BANDUNG, menjelang Lebaran Minggu siang lalu, hampir menjadi "lautan maut". Persisnya di Jalan Dalem Kaum di pusat pertokoan dan kaki lima. Pengunjung berjubel berbelanja untuk kebutuhan Lebaran. Di tengah hiruk-pikuk pengunjung, tiba-tiba, di dekat tangga lantai II Parahyangan Plaza, terdengar bunyi menyentak. Braak! Suara itu tak terlalu keras, memang. Namun, akibatnya sungguh di luar dugaan. Sementara pengunjung menafsirkannya sebagai awal gemuruh gedung retak. Sebab, setelah itu, memang terdengar suara panik seorang laki-laki, "Retak! Retak! Gempa! Gempa! . . ." Maka, dalam sekejap, teriakan itu menyebar. Lantai II, yang disewa Ramayana Department Store, berubah jadi kacau. Pengunjung berebut turun. Anak-anak tergencet, ibu-ibu menjerit karena panik. Untunglah, satpam di Ramayana dengan cekatan mematikan elevator. Belum sempat kepanikan itu reda, pertokoan di sampingnya, di gedung Dallas, meledak keributan. "Kebakaran! Kebakaran!" suara laki-laki berteriak dari lantai II di gedung tersebut. Kontan saja lantai penuh sesak pengunjung pada Super-Bazar menjadi arena jeritan histeris. Mereka bertambah panik ketika listrik dipadamkan. Pengunjung berjejal dan berebut turun ke lantai I lewat tangga selebar dua meter. Di sinilah malapetaka terjadi. Sebab, pintu keluar menuju luar gedung yang cuma enam meter di lantai I dipenuhi dengan kotak barang obral. "Saya cuma menangis dan berteriak. Saya tidak tahu harus berbuat apa," kata seorang pramuniaga. Tapi, karena diam, ia selamat. Sebab, musibah pada Minggu siang sekitar pukul 13.00 itu justru menimpa para pengunjung yang berebut keluar. Beberapa sepeda motor yang diparkir di depan gedung juga ikut ringsek dilanda "banjir" manusia. Korban berjatuhan. Tercatat 73 orang diangkut ke rumah sakit. Dua orang meninggal di tempat. Hingga Senin pekan ini kedua jenazah itu masih berada di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Sementara itu, korban yang masih dirawat di rumah sakit kini tinggal 20 orang. Luka yang diderita korban kebanyakan adalah lebam pada muka. Mungkin kena benturan benda keras atau terinjak-injak. "Anak saya, Nina, 7 tahun, kakinya patah dan sekarang dirawat di Rumah Sakit Immanuel," kata Saepudin. Bersama istri dan ketiga anaknya ia berbelanja baju Lebaran. Saat mereka akan pulang, musibah itu datang. Akibatnya, istri dan ketiga anaknya masuk rumah sakit. Suara tersebut, setelah diteliti, ternyata bersumber dari keretakan tegel keramik seluas 3 x 1,5 meter di lantai II Parahyangan Plaza. Dan Senin ini mulai diperbaiki. "Jadi, tak benar kalau lantai betonnya ikut retak. Coba Anda lihat, kan lantainya asli, tak ada yang retak," kata penanggung jawab Parahyangan Plaza, Uung Jamhuri. Sedang di Gedung Dallas tak ada kebakaran. Aman-aman saja. Tapi musibah yang datang memang tak bisa diperkirakan sebelumnya. "Kami tak bisa apa-apa dengan kejadian yang sangat mendadak itu," kata Hendrik Pangestu, Wakil Kepala Ramayana Department Store. Menurut Hendrik, pihaknya kini sedang menurunkan tim untuk mendata jumlah korban dan kerugian akibat musibah itu. Adakah kejadian itu karena sabotase untuk memancing kekeruhan? Kepala Polwiltabes Bandung, Kolonel Pol. Drs. Atok Sunarto, tentu saja membantahnya. "Kejadian itu timbul karena kepanikan ada tegel yang retak. Ya, mau diapakan lagi, namanya juga orang panik," kata Atok Sunarto. Itu sebabnya, dalam peristiwa ini tak ada yang ditahan. Walau demikian, polisi tetap akan meminta keterangan pihak pengelola Parahyangan Plaza. Musibah boleh datang, cari duit jalan terus. Dua jam setelah musibah ini, pertokoan itu dibuka kembali seperti sediakala. Dan pengunjung tetap saja membludak. WY, Riza Sofyat, dan Dwiyanto Rudi (Biro Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini