Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Berakhirnya matahari mengelilingi bumi

Dua pekan lalu, setelah lebih dari 3,5 abad, vatikan mengampuni galileo yang dihukum seumur hidup. kenapa gereja demikian tegar mempertahankan sikapnya terhadap ilmu pengetahuan?

14 November 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ROMA, 12 April 1633. Di ruang sidang Vatikan yang penuh sesak oleh para kardinal, uskup, teolog, dan para filsuf tengah berlangsung sidang inkuisisi -- persidangan terhadap orang yang dinilai mengajarkan ajaran sesat yang dapat mengancam kewibawaan Gereja. Sang terdakwa adalah seorang lelaki gaek dalam keadaan sakit parah. Meskipun begitu, di mimbar tempat ia berdiri, dengan dagu mendongak ia menghadapi pertanyaan atau caci maki yang dilontarkan kepadanya. Di tengah ruang sidang duduk Paus Urbanus VIII, pemimpin Gereja Katolik Roma pada Abad Pertengahan itu. Setelah berminggu-minggu menjalani interogasi, Galileo Galile, nama terdakwa itu, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Galileo dinyatakan sesat karena dukungannya terhadap hipotesa Nikolaus Kopernikus (seorang astronom Polandia) sekitar seratus tahun sebelumnya) yang mengatakan bahwa bumi bukanlah pusat jagat raya, tapi matahari. Pandangan itu bertentangan dengan kepercayaan Gereja waktu itu, yang yakin bahwa bumi pusat semesta, dan mataharilah yang mengelilingi bumi. Sabtu dua pekan lalu Paus Johannes Paulus II secara resmi menyalahkan tindakan Gereja Katolik Roma lebih dari tiga setengah abad yang lalu itu. Dengan kata lain, Galileo tidak bersalah. Itu disampaikan Paus di depan para anggota akademi ilmu pengetahuan di Istana Vatikan. Bahkan Paus Johannes Paulus II menegaskan, penghukuman Galileo adalah "kebodohan yang tragis". Pernyataan ini berdasarkan hasil penelitian ahli-ahli dari Vatikan yang ditunjuk Paus mempelajari kasus Galileo selama 13 tahun. Sebenarnya kedua peristiwa di atas tak perlu terjadi bila saja Galileo berpihak kepada kelompok yang menentang teori Kopernikus. Sembilan tahun sebelumnya Paus Urbanus VIII minta agar Galileo membuat sebuah karya tulis ilmiah tentang pandangan-pandangan yang ada tentang alam semesta. Permintaan itu dikabulkan Galileo. Setelah delapan tahun ia bekerja keras, sebuah buku selesai ditulisnya: Dialog Tentang Dua Sistem Penting Dunia. Tapi buku ini tidak berpihak kepada pandangan Gereja bahwa bumi adalah titik pusat alam semesta. Justru sebaliknya. Paus marah, langsung memerintahkan agar Galileo datang ke Roma untuk diadili. Para dokter yang sedang merawat ilmuwan besar ini keberatan. Soalnya, perjalanan dari Florence tempat Galileo berada - ke Roma membahayakan keselamatan Galileo, pasien mereka. Namun Paus Urbanus tetap bersikeras dan mengancam. Sebelum vonis dijatuhkan, Galileo dibujuk untuk mencabut pendapatnya. Demi keselamatan jiwanya, akhirnya Galileo menyerah. Konon setelah itu ia menunduk ke bumi sambil berbisik, "Tengok, dia masih terus bergerak." Galileo masih beruntung. Ia tak dijatuhi hukuman mati seperti yang dialami Giordano Bruno, seorang filsuf yang sangat fanatik kepada Kopernikus, 33 tahun sebelum Galileo diadili. Mungkin itu karena Galileo dikenal sebagai seorang Katolik yang taat, dan ia punya hubungan baik dengan para pemimpin Gereja Katolik Roma, termasuk Paus Urbanus VIII sendiri. Ada tiga kardinal anggota Tim Inkuisisi tak bersedia menandatangani hukuman untuk Galileo. Galileo memang seorang ilmuwan besar. Stilman Drake, guru besar Sejarah Ilmu Pengetahuan pada Universitas Toronto, Kanada, menyebutkan berbagai hasil penemuan Galileo di bidang ilmu fisika dan astronomi. Dan kata Drake, sumbangan terbesar Galileo adalah membebaskan ilmu pengetahuan (Fisika) dari pendekatan filsafat Aristotelian. Fisika punya hukum sendiri, tak cukup dijelaskan dengan teori sebab akibat. Itu telah dipraktekkan Galileo dalam berbagai penemuannya, termasuk pembuktiannya terhadap hipotesa Kopernikus dengan teleskop hasil penemuannya. Misalnya, Januari 1610 Galileo lewat teleskop menemukan empat satelit yang berputar di dekat Jupiter. Ini jelas bertentangan dengan pendapat para filsuf alam yang mengatakan bahwa bumi merupakan pusat dari semua gerakan benda-benda angkasa. Stephen Hawking, ahli fisika cemerlang dari Cambridge yang disebut-sebut sebagai Einstein masa kini, menilai Galileo "mempunyai peran yang lebih dari siapa pun dalam proses lahirnya sains modern". Lebih lanjut Hawking mengatakan, "Galileo-lah orang pertama yang berani berpendapat bahwa orang dapat memahami dunia dan alam semesta dengan mengamati dunia dan alam semesta itu". Lalu mengapa Vatikan baru sekarang mengakui Galileo tak bersalah? Tampaknya sikap Gereja Katolik Roma terhadap ilmu pengetahuan agak terlambat. Menurut duta besar Tahta Suci Vatikan di Indonesia, Mgr Pietro Sambi, baru dalam Konsili Vatikan II (1962-1965) -- semacam pertemuan para uskup sedunia yang berbicara tentang pembaruan Gereja -- ada perubahan sikap. Di artikel Nomor 23 dari konsili itu, kata Sambi, disebutkan bahwa gereja di dunia modern memberi otonomi penuh kepada riset ilmu pengetahuan. Dan baru pada masa kepemimpinan Paus Johannes Paulus II sikap itu diwujudkan. Di Akademi Ilmu Pengetahuan Pontifical, November 1969, misalnya, Paus Johannes Paulus II memperingati seratus tahun lahirnya Einstein. Di situ Paus, seperti diceritakan Sambi, mengatakan bahwa Galileo dan Einstein mempunyai karakteristik sesuai dengan zamannya. Kebesaran keduanya, kata Paus pula, diakui seluruh dunia. Julizar Kasiri dan Iwan Qodar Himawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus