MATEMATIKA baru sering bikin lemas orang tua, di samping bikin
mereka kagum pada anak mereka. (Itu berarti juga: mereka
bingung). Dan kini di. Amerika Serikat berkembang lagi
matematika yang lebih baru. Sebuah tulisan di The New York
Times edisi Minggu baru-baru ini menunjukkan bahwa matematika
baru yang diperkenalkan 10 tahunan yang lalu sedang
ditinggalkan. Tidak berarti mereka kembali ke ilmu berhitung
lama.
Para pendidik di sana mulai menyadari: dengan matematika baru
yang dulu anak-anak n1ullgkin tahu kenapa dua ditambah dua
menjadi empat, tapi tidak dengan sendirinya tahu bahwa dua
tambah dua memang sama dengan empat Maka para pendidik berusaha
mulai untuk mengkombinasikan dua buah dari matematika lama yang
diambil ialah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan dari
matematika baru kesadaran akan asas-asas yang mendasari
pemecahan soal itu. Juga diusahakan agar formalisme dan sifat
yang membosankan yang ada pada matematika lama dan baru
sama-sama dihindari.
Masalahnya adalah perubahan konteks kebudayaan. Dan matematika
sebagaimana kesusastraan, ilmu sosial dan ajaran akademis yang
lazim perlu berubah pula. "Ada kecakapan baru misalnya statistik
dan soal probabilitas yang harus bisa difahami para warga
negara", kata Aaroll Buchman dari Departemen Pendidikan negara
bagian New York. Perubahan konteks kebudayaan juga yang
mengakibatkan ditinggalkannya matematika lama di tahun
1950-an.
Kejutan Teknologi
Waktu itu para ahli matematika dan kolega mereka di kalangan
ilmu pengetahuan sosial sudah bekerja dengan
pengertian-pengertian baru, misalnya "pembangunan model". Tapi
kemajuan di situ ternyata tidak sampai ke sekolah. Pada waktu
itu juga Amerika Serikat mengalami "kejutan teknologi" dari
luar: Uni Soviet meluncurkan pesawat ruang angkasa pertama,
Sputnik. dan peristiwa di bulan Oktober 1957 itu meyakinkan
orang Amerika betapa mereka tertinggal dalam bidang teknologi
dan ilmu.
Anak-anak bukannya hanya belajar peraturan bagaimana mengadakan
pembagian panjang atau menentukan titik desimal. Mereka. dengan
matematika baru, belajar dengan sistim bilangan dengan basis
yang lain dari sepuluh agar mereka mengetahui bagaimana kerja
bilangan-bilangan itu. Dan bahasa baru dalam matematika pun
diperkenalkanlah: misalnya istilah "himpunan" dan "asas
kumutatif".
Sejak awal tahun 1970-an, mulai kelihatan bahwa pendekatan
seperti itu tak berhasil baik. Banyak guru yang tak benar-benar
memahami apa yang mereka ajarkan. Yang mereka lakukan hanya
mengganti serangkaian aturan dan abstraksi dengan aturan dan
abstraksi lain. Cara ini etektif untuk anak-anak yang memang
berbakat matematika, tapi untuk sebagian besar mereka: payah.
"Para perancang matematika baru itu tahu segala-galanya soal
matematika, tapi tidak tahu banyak tentang perihal anak-anak",
kata seorang pejabat pendidikan. Maka di Highway School di
Greenburg memanfaatkan "Program Matematika Komprehensif untuk
Sekolah" - salah satu dari kurikulum baru yng dikembangkan
dengan bantuan pemerintah federal.
Contohnya: guru mengajak anak-anak kelas satu dan dua untuk
"berjalan-jalan - dalam khayalan, tentu saja ke kebun
binatang. Ibu guru membuat lingkaran warna hingga di sekeliling
delapan titik di atas papan tulis dan sebuah Iungkaran biru di
sekeliling 10 titik dan kemudian akhirnya sebuah lingkaran putih
mengelilingi seluruh grup itu. Ibu guru lalu menceritakan
pelbagai kejadian. Misalnya bahwa delapan ekor monyet dalam
"kandang jingga" menghilang waktu makan. Dan murid diminta untuk
menterjemahkan kejadian itu dalam bahasa matematika. Dengan
demikian bahasa abstrak matematika baru bisa dihindari, dan
soal-soal sehari-hari yang nyata dimanfaatkan - begitu juga
kesukaan anak akan fantasi.
Satu alat yang dipergunakan di situ adalah "mini-komputer" yang
dikembangkan oleh Georges Papy. Ini adalah satu variasi dari
"cipoa". Alat ini mempergunakan pemberi tanda magnetis yang
diletakkan pada empat persegi kartu yang menunjukkan satuan,
puluhan, ratusan dan seterusnya. Para murid belajar menggerakkan
pemberi tanda magnetis itu, dan di akhir kelas I mereka sudah
mampu memecahkan perkalian dan penambahan dalam jumlah ribuan.
Pendekatan ini punya keuntungan: memaksa para murid membuat
penghitungan yang diulang-ulang sementara bekerja dengan teori
bilangan. Dan juga menyenangkan.
Dalam latihan lain para murid diperkenalkan soal probabilitas
dengan dadu. Guru memasukkan dadu dengan lebih banyak sisi merah
daripada sisi biru, dan para murid diajak berdiskusi tentang
probabilitas (istilah statistika untuk "kemungkinan").
"Anak-anak itu segera tahu mengapa lebih baik bermain dadu
dengan memilih merah' kata guru. Pendirian para penganjur
matematika baru yang lebih baru ini ialah bahwa pengertian atau
konsep matematika yang tingkat tinggi tak perlu ditunda untuk
anak-anak itu sampai mereka di sekolah menengah atau
universitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini