Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Ada yang lebih baru?

2 Juli 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MATEMATIKA baru sering bikin lemas orang tua, di samping bikin mereka kagum pada anak mereka. (Itu berarti juga: mereka bingung). Dan kini di. Amerika Serikat berkembang lagi matematika yang lebih baru. Sebuah tulisan di The New York Times edisi Minggu baru-baru ini menunjukkan bahwa matematika baru yang diperkenalkan 10 tahunan yang lalu sedang ditinggalkan. Tidak berarti mereka kembali ke ilmu berhitung lama. Para pendidik di sana mulai menyadari: dengan matematika baru yang dulu anak-anak n1ullgkin tahu kenapa dua ditambah dua menjadi empat, tapi tidak dengan sendirinya tahu bahwa dua tambah dua memang sama dengan empat Maka para pendidik berusaha mulai untuk mengkombinasikan dua buah dari matematika lama yang diambil ialah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan dari matematika baru kesadaran akan asas-asas yang mendasari pemecahan soal itu. Juga diusahakan agar formalisme dan sifat yang membosankan yang ada pada matematika lama dan baru sama-sama dihindari. Masalahnya adalah perubahan konteks kebudayaan. Dan matematika sebagaimana kesusastraan, ilmu sosial dan ajaran akademis yang lazim perlu berubah pula. "Ada kecakapan baru misalnya statistik dan soal probabilitas yang harus bisa difahami para warga negara", kata Aaroll Buchman dari Departemen Pendidikan negara bagian New York. Perubahan konteks kebudayaan juga yang mengakibatkan ditinggalkannya matematika lama di tahun 1950-an. Kejutan Teknologi Waktu itu para ahli matematika dan kolega mereka di kalangan ilmu pengetahuan sosial sudah bekerja dengan pengertian-pengertian baru, misalnya "pembangunan model". Tapi kemajuan di situ ternyata tidak sampai ke sekolah. Pada waktu itu juga Amerika Serikat mengalami "kejutan teknologi" dari luar: Uni Soviet meluncurkan pesawat ruang angkasa pertama, Sputnik. dan peristiwa di bulan Oktober 1957 itu meyakinkan orang Amerika betapa mereka tertinggal dalam bidang teknologi dan ilmu. Anak-anak bukannya hanya belajar peraturan bagaimana mengadakan pembagian panjang atau menentukan titik desimal. Mereka. dengan matematika baru, belajar dengan sistim bilangan dengan basis yang lain dari sepuluh agar mereka mengetahui bagaimana kerja bilangan-bilangan itu. Dan bahasa baru dalam matematika pun diperkenalkanlah: misalnya istilah "himpunan" dan "asas kumutatif". Sejak awal tahun 1970-an, mulai kelihatan bahwa pendekatan seperti itu tak berhasil baik. Banyak guru yang tak benar-benar memahami apa yang mereka ajarkan. Yang mereka lakukan hanya mengganti serangkaian aturan dan abstraksi dengan aturan dan abstraksi lain. Cara ini etektif untuk anak-anak yang memang berbakat matematika, tapi untuk sebagian besar mereka: payah. "Para perancang matematika baru itu tahu segala-galanya soal matematika, tapi tidak tahu banyak tentang perihal anak-anak", kata seorang pejabat pendidikan. Maka di Highway School di Greenburg memanfaatkan "Program Matematika Komprehensif untuk Sekolah" - salah satu dari kurikulum baru yng dikembangkan dengan bantuan pemerintah federal. Contohnya: guru mengajak anak-anak kelas satu dan dua untuk "berjalan-jalan - dalam khayalan, tentu saja ke kebun binatang. Ibu guru membuat lingkaran warna hingga di sekeliling delapan titik di atas papan tulis dan sebuah Iungkaran biru di sekeliling 10 titik dan kemudian akhirnya sebuah lingkaran putih mengelilingi seluruh grup itu. Ibu guru lalu menceritakan pelbagai kejadian. Misalnya bahwa delapan ekor monyet dalam "kandang jingga" menghilang waktu makan. Dan murid diminta untuk menterjemahkan kejadian itu dalam bahasa matematika. Dengan demikian bahasa abstrak matematika baru bisa dihindari, dan soal-soal sehari-hari yang nyata dimanfaatkan - begitu juga kesukaan anak akan fantasi. Satu alat yang dipergunakan di situ adalah "mini-komputer" yang dikembangkan oleh Georges Papy. Ini adalah satu variasi dari "cipoa". Alat ini mempergunakan pemberi tanda magnetis yang diletakkan pada empat persegi kartu yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya. Para murid belajar menggerakkan pemberi tanda magnetis itu, dan di akhir kelas I mereka sudah mampu memecahkan perkalian dan penambahan dalam jumlah ribuan. Pendekatan ini punya keuntungan: memaksa para murid membuat penghitungan yang diulang-ulang sementara bekerja dengan teori bilangan. Dan juga menyenangkan. Dalam latihan lain para murid diperkenalkan soal probabilitas dengan dadu. Guru memasukkan dadu dengan lebih banyak sisi merah daripada sisi biru, dan para murid diajak berdiskusi tentang probabilitas (istilah statistika untuk "kemungkinan"). "Anak-anak itu segera tahu mengapa lebih baik bermain dadu dengan memilih merah' kata guru. Pendirian para penganjur matematika baru yang lebih baru ini ialah bahwa pengertian atau konsep matematika yang tingkat tinggi tak perlu ditunda untuk anak-anak itu sampai mereka di sekolah menengah atau universitas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus