yang menumpuk menggenangi perut dan rongga dada. Ini yang kemudian mengakibatkan paru-paru pria 86 tahun itu terendam. Yang dapat diatasi oleh tim dokter adalah penumpukan cairan di kaki dan tangan. Darah Soeharto dicuci dengan alat pencuci khusus untuk penderita lemah jantung. Soeharto tetap sadar meski sering mengantuk. ”Harapan hidupnya fifty-fifty,” ujar Mardjo kepada wartawan di auditorium rumah sakit.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakilnya, Jusuf Kalla, setelah membesuk Soeharto langsung menyiapkan langkah antisipasi. Pemerintah akan memberikan penanganan khusus apabila ia wafat, karena Soeharto adalah bekas kepala negara.
Sejak jatuh dari kekuasaannya dalam gelora reformasi 1998, Soeharto hampir saban tahun masuk rumah sakit. Beberapa kali ia sempat mengalami stroke ringan. Pada kali yang lain, Mei 2005, ususnya berdarah. Meski sering sakit, Soeharto kerap menerima tamu penting. Mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew dan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad sempat berkunjung ke kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta.
Elik Susanto, Sunudyantoro, Ami Afriatni, Reh Atemalem Susanti, Pramono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo