Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan berbagai pihak di berbagai daerah, termasuk para ulama Muhammadiyah di Yogyakarta. Mereka membentuk satuan pejuang Askar Perang Sabil (APS) dan Markas Ulama Askar Perang Sabil (MUAPS) dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Askar Perang Sabil dapat dikatakan sebagai organisasi kelaskaran bentukan Muhammadiyah. Mengutip "Askar Perang Sabil dalam Revolusi Fisik di Yogyakarta Tahun 1945-1949", tujuan pendirian APS adalah membantu TNI dalam melawan musuh serta melandaskan perjuangan sesuai dengan ajaran Islam.
Anggota APS terdiri dari mantan laskar Hizbullah dan Sabilillah, serta kelompok pemuda kampung muslim berusia 40 tahun ke bawah. Mereka bergabung dengan APS karena ingin berjuang di jalur militer dengan bernapaskan Islam. Selain para pemuda, para ulama kondang saat itu pun bergabung seperti KH Machfudz, H. Juraimi, KH Ahmad Badawi, KH Amin, dan KH Abdullah.
Gagasan untuk membentuk APS muncul untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Melansir dari muhammadiyah.or.id, Ahad, 15 Agustus 2021, pada masa agresi militer Belanda, APS menjadi pasukan semi-militer dengan tujuan membantu pemerintah Indonesia di titik-titik pertempuran.
Pada Agresi Militer I, untuk pertama kalinya Muhammadiyah menerjunkan pasukan APS ke pertempuran di daerah Mranggen dan Srondol. Lalu, pada Agresi Militer II, Muhammadiyah bekerja sama dengan pasukan TNI untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta.
M. RIZQI AKBAR
Baca juga: