Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUDAH beberapa kali para tokoh politik itu bertemu muka dan ”bermusyawaroh”. Kamis pekan lalu, di rumah mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung di Jalan Purna-warman, Jakarta Selatan, perjumpaan itu masuk putaran keempat. Pernah ”ber-simpang jalan”, kini mereka tampak guyub sejahtera.
Tiba paling awal adalah mantan pre-si-den Abdurrahman Wahid, pas te-ngah hari. Akbar menyambutnya di te-ras ru-mah. Tak lama kemudian muncul bekas presiden Megawati Soekarnoputri. Me-re-ka masuk dan akrab beruluk salam. Gus Dur, biasa, sekali-sekali melepas tawanya yang gurih.
Sejam kemudian muncul bekas Pang-lima TNI Wiranto, disusul bekas wakil presiden Try Sutrisno. Tamu berikutnya datang beriringan: ada Hariman Si-regar, bekas Kepala Polda Metro Jaya Noegroho Djajoesman, anggota DPR RI Emir Moeis, Ibrahim Ambong, dan sejumlah aktivis mahasiswa.
Pembicaraan dibuka dengan kenaik-an harga bahan bakar minyak (BBM). Ujungnya mengkritik pemerintah SBY-Kalla. ”Kita sepertinya terperangkap oleh kepentingan internasional,” kata Hariman Siregar setelah pertemuan itu. Maksudnya, pemerintah taat saja pada resep internasional memperbaiki ekono-mi setelah reformasi, tapi tetap saja krisis belum usai.
Setidaknya, dari empat kali putaran, fo-rum itu punya dua sasaran tembak. Pertama, soal kenaikan harga BBM. Ke-dua, perjanjian damai antara pemerin-tah dan Gerakan Aceh Merdeka, 15 Agustus lalu, di Helsinki. Mereka menilai perjanjian itu kebablasan dan berbahaya bagi kesatuan bangsa.
Di rumah Gus Dur, awal Septe-mber lalu, kelompok itu mendeklarasikan Ge-rakan Nusantara Bangkit Bersatu. Di sana hadir Try Sutrisno, Akbar Tan-djung, dan Taufiq Kiemas mewakili istrinya.
Ada juga aktivis partai politik se-perti Marwah Daud Ibrahim, Muhaimin I-s-kandar, Jumhur Hidayat, dan Eggi Su-dja-na. Wadah itu, kata Gus Dur, me-ng-inginkan negara kesatuan tetap utuh. ”Jadi, tidak ada niatan melawan siapa-siapa atau merobohkan pemerintahan yang sah,” katanya.
Soal Aceh, kata Hariman Siregar, yang ditolak bukan substansi perdamaian. ”Tak ada yang tak setuju Aceh damai,” ujar Hariman, yang berperan sebagai juru bicara tak resmi gerakan itu. Kritik dilontarkan karena pemerintah me-li-batkan kekuatan asing dan memberi konsesi terlalu besar bagi GAM.
Sebelumnya, protes keras atas perjanjian Helsinki sempat muncul di parlemen. Dipimpin Syaiful Sulun, sekitar lima puluh veteran Angkatan 45 datang ke gedung DPR RI, Senayan, dua pekan lalu. Mereka menghadap Wakil Ketua DPR RI Soetardjo Soerjogoeritno dari Fraksi PDI Perjuangan, dan mendesak parlemen menolak kesepakatan damai pemerintah dan GAM.
Kepada wartawan, Sulun bahkan menyatakan kemungkinan melakukan impeachment terhadap presiden. Menurut dia, presiden telah melanggar konstitusi. Seperti gayung bersambut, Soetardjo mendukung usulan proses impeachment itu. ”Tapi ini hanya sindiran, kecuali PDI Perjuangan didukung partai besar,” ujar Soetardjo, yang partainya beroposisi dengan pemerintah SBY-Kalla.
Memang belum ada dukungan terbu-ka soal memecat presiden. Tapi, PDI Per-juangan aktif melakukan pertemuan dengan berbagai elemen, misalnya de-ngan para bekas jenderal TNI, di Hotel Hilton, Jakarta, dua pekan lalu.
Hadir di sana Kemal Idris, Saleh Basarah, Surjadi Soedirdja, Mutoyib, Bi-bit Waluyo, Sayidiman Surjohadipr-ojo, Fachrur Rozi, Kiki Syahnakri, dan Ian Santoso. ”Tolak MOU. Kita ditipu,” bekas Panglima Kostrad, Bibit Waluyo, berseru.
Suara itu sedikit reda ketika proses pelucutan senjata GAM di Aceh berjalan mulus. Di lapangan, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto bahkan menyatakan puas. ”Justru kami ingin memberi apresiasi kepada pihak GAM, yang sudah serius melakukan langkah-langkah sesuai dengan kesepakatan damai,” ujar Sutarto di Jakarta.
Sampai akhir Desember nanti, gerak-an itu akan menyerahkan 840 pucuk senjata untuk dihancurkan. Pada tahap pertama, sudah 226 pucuk diserahkan ke Aceh Monitoring Mission.
Di rumah Akbar Tandjung, usulan memecat presiden memang belum muncul. Tapi para tokoh yang hadir tampaknya siap bermain panjang. Target terdekat adalah soal naiknya harga BBM. Rapat pun dilakukan bergilir, seperti arisan. Pertemuan kelima akan berlangsung di rumah Megawati. ”Jadwalnya habis Lebaran nanti,” ujar Hariman.
Nezar Patria, Yophiandi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo