Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

"Kami Ingin Mahasiswa yang Kritis"

27 Juni 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam perjuangan mendirikan Universitas Bung Karno (UBK), Rachmawati Soekarnoputri rupanya tak kenal menyerah, apalagi putus asa. Setelah dua windu ia menunggu, impiannya terwujud juga. Wanita berputra tiga ini menuturkan berbagai pengalamannya—termasuk tiga kali gagal meluncurkan UBK—kepada Hardy R. Hermawan dari TEMPO.

UBK akhirnya diresmikan oleh Presiden Habibie. Apa yang Anda rasakan setelah sekian tahun memperjuangkan ini?

Tentu saya senang sekali. Akhirnya, niat yang sudah digagas Bung Karno sejak 1960-an itu bisa terwujud.

Apa kegiatan Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS) dan kapan berdirinya?

Kami berdiri sejak 1981, untuk pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Sayang, tekanan politik yang besar membuat kegiatan itu tak bisa dilaksanakan.

Anda sebelumnya tidak merasa bahwa pendirian UBK pada 1983 akan dilarang oleh Soeharto?

Sebenarnya sudah merasa, tapi saya tidak mau berburuk sangka.

Anda tidak memprotes?

Saya tanya ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tapi tidak ada hasil. Sistem politiknya memang begitu. Mereka merasa cukup dengan menunjukkan surat yang menyatakan ada instruksi presiden yang melarang UBK.

Setelah 1983 itu, upaya apa lagi yang dilakukan?

Kami pernah mencoba lagi pada 1986. Tapi, belum apa-apa, sudah dikatakan oleh pihak Departemen P dan K bahwa syarat administratif tidak lengkap. Lalu, pada 1995, saya sempat bertemu dengan Menteri P dan K saat itu, Wardiman Djojonegoro, dan membicarakan kemungkinan pendirian UBK. Menteri Wardiman mengatakan bahwa secara teknis tidak ada masalah, tapi dia sendiri tidak bisa menjamin masalah nonteknisnya. Ya, saya paham, siapa yang bisa menjamin sikap politik Soeharto saat itu.

Kini UBK berdiri atas persetujuan Habibie. Apakah ada konsesi politik tertentu?

Tidak ada. Kami sudah memenuhi semua persyaratan. Pemerintah wajib memberikan hak kepada kami untuk menyelenggarakan pendidikan. Lagi pula, sudah keharusan bagi Habibie untuk menghormati Bung Karno. Beliau adalah the founding father yang dihormati seluruh bangsa Indonesia.

Bukan karena Megawati hampir menjadi presiden?

Tidak tepat begitu. Bung Karno itu adalah Bapak Bangsa.

Apa tujuan utama pendirian kampus UBK ini?

Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 31 UUD 1945, di mana Bung Karno adalah salah seorang perumusnya, kami ingin turut serta mencerdaskan bangsa. Bagi kami, pendidikan adalah hak setiap rakyat. Semakin banyak lembaga pendidikan yang bisa menawarkan sesuatu yang bisa mencerdaskan, itu lebih baik. Karena itulah kami sejak 1983 berniat mendirikan UBK.

Mengapa memakai nama Bung Karno?

Beliau adalah bapak semua anak bangsa. Jangan lupa, beliau adalah seorang intelektual yang melahirkan ide-ide yang besar. Wajar jika kami ingin melestarikan dan mengembangkan ajaran-ajarannya yang besar itu melalui pendirian sebuah universitas yang menggunakan nama beliau. Bung Karno mendapatkan 26 gelar doktor kehormatan dalam tujuh disiplin ilmu dari 26 kampus di 19 negara di seluruh dunia. Kampus besar seperti Columbia University di New York, Michigan University, dan Al Azhar University di Mesir, serta semua kampus besar di Indonesia, mengakui kebesaran beliau.

Ajaran Bung Karno yang seperti apa?

Marhaenisme, nasionalisme, kemerdekaan dalam bidang politik, berdikari secara ekonomi, dan berkebudayaan nasional.

Anda yakin bahwa ajaran Bung Karno masih relevan untuk masa kini?

Ya, masih sangat relevan. Ajaran Bung Karno tentang pembentukan karakter bangsa itu perlu sekali untuk menegaskan identitas kita menghadapi globalisasi. Konsep berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) dalam hal ekonomi sudah jauh-jauh hari diajarkan Bung Karno sebelum ada yang meneriakkan ekonomi kerakyatan sekarang ini. Lalu, marhaenisme dibutuhkan untuk meningkatkan kepekaan sosial. Ajaran-ajaran Bung Karno itu universal.

Mahasiswa seperti apa yang Anda harapkan?

Yang kritis. Selain cerdas dalam ilmunya, dia juga punya kepekaan sosial dan bisa melakukan kontrol sosial terhadap pemerintah.

Boleh berdemonstrasi?

Boleh saja. Itu hak demokrasi.

Jika Megawati menjadi presiden, mahasiswa Anda boleh mendemonya?

Mahasiswa tetap harus kritis kepada pemerintah, siapa pun presidennya. Kalaupun Mega menjadi presiden, mahasiswa saya boleh saja mendemonya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus