Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Juru kunci Gunung Merapi Masbekel Anom Suraksosihono yang akrab disapa Mbah Asih kepada Tempo menceritakan erupsi membuat panik penduduk Desa Kinahrejo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta yang sedang khusyuk berziarah, Jumat, 11 Mei 2018. Sekitar 500 orang Desa Kinahrejo berziarah menjelang ramadan tadi pagi, sekitar 07.30.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiba tiba muncul suara grudug...grudug...grudug... dari Gunung Merapi. “Ya warga langsung bubar," kata putra juru kunci Gunung Merapi almarhum Mbah Maridjan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yang membuat warga bertambah panik adalah suara gemuruh dari perut Merapi itu juga diiringi suara seperti petir. Tak berapa lama kemudian turun hujan pasir bercampur abu. Tapi tak begitu pekat. "Kami langsung lari turun ke bawah, sampai ada beberapa yang terpeleset tapi nggak parah," ujar Mbah Asih.
Warga yang berlarian langsung menuju masjid Desa Kinahrejo untuk berlindung. Warga sempat panik dan tak berani pulang ke rumah. Para orang tua segera menjemput anaknya yang masih sekolah. Sekolah desa itu juga langsung membubarkan pelajaran.
"Hujan abu dan pasir itu cuma sekitar 15 menit saja.” Setelah itu normal lagi, tak ada gemuruh dan tidak ada hujan abu lagi.
Warga desa Kinahrejo saat ini sebagian masih bertahan di masjid desa. Namun tak ada yang sampai mengungsi. "Kami minta doa agar tidak terjadi apa apa seperti erupsi 2010."
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Hanik Humaida menuturkan Merapi sempat erupsi 5 menit pada pukul 07. 40 WIB. "Penyebabnya akumulasi gas."
Hanik menuturkan kondisi Gunung Merapi kini sudah kembali normal. "Warga tak perlu panik, status Merapi juga normal."