Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font size=2 color=#CC3333>Calon Presiden</font><br />Bubur Ayam buat Calon Pacar

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pekan ini mengumumkan kriteria calon wakil presiden pendamping Megawati Soekarnoputri. Calon menteri pun disiapkan.

26 Januari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUBUR ayam panas dengan taburan cakwe itu dinikmati Megawati Soekarnoputri dengan perlahan. Dari tepian, sendok demi sendok hidang­an sarapan pagi di Jalan Teuku Umar 27A itu terlahap habis. Si empunya rumah menghidangkannya khusus untuk tamu istimewa, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Rabu pekan lalu.

”Bubur ayam memang kesukaan beliau berdua,” kata Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuang­an Pramono Anung Wibowo. Seusai sa­rapan, keduanya melakukan pertemu­an tertutup satu jam lebih di ruang bagian belakang. Apa yang dibicarakan? Petinggi PDI Perjuangan yang ada di sana mengaku tak tahu. ”Kan, hanya em­pat mata: Bu Mega dan Sultan,” kata Pramono Anung.

Dicegat wartawan seusai pertemuan, Sultan mengaku hanya memenuhi undangan Mega untuk sarapan. ”Tadi itu cuma ngopi sambil makan pagi. Tidak ada pembahasan calon wakil presiden,” katanya.

Kalaupun ditawari berpasangan dengan Mega, Sultan menyatakan tak mau menurunkan posisinya. ”Saya kan sudah bilang, deklarasi saya sebagai calon presiden,” katanya. Adapun Mega, ketika ditemui Tempo di Megawati Ins­titute, Jakarta, Kamis pekan lalu, memilih mengunci bibir.

Salah seorang yang repot mempersiapkan pertemuan Mega-Sultan adalah Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan Taufiq Kiemas. Jumat dua pekan lalu, misalnya, ia bertemu dengan Sultan di Hotel Hyatt Regency,­ Yogyakarta. Sebelumnya, anggota De­wan­ Pertimbangan Pusat PDI Per­ju­-ang­an,­ Sabam Sirait, juga menemui Sultan. Menurut Sumber Tempo, Sultan memang difavoritkan Taufiq Kiemas menjadi pendamping Mega.

Taufiq mengatakan duet Mega-Sultan memang diunggulkan dalam Rapat Kerja Nasional PDI Perjuangan di Solo, 27-29 Januari ini. ”Kira-kira begitulah, lihat saja nanti,” katanya kepada Tempo di Yogyakarta, Jumat dua pekan lalu.

Menurut dia, kalaupun rapat kerja nanti tak tegas menyebut nama, krite­rianya akan mengarah kepada sese­orang. ”Sudah jelas kok orang yang di­maksud,”­ kata Taufiq. ”Sabar saja me­nunggu Rapat Kerja Nasional. Masak enggak tahan.”

Tak aneh, masih menurut sumber itu, Tau­fiq sempat waswas karena sampai Se­lasa malam pekan lalu belum ada ke­pas­tian Sultan benar-benar bakal ter­bang ke Jakarta. Ketua PDI Perjuang­an Yog­yakarta Ahmad Djuwarto lalu ditugasi menghubungi Sultan. Djuwarto­ ke­mudian mengontak Sinuhun dan menda­pat kepastian bahwa Rabu pagi Sultan berangkat. Kepada Tempo, Djuwarto ha­nya menjawab singkat. ”Pertemuan Teu­ku Umar setting-an Jakarta,” katanya.

l l l

SATU jam setelah kedatangan Sultan, bekas Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso juga datang ke Teuku Umar dan melakukan pertemuan tertutup dengan­ Mega. ”Saya ditelepon Mas Pramono Anung,” kata Sutiyoso, calon presiden­ yang didukung Partai Indonesia Sejah­tera. Sama seperti Sultan, Bang Yos membantah dipinang Mega. ”Saya cu­ma diundang untuk datang ke Rapat Kerja Nasional,” katanya.

Menurut Pramono Anung, Sultan dan Sutiyoso memang kandidat kuat calon wakil presiden partainya. Selain mereka, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan bekas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Akbar Tandjung masuk daftar.

Mega telah menjajaki semua tokoh­—kecuali Hidayat. Pertemuan dengan me­reka menjadi ajang uji kelayakan dan kepatutan. Dengan Prabowo, Mega bahkan sudah tiga kali bertemu. ”Belum ada kesepakatan apa-apa,” kata Pramo­no Anung. ”Tapi sudah ada pengertian yang mendalam.”

Di Rapat Kerja Nasional nanti, kata Pramono, 471 cabang dan 33 pimpinan wilayah diberi kesempatan menyampaikan pandangan tentang kriteria calon yang layak ”dikawinkan” dengan Mega. Tapi keputusannya diserahkan kepada Megawati sendiri dan akan di­umumkan dalam rapat koordinasi partai Mei nanti. ”Itu acara puncak yang akan dihadiri 16 ribu utusan,” kata Pramono.

Ketua Panitia Rapat Kerja Nasional IV PDI Perjuangan di Solo, Puan Maharani, mengungkapkan partainya mensyaratkan kandidat wakil presiden harus bisa bekerja sama dengan Mega. Calon juga harus memiliki kapasitas, kapabilitas, dan secara ideologis tak ber­seberangan. Selain itu, ini yang terpenting, calon tersebut harus mampu mendulang suara.

Menurut putri Megawati itu, dari lima calon, kandidat wakil presiden sudah mengerucut ke tiga nama: Hidayat, Prabowo, dan Sultan. ”Itu bisa dilihat dari pertemuan yang makin konsisten,” kata Puan.

Tapi, menurut sumber Tempo, pe­ngu­rus partai masih berbeda pendapat soal tiga nama ini. Hidayat dari Partai Keadilan Sejahtera dianggap tidak seideologi meski didukung umat Islam kota—sesuatu yang bisa melengkapi massa PDI Perjuangan yang nasionalis dan abangan. Prabowo dianggap memiliki semangat kebangsaan dan punya banyak duit meski tak punya banyak massa.

Adapun Sultan dianggap satu napas dengan Mega, tapi memiliki karakter pendukung yang mirip massa Mega. ”Soal ini agak pelik, makanya kami inginkan pandangan dari teman-teman di Rapat Kerja Nasional,” kata Puan.

Menurut dia, dalam rapat kerja itu par­tainya baru akan mengumumkan kriteria calon wakil presiden. Ini dilakukan agar para kandidat tetap nyaman berkomunikasi dengan PDI Perjuangan. ”Ini kan investasi agar mereka terikat dengan kami,” kata Puan.

Semuanya memang masih menunggu hasil pemilu legislatif. Karena itu, agenda mengejar perolehan suara legislatif akan digarap betul di rapat kerja nanti. Soal kemungkinan calon wakil Mega itu berpindah ke lain hati, Puan berujar pendek, ”Ya, itu risiko. Politik kan bisa berubah.”

l l l

BUKAN hanya para kandidat wakil Mega, sejumlah tokoh juga diundang ke pembukaan rapat kerja. Menurut Puan Maharani, dalam rapat kerja itu, PDI Perjuangan akan mengulang kisah sukses kelompok Ciganjur—saat Mega, Sultan, Amien Rais, dan Abdurrahman Wahid bertemu menjelang kejatuhan Soeharto 1998.

Dalam rapat nanti, darah biru kelompok Ciganjur akan datang. Puan mewakili Mega, dan Yenny Wahid sebagai wakil Abdurrahman Wahid. Amien Rais diwakili darah cokelat, anggota Dewan asal Partai Amanat Nasional, Dradjad Wibowo. Sedangkan Sultan didampingi anggota tim suksesnya, Sukardi Rinakit. ”Ide besarnya mengembalikan arah reformasi yang belum selesai,” kata Puan.

Di Solo nanti juga akan dibicarakan soal kriteria calon menteri Megawati. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Mangara Siahaan, forum rapat ini bakal mengundang para tokoh yang dalam radar PDI Perjuang­an berpotensi mengisi jabatan-jabatan strategis itu. ”Pak Theo Syafei yang tahu soal tim kabinet. Tapi, kalau lihat iklan Mega yang menyoroti soal sembako, penguatannya akan lebih banyak di tim ekonomi,” kata Mangara.

Siapa calon menteri itu? ”Kamu tinggal lihat saja siapa pakar-pakar ekonomi yang dikumpulkan di Solo,” kata Mangara. Tokoh yang sudah masuk daftar undangan adalah Dradjad Wibowo, ekonom Kwik Kian Gie, Gubernur Bank Indonesia Boediono, dan ekonom Faisal Basri. Bekas Kepala Kepolisian Indonesia Sutanto dan Panglima Tentara Nasional Indonesia Djoko Santoso juga diundang. Tapi Puan menolak menjawab soal itu. ”Masih jauhlah. Enggak mungkin kan semua tamu dijanjikan posisi.”

Agus Supriyanto, Akbar Tri Kurniawan (Jakarta), Bernada Rurit (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus