Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Aksi Pasukan Misterius

11 Agustus 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kelompok misterius mengacaukan Poso. Kabar ini datang dari orang pertama di jajaran Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Da'i Bachtiar. Rabu pekan lalu, kepada wartawan, Da'i menguraikan bahwa kelompok misterius ini sukses mengipasi masyarakat yang sudah berikrar damai, untuk kembali bertempur. Konflik yang terus-terusan meletus sejak awal Mei lalu, menurut Da'i, adalah hasil karya kelompok misterius ini. Sejak perang meletus lagi awal Mei lalu, 12 nyawa melayang, puluhan lainnya masuk rumah sakit, dan ratusan rumah hangus dilalap api. Menurut beberapa warga di Poso, berita seram tentang aksi kelompok misterius itu mulai menyergap Poso sejak awal Mei lalu. "Kami kerap dikejutkan oleh aksi kelompok yang tidak jelas identitasnya," kata Tadeus Piayama, warga setempat. Salah satu aksi kelompok ini adalah penembakan terhadap Lorenzo Tadey, turis asal Italia, dua pekan lalu. Tabir misteri kelompok bersenjata ini masih sulit diungkap. Isu bertebaran. Ada yang bilang kelompok misterius itu adalah pasukan asing negara lain. Kesimpulan ini pertama kali dilontarkan oleh sekretaris tim kelompok kerja Malino I Sulawesi Tengah, Sofyan Farid, setelah timnya melakukan investigasi sejak awal Mei lalu. Kata Sofyan Farid, timnya mencurigai sekitar 67 anggota relawan lembaga swadaya masyarakat asing yang masuk ke Poso. "Badan mereka kekar-kekar dan memiliki kemampuan teknis militer," kata Sofyan Farid saat itu. Sudah begitu, lembaga sosial tempat mereka bekerja juga tidak terbuka ketika dimintai keterangan. Alhasil, aksi si asing dianggap mencurigakan. Kesimpulan Sofyan yang bergabung dalam kelompok kerja Malino ini kemudian disampaikan kepada aparat, awal Juni lalu. Ketua Komisi Pertahanan DPR RI, Ibrahim Ambong, heran bukan kepalang dengan kehadiran orang asing di wilayah konflik ini. "Kok, ada konflik, mereka malah ke sana," tanya Ambong. Karena itu, Ambong mengusulkan, sebaiknya aparat memeriksa satu per satu orang asing di kawasan itu. Soal adanya pasukan asing di Poso juga pernah dilontarkan oleh Kepala Badan Intelijen Negara, Letnan Jenderal Hendropriyono. Hendro menyebut adanya jaringan Al-Qaidah dalam kerusuhan Poso. Al-Qaidah adalah organisasi pimpinan Usamah bin Ladin yang dituding teroris oleh Amerika Serikat. Tudingan Hendropriyono itu dibantah oleh berbagai kalangan saat itu. Kebenaran soal si asing kini dicoba dibuktikan oleh 12 orang anggota Sandi Yudha dari kesatuan Kopassus yang dikirim sejak awal Mei lalu. Tugas mereka adalah memelototi sekitar lima puluh orang asing yang bertebaran di Poso. Apakah tamu dari mancanegara itu pekerja sosial, cuma tamu penikmat keindahan alam Poso, atau pengacau yang ikut memelihara perang di kawasan itu. Satuan intelijen ini, kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Ratyono, bertanggung jawab langsung kepada Panglima TNI lewat asisten intelijen dan asisten operasi Mabes TNI. Semua tugas pokok mereka adalah perintah langsung dari Panglima TNI. Ratyono curiga, jika benar ada orang asing, itu untuk menciptakan kesan bahwa Indonesia tidak aman untuk investasi. Sebuah dugaan yang masih terlalu dini. Ada sedikit keanehan sekitar pengiriman anggota Sandi Yudha Kopassus. Satuan ini sama sekali tidak diketahui oleh induknya. Kepada TEMPO, Kepala Penerangan Kopassus, Kapten Farid Ma'ruf, malah menyangkal adanya pengiriman pasukan Sandi Yudha ke Poso. Menurut Farid, kalaupun ada pengiriman anggota pasukan, biasanya dikirim bersama-sama dengan pasukan satuan lainnya. Jadi? "Tidak ada pengiriman anggota Sandi Yudha itu ke Poso," kata Farid Ma'ruf tegas. Pasukan elite di Poso itu bekerja di luar jalur? Sumber TEMPO yang aktif menggalang damai untuk Poso mengeluhkan kehadiran anggota Kopassus ini. Poso, kata sumber ini, sebetulnya sudah damai, tapi perang meletus lagi setelah pasukan elite itu diam-diam memasuki kawasan ini. Sumber ini merasa upaya damai untuk Poso sia-sia adanya. Sebab, "Kami terus dikerjain." Tudingan itu dibantah oleh Ratyono. "Pasukan ini diterjunkan hanya untuk melacak ada-tidaknya tentara asing di sana," ujarnya. Jadi, siapa yang mengirim? Siapa yang misterius? Wenseslaus Manggut, Chandra, dan Muhamad Darlis (Palu)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus