Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Manajemen Perum Bulog menyatakan bakal membenahi sistem dan fasilitas penyimpanan pangannya. Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, sejak Agustus lalu, sudah mengadakan sistem penyimpanan terbaru bernama cocoon. Sistem ini menggunakan penutup berbahan plastik yang bisa menjaga kadar karbondioksida dan oksigen sesuai dengan kebutuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hama tidak akan bisa hidup," kata Tri kepada Tempo kemarin. Sistem baru ini, menurut dia, akan melengkapi sistem penyimpanan Bulog yang sudah ada. Tri menjelaskan bahwa prosedur perawatan pangan Bulog selama ini menggunakan kombinasi antara pengaturan sirkulasi udara di gudang dan penyemprotan hama di dalam serta luar gudang secara berkala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tri mengungkapkan, berbagai strategi penyimpanan telah dilakukan agar stok Bulog awet, terutama di saat pasokan pangan stabil seperti setahun terakhir. Tidak adanya gejolak pangan, ucap dia, membuat stok beras Bulog stabil di batas atas 2 juta ton. Padahal, di sisi lain, Bulog wajib untuk terus menyerap beras petani di lapangan.
Ketidakseimbangan neraca operasional tersebut, menurut Tri, membuat beras Bulog menumpuk di gudang. Baru-baru ini ditemukan 20 ribu ton beras busuk. Beras yang harga wajarnya sekitar Rp 160 miliar tersebut pun bakal dilelang dengan harga minimal penawaran Rp 23,7 miliar. "Memang belum semua gudang, tapi dengan adanya cocoon setidaknya bisa tahan setahun," kata Tri.
Di luar persoalan operasional, Perum Bulog yakin tidak akan ada gejolak pangan, khususnya beras, hingga April tahun depan. "Stok kami stabil di angka 2,1. Juta; jadi perayaan Natal dan tahun baru ini takkan ada gejolak harga," katanya. Berdasarkan data Bulog, realisasi operasi pasar cadangan beras pemerintah hingga kemarin ada di angka 546 ribu ton. Sedangkan realisasi pengadaan beras lebih dari 1,1 juta ton.
Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Bulog Divisi Regional Jawa Barat Abdul Hadi menyebutkan, meski banyak gudang di Jawa Barat yang belum dilengkapi cocoon, tidak ada pemusnahan beras di wilayah tersebut. "Untuk Jawa Barat, tidak ada yang dimusnahkan sampai saat ini," kata dia saat dihubungi, kemarin.
Hadi mengimbuhkan, beras Bulog Jawa Barat yang disimpan di 45 gudang tetap layak konsumsi. "Perawatan kami rutin. Tiap bulan disemprot, supaya tidak diganggu hama."
Direktur Utama Bulog Budi Waseso sebelumnya mengatakan, mulai tahun depan bakal memfokuskan bisnis perusahaan ke segmen komersial. Menurut dia, langkah ini adalah solusi untuk menutupi kerugian Bulog yang 90 persen bisnisnya seputar penugasan pemerintah. Bulog juga tercatat menanggung utang lebih dari Rp 28 triliun. "Kalau sudah begini, kami harus tanggung sendiri karena modal pinjam bank tetap pakai rate komersial, bukan khusus," kata Budi ketika diwawancarai Tempo, beberapa waktu lalu.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengklaim Indonesia akan mengalami kelebihan pasokan beras sebanyak 4 juta hingga Maret 2020. Meski demikian, ia menegaskan, pemerintah akan tetap waspada. "Papua tetap rawan pangan, sehingga pemerintah dan Bulog harus mendistribusikan beras menggunakan helikopter," katanya. Kementerian Pertanian menjamin ongkos pengelolaan cadangan beras pemerintah di Bulog ditanggung oleh pemerintah.ANWAR SISWADI (BANDUNG) | DIDIT HARIYADI (MAKASSAR) | ANDI IBNU
Bulog Perbarui Teknologi Penyimpanan Pangan
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo