Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir membuka Tanwir 1 Aisyiyah periode 2022-2027 di Tavia Hotel Jakarta, pada Rabu, 15 Januari 2025. Menurut dia, istilah Tanwir muncul pada 1935 dalam Muktamar Muhammadiyah ke-24 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Haedar menjelaskan, kata Tanwir sebagai permusyawaratan dapat dimaknai Muhammadiyah sebagai pencerahan. Muhammadiyah menggunakannya sebagai gerakan pencerahan. “Tanwir itu dimaknai Muhammadiyah sebagai praksis untuk membebaskan dari banyak hal, termasuk membebaskan dari kebodohan,” ujar Haedar dalam keterangan resmi, Rabu, 15 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tanwir 1 Aisyiyah digelar pada 15 sampai 17 Januari 2024 yang diikuti 35 perwakilan pimpinan wilayah ‘Aisyiyah (PWA) se-Indonesia. Tanwir kali ini mengangkat tema “Dinamisasi Perempuan Berkemajuan Mewujudkan Indonesia Berkeadilan”.
Tanwir Aisyiyah merupakan forum permusyawaratan tertinggi di bawah muktamar untuk melakukan penguatan, konsolidasi gerakan, dan refleksi atasnya perjalanan Aisyiyah setelah Muktamar ke-48 tahun 2022 di Surakarta, Jawa Tengah. Haedar menyampaikan ucapan selamat atas terselenggaranya Tanwir 1 ‘Aisyiyah periode Muktamar 2022-2027. Ia juga mengapresiasi konsep acara pembukaan yang menarik dengan melibatkan budaya Betawi.
Melalui Tanwir 1 ‘Aisyiyah, Haedar berpesan agar dapat memecahkan persoalan kemanusiaan. Kegiatan ini juga menghadirkan Islam sebagai agama yang mampu memberikan jawaban kekeringan moral rohani dan spiritual. “Sehingga Islam tidak cukup dengan pidato retorika semata,” ujar dia.
Tanwir ini, Haedar melanjutkan, juga diharapkan sebagai wahana membangun relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi. Membangun kesetaraan laki-laki dan perempuan yang bisa berperan sama dalam peran-peran kebaikan. Haedar menyinggung agar ada perubahan gerakan yang serba konfrontatif menjadi gerakan yang memberi solusi konstruktif atas masalah yang terjadi. “Tanwir bukan rapat dan pertemuan biasa. Tapi semua itu harus memberikan peran dan kontribusi. Jangan hanya hadir menjadi panduan sorak,” kata dia.
Pembukaan dilakukan secara simbolis oleh Haedar Nashir dan Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Salmah Orbayinah dengan melepaskan anak panah ke layer sebagai tanda resmi dibukanya Tanwir 1 ‘Aisyiyah.
Pilihan Editor: