Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bekasi - Perayaan Hari Disabilitas Internasional 2018 yang jatuh pada Senin, 3 Desember menjadi momen bangkitnya kaum disabilitas untuk lebih produktif dan memiliki daya saing di masyarakat. Hal ini yang dilakukan oleh Yayasan Difabel Action Indonesia yang bermarkas di Bogor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada 8.000 lebih penyandang disabilitas yang kami bina," kata Sekretaris Jenderal Yayasan Difabel Action Indonesia, Isnurul Naini kepada Tempo, Senin, 3 Desember 2018. Dia menjelaskan, seluruh penyandang disabilitas yang dibina berada di lima provinsi di antaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Riau, dan Kalimantan Barat.
Tak lama lagi, Yayasan Difabel Action Indonesia akan dibuka di daerah Lampung. "Kami membina semua difabel, mulai tunarungu, tunanetra, tunadaksa, dan lainnya," ujar dia.
Pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan Difabel Action Indonesia, kata dia, lebih banyak di bidang wirasaha, mulai dari kuliner, fashion, dan lainnya. Langkah ini dilakukan agar keluarga penyandang disabilitas mendapatkan penghasilan tambahan dari jualan hasil produksinya.
Menurut dia, keluarga difabel juga harus mendapatkan pengetahuan tentang cara memperlakukan anggota keluarga sesuai dengan ragam disabilitasnya. Lagipula, biasanya mereka membutuhkan biaya lebih banyak untuk terapi misalnya.
Tenant Yayasan Difabel Action Indonesia di Hari Disabilitas Internasional yang dihelar di pelataran parkir Summarecon Mal Bekasi. Tempo/Adi Warsono
Seorang penyandang disabilitas daksa yang juga binaan Yayasan Difabel Action Indonesia, Nur Ahmad Zaenal membuka usaha vermak pakaian dan berjualan ayam goreng. Pria 38 tahun ini mengaku mendapatkan penghasilan bersih sebesar Rp 2 juta dari dua usaha tadi.
Adapun Nelita, 40 tahun, ibu rumah tangga dengan anak disabilitas memilih menggeluti usaha kerajinan bros. Dalam sebulan omzetnya bisa mencapai Rp 7 juta. "Kami diajarkan bagaimana cara berwirausaha agar produk diterima di masyarakat dan bisa bersaing," ujar Nelita.
Isnurul Naini mengapresiasi upaya pemerintah menerbitkan kartu penyandang disabilitas. Meski begitu, dia berharap fungsi kartu tersebut sama di seluruh daerah, tak hanya di wilayah tertentu saja. "Regulasi dari pusat sampai ke daerah harus sama," ujar dia.