Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Delapan orang dengan jip merah

Kantor polsek syamtalira, arun, aceh utara, diserbu 8 orang berkendaraan jip. Koptu.A. Alil Ibrahim -- ketika itu sedang jaga -- tewas ditembak. Kantor Polsek dibakar. Belum terungkap siapa pelakunya.

14 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMPAI akhir pekan lalu, penyerbuan terhadap kantor Polsek Syamtalira, Arun, Kabupaten Aceh Utara, masih misterius. "Kasusnya sedang diusut," kata Letnan Kolonel Achmad Affandi, Komandan Kodim Aceh Utara. Jangankan pelaku penyerbuan bersenjata itu, identifikasi terhadap jip yang mereka gunakan dalam aksi itu pun masih menemui kesulitan. "Ada yang bilang warnanya hitam, yang lain bilang biru, dan sebagian lagi bilang merah. Mana yang benar?" kata seorang bintara polisi Polres Aceh Utara. Yang pasti, penyerbuan dini hari, sekitar pukul 01.30, Selasa pekan lalu itu menyebabkan Kopral Satu (Koptu.) A. Jalil Ibrahim, 32 tahun, tewas oleh peluru senjata otomatis yang diduga dari senapan serbu M 16. Peluru itu menerobos dari pangkal leher, tembus sampai punggung bintara polisi beranak dua itu. Sebagian kantor Polsek itu sempat hangus dimakan api yang disulutkan penyerbu. Syukurlah, penduduk setempat yang beramai-ramai keluar rumah berhasil memadamkan api sehingga tak seluruh kantor polisi itu menjadi arang dan abu. Pada malam jahanam itu, A. Jalil Ibrahim sedang tugas jaga di kantor Polsek bersama temannya, Koptu. D. Sihombing. Karena mengantuk, Sihombing membuka sepatunya dan bersiap naik ke sebuah tempat tidur kecil di bagian belakang kantor. Saat itulah terdengar pintu kantor diketuk orang. "Buka," terdengar suara membentak dari luar. Kedua polisi itu menduga, yang datang adalah atasan mereka. Maka, Jalil bergegas membuka pintu. Tapi baru saja ia berdiri, terdengar rentetan tembakan dari luar. Salah satu di antaranya mengenai Jalil. Kawanan penyerbu yang diduga berjumlah delapan orang itu langsung mendobrak pintu. Salah seorang di antaranya masih sempat memukulkan popor senapan ke tubuh Jalil yang sudah tergeletak berlumur darah. Sihombing berhasil meloloskan diri. Mula-mula ia bersembunyi di kamar kerja Kapolsek. Pada saat kawanan itu mengobrak-abrik kantor polisi yang cuma berdinding papan lapuk dan berlubang-lubang, tiba-tiba listrik mati. Mungkin karena ada kabel yang putus tersenggol mereka. Suasana gelap-gulita itu menguntungkan Sihombing. Ia menyelinap lari. Sementara itu, setelah puas mengobrak-abrik kantor -- mereka sempat juga menggeledah kantung Jalil yang sudah jadi mayat, dan membawa dompet almarhum -- kawanan penjahat itu menyulutkan api ke kantor tersebut, lalu pergi dengan sebuah jip. Untuk apa dompet almarhum yang cuma berisi STNK sepeda motor serta surat-surat pribadi itu mereka ambil, belum jelas. Banyak sumber yang dihubungi TEMPO di sana menampik dugaan bahwa gerakan itu bermotif kriminal. Mereka menduga, peristiwa itu aksi teror yang dilakukan sisa-sisa pengikut Aceh Merdeka, atau siapa saja, pokoknya dengan motif politis. "Kalau mereka mau merampok, masa sasarannya kantor polisi," kata Syarwani, 30 tahun, istri Jalil. Nyatanya, sepeda motor almarhum yang diparkir di sana di malam peristiwa sama sekali tak disentuh para tamu tak diundang itu. Banyak orang lalu menghubungkan peristiwa ini dengan terbunuhnya Sersan Mayor (Purn.) Rahman Alibasyah, 56 tahun, awal bulan lalu, di Cot Girek, Lhoksukon, juga di Kabupaten Aceh Utara. Malam itu, Sersan Mayor Rahman, bekas anggota intelijen Korem setempat yang baru tiga bulan menjalani pensiun, sedang menunggui warung kopinya. Sebuah jip merah berhenti, delapan lelaki keluar dari sana, singgah di warung itu. Mereka sempat minum. Tiba-tiba saja, empat di antaranya mengerubuti Rahman, dan purnawirawan itu tewas akibat bacokan golok. "Sampai sekarang belum terungkap siapa pelaku peristiwa itu," ujar Kapolres Aceh Utara Letnan Kolonel Soetardjo. Amran Nasution, Mukhlizardy Mukhtar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus