Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ahad Berdarah di Wilayah Merah

Kelompok bersenjata di Papua menyerang pekerja proyek dan tentara di kawasan Nduga.

6 Desember 2018 | 00.00 WIB

Prajurit TNI bersiap menaiki helikopter menuju Nduga di Wamena, Papua, 5 Desember 2018. -ANTARA/Iwan Adisaputra
Perbesar
Prajurit TNI bersiap menaiki helikopter menuju Nduga di Wamena, Papua, 5 Desember 2018. -ANTARA/Iwan Adisaputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

PESAN WhatsApp masuk ke telepon seluler Direktur Operasional PT Istaka Karya Widi Suharyanto di tengah rapat direksi, Senin sore pekan lalu. Dikirim salah satu anggota timnya di lapangan, isinya mengabarkan pembantaian terhadap 20-an pekerja Istaka Karya di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Terburu-buru Widi menyampaikannya kepada Direktur Utama Sigit Winarto.

Semua peserta terkejut. Sigit meminta sebagian peserta meninggalkan ruangan. “Kami segera menggelar rapat terbatas,” kata Sigit kepada Tempo, Kamis pekan lalu. Setelah memastikan kebenaran informasi itu, Sigit langsung meneruskannya kepada bosnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno. Perusahaan pelat merah itu juga berkoordinasi dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono serta aparat keamanan.

Menurut Sigit, Rini melalui Deputi Bidang Konstruksi Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Ahmad Bambang minta informasi itu ditindaklanjuti. Di antaranya dengan mengecek kondisi terbaru serta memastikan santunan diperoleh keluarga korban. Hari itu juga Sigit mengutus Widi terbang ke Papua. “Malamnya, saya langsung berangkat,” ujar Widi.

Aparat gabungan membawa anggota Brimob yang terluka karena tertembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Wamena, 5 Desember 2018. -ANTARA/Iwan Adisaputra

Sehari sebelumnya, sekitar 20 pekerja pembangunan jembatan di Kali Yigi-Aorak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, menjadi korban penembakan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM). Istaka Karya ditugasi membangun 14 jembatan di segmen 5 proyek Trans Papua, yang menghubungkan Mamugu, Kabupaten Asmat; dan Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Pada Selasa pekan lalu, Menteri Basoeki menyatakan proyek tersebut dihentikan sementara hingga ada rekomendasi dari aparat keamanan.

Peristiwa berdarah itu bermula pada Sabtu dua pekan lalu sekitar pukul 15.00 Waktu Indonesia Timur. Wakil Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Dax Sianturi mengatakan seorang korban selamat bernama Jimmy Aritonang bercerita bahwa sekitar 50 orang bersenjata menyergap 25 pekerja yang berada di kamp di sekitar area pembangunan jembatan. Mereka lantas dibawa ke Kali Karunggame dan diinapkan di sana.

Menurut Dax, esoknya para pekerja itu digiring ke puncak Bukit Kabo. Kemudian mereka disuruh jongkok berjejer lima saf. “Kelompok itu lalu berkeliling sambil menari, mirip tarian perang,” ujar Dax. Lalu tiba-tiba peluru memberondong para pekerja. Jimmy, kata Dax, dan sepuluh pekerja lain yang masih hidup berpura-pura mati. Setelah para penembak pergi, mereka mencoba kabur. Tapi kelompok bersenjata itu tahu dan langsung mengejar mereka. “Lima orang ditebas dan digorok,” ujar Dax. Sisanya kabur ke Pos TNI Batalion Infanteri 755/Yalet di Distrik Mbua.

Para pengejar kemudian mengepung pos yang dijaga sekitar 20 personel TNI itu. Senin dinihari, kata Dax, milisi bersenjata memancing tentara dengan menimpuki pos dengan batu. Sersan Dua Handoko kemudian membuka jendela. Peluru menembus tubuhnya. Handoko tewas.

Anggota TNI dibantu warga mempersiapkan peti jenazah untuk korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Wamena, Papua,4 Desember 2018. -ANTARA/Iwan Adisaputra

Hingga pukul sembilan malam, tembak-menembak terjadi. Milisi pun menembakkan panah dan tombak ke arah pos. Dax mengatakan personel TNI di tempat lain tak mengetahui pertempuran tersebut karena tidak ada informasi apa pun. Sinyal telepon tak mampu menembus daerah itu. “Baru keesokan harinya, kami mendapat informasi ada pembantaian di Nduga,” ujar Dax.

Dikepung dari berbagai penjuru, pasukan TNI pun memilih bertahan. Hingga akhirnya hujan deras turun. Memanfaatkan gelap dan hujan, mereka yang berada di pos merangkak kabur pada tengah malam. Mereka akhirnya selamat setelah bertemu dengan tim bantuan. Hingga Sabtu pagi pekan lalu, TNI mencatat 16 warga sipil dan seorang tentara tewas. Saat akan mengevakuasi jenazah Sersan Dua Handoko, helikopter milik TNI ditembaki kelompok pemberontak. Baling-balingnya terkena peluru. Tapi helikopter itu berhasil mengevakuasi jenazah Handoko.

Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Sebby Sambom, mengklaim kelompoknya sebagai pelaku penyerangan. Sebby mengatakan penyerangan dilakukan kelompok yang dipimpin Egianus Kogoya, Panglima Komando Daerah Operasi III, Ndugama, Nduga. Tapi dia membantah kabar bahwa kelompok Egianus melakukan pembantaian. “Pembantaian itu versi TNI. Kami hanya melakukan penyerangan karena kami ingin merdeka,” ujarnya.

Menurut Sebby, para milisi sudah lama mengintai para pekerja proyek. Mereka meyakini para pekerja Istaka adalah intelijen TNI yang pura-pura menjadi warga sipil. Sejak awal, kata Sebby, kelompok pro-kemerdekaan Papua menolak pembangunan infrastruktur di Papua karena menganggap proyek itu bentuk penjajahan. Maka mereka pun membuat rencana menyerang. “Kami sedang berjuang. Salahkan TNI. Kenapa mereka menyamar?” ujarnya. Sebby membantah kabar yang beredar bahwa penyerangan itu dipicu pemotretan upacara bakar batu—peringatan kemerdekaan Papua Barat setiap 1 Desember—oleh seorang pekerja Istaka.

Dax Sianturi dan Sigit Winarto menyangkal tudingan bahwa personel TNI menjadi pekerja proyek itu. Menurut Sigit, tentara hanya bertugas membuka jalan. Apalagi Kabupaten Nduga dianggap sebagai wilayah merah yang menjadi salah satu basis pemberontak. “Semua pekerja warga sipil,” ucap Sigit.

Dax menuding penyerangan itu tak lebih dari aksi “cari panggung” dengan memanfaatkan peringatan kemerdekaan Papua. Sebenarnya, kata Dax, TNI telah mengantisipasinya dengan mengeluarkan status siaga satu di pos jaga di seluruh Papua. Ke setiap pos TNI, dikerahkan 20-30 personel untuk berjaga sejak 30 November lalu. Penjagaan itu, menurut Dax, juga dilakukan di pos TNI di Distrik Mbua. Tapi personel TNI yang hanya 30-an orang kalah jumlah dibandingkan dengan kekuatan lawan, yang mencapai 50-an orang.

Meskipun kewaspadaan ditingkatkan menjelang peringatan kemerdekaan Papua, pekerja PT Istaka Karya tetap berada di sekitar wilayah proyek. Panglima Kodam Cenderawasih Mayor Jenderal Yosua Pandit Sembiring mengakui saat itu tidak ada personel yang berjaga di sekitar kamp Istaka Karya. “Adanya pos TNI di Distrik Mbua,” ujar Yosua.

Direktur Operasional Istaka Widi Suharyanto mengatakan tak mengetahui alasan pekerjanya berada di sana tanpa pengawalan. Biasanya, menurut Widi, proyek dihentikan sementara pada hari tertentu, seperti saat peringatan kemerdekaan Indonesia ataupun kemerdekaan Papua. “Mungkin karena jaraknya jauh untuk kembali ke Wamena, mereka memilih nge-camp di sana,” ujarnya.

Serangan itu nyatanya tak didukung semua kelompok di Papua. Yanto Eluay, anak almarhum Theys Hiyo Eluay, mantan Ketua Presidium Dewan Papua—kumpulan 250 tokoh adat pendukung kemerdekaan—mengecam serangan yang memakan nyawa itu. “Pola perjuangan Papua itu bukan dengan kekerasan, tapi dengan pola kedamaian,” kata Yanto, yang pada 10 November lalu mendeklarasikan dukungan agar Papua tetap bersatu dengan Indonesia. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jayapura ini sudah memaafkan pembunuh ayahnya, yang tewas pada hari yang sama 17 tahun silam karena dibunuh prajurit Komando Pasukan Khusus.

MEMIMPIN serangan terhadap pekerja PT Istaka Karya, pamor Panglima Komando Daerah Operasi III, Ndugama, Nduga, Egianus Kogoya, melejit. Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih Kolonel Muhammad Aidi mengatakan tim satuan tugas dari TNI dan Polri terus mencari keberadaan Egianus. “Target kami menemukan dia hidup atau mati,” ujar Aidi.

Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Sebby Sambom, mengatakan usia Egianus sebenarnya terbilang muda. “Sekitar 30 tahun,” ujarnya. Menurut Sebby, Egianus adalah putra pertama Daniel Yudas Kogoya, tokoh pro-kemerdekaan. Setelah Daniel Yudas meninggal sekitar dua tahun lalu, tongkat komando berpindah ke tangan Egianus.

Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan Daniel Yudas Kogoya ikut menculik 26 peneliti Tim Ekspedisi Lorentz pada 1996. Penculikan itu dipimpin tokoh Organisasi Papua Merdeka, Kelly Kwalik, yang tewas pada 2009. Sebby mengklaim kelompok Egianus Kogoya, juga kelompok milisi lain, memiliki 2.500 anggota. Tapi Muhammad Aidi memperkirakan kekuatan grup itu hanya sekitar 50 orang.

Menurut Sebby, kelompok Egianus menyiapkan serangan dengan mengumpulkan amunisi dan senjata. Caranya, kata Sebby, dengan menyerang personel TNI dan polisi, kemudian merampas senjata mereka. Dia mencontohkan, pada Agustus lalu, kelompok itu menyerang TNI di Kabupaten Puncak Jaya. Dua prajurit TNI gugur dan senapannya berpindah tangan.

Tak hanya mendapatkan persenjataan dengan merampas, kelompok pro-kemerdekaan juga mendatangkan senapan dari daerah lain. Tito Karnavian mengatakan senjata yang digunakan antara lain berasal dari sisa-sisa konflik di Ambon. Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Perwakilan Papua, Frits Ramandey, mengatakan perakit senjata di Ambon juga membuka perakitan senjata di dua wilayah di Papua.

Egianus Kogoya. -Istimewa

Selain itu, kelompok milisi membeli senjata dari luar negeri. Tito menyebutkan senapan itu dimasukkan melalui Papua Nugini, yang berbatasan langsung dengan Papua. Pasokan senjata lainnya berasal dari Filipina. Sedangkan Badan Intelijen Negara dalam rapat tertutup dengan Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat menyebutkan senapan di Papua juga berasal dari Thailand.

Kelompok Egianus juga memiliki sejumlah catatan kebrutalan. Mereka menembaki pesawat Twin Otter milik Trigana Air yang membawa 15 anggota Brigade Mobil saat mendarat di Bandar Udara Kenyam, Kabupaten Nduga, Juni lalu. Kepala Polri Tito Karnavian menuding kelompok itu juga memerkosa seorang guru yang berasal dari luar Papua pada Oktober lalu. Membenarkan adanya serangan ke pesawat Trigana, Sebby membantah terjadi pemerkosaan. “Itu rekayasa,” ujarnya.

Presiden Joko Widodo menyatakan tak gentar terhadap ancaman kelompok bersenjata di Papua. “Saya perintahkan Panglima TNI dan Kapolri mengejar dan menangkap semua pelaku tindakan biadab itu,” kata Jokowi. Presiden juga memastikan pembangunan di Papua tetap dilanjutkan karena masyarakat Papua membutuhkannya.

Berkekuatan sekitar 300 personel gabungan dari Komando Pasukan Khusus dan Brigade Mobil, serangan balik segera dimulai. Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih Muhammad Aidi mengatakan bukan hanya kelompok Egianus Kogoya yang menjadi target. Pemimpin militer tertinggi Organisasi Papua Merdeka, Goliath Tabuni, juga disasar. “Operasinya tak ada batas waktu,” ujar Aidi.

Dia mengakui lawan lebih menguasai medan yang berupa hutan dan gunung. “Tapi kami tak akan ciut karena personel kami banyak,” tuturnya. Sedangkan Sebby Sambom mengatakan milisi siap menghadapi serangan tersebut. “Kamilah yang punya hutan,” ujar Sebby.

DEVY ERNIS, PRAMONO, HUSSEIN ABRI, SYAIFUL HADI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus