Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Cerita Aulia, Mahasiswa Disabilitas Netra UGM yang Menyutradarai Film Pendek

Meski seorang disabilitas netra, Aulia berhasil menyutradarai sebuah film pendek berjudul Masih Tanda Tanya.

26 November 2023 | 21.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Keterbatasan Aulia dalam hal penglihatan tak jadi penghalang untuk ruang geraknya, baik untuk mengenyam pendidikan, maupun untuk berkarya. Meski mengalami kesulitan demi kesulitan karena kondisi disabilitas, namun semangat Aulia untuk berkarya tak memudar. Ia berhasil menyutradarai sebuah film pendek berjudul Masih Tanda Tanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aulia Rahmi Kurnia adalah mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2022. Saat ini, ia tengah menjalani perkuliahan semester 3 di Universitas Gadjah Mada (UGM). "Kalau keterbatasan, ada lah ya, tapi bisa dilalui," kata dia dalam siniar UGM pada 17 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bersama dengan komunitas Sat Adhirajasa, Aulia memproduksi film Masih Tanda Tanya yang tayang pada 9 Agustus 2023 di kanal YouTube-nya. Aulia mengatakan enam dari sekitar 15 anggota produksi film tersebut adalah disabilitas netra. Film juga sudah diputar di berbagai komunitas pecinta film tanah air.

Film berdurasi 37 menit 12 detik itu adalah praktik dari ilmu yang Aulia dan teman-temannya dapatkan dari kelas membuat film. Mereka telah belajar bagaimana menulis skenario hingga menyutradarai sebuah film.

"Waktu itu dari proses praproduksi, produksi, sampai dengan pasca produksi sekitar 2 bulan," kata Aulia. 

Tema besar yang disuguhkan Aulia dan teman-temannya lewat film ini tak lain isu disabilitas. Film ini menggambarkan dilematik hubungan romansa sepasang kekasih difabel netra dan non-difabel. Mereka menemukan batu sandungan dalam menyatukan janji lewat ikatan pernikahan. 

Dalam proses penggarapan film, Aulia dan tim selalu berembuk agar dapat menghasilkan karya seperti yang diharapkan. Meskipun demikian, kendalanya tentu saja tetap ada.

"Kalau kendala tentu di visual ya. Kalau audio, bagi kami disabilitas netra gak ada masalah. Film kan audio dan visual, satu paket," kata Aulia.

Untuk urusan yang berkaitan dengan visualisasi, Aulia dibantu oleh mentor dan kru. Sebelum proses syuting dimulai, Aulia diskusi dengan koordinator untuk masing-masing bidang.

"Misal dari bagian kamera, aku mengutarakan film ini akan dibuat seperti apa, gambarnya akan gimana. Jadi waktu itu bahas adegan per adegan," kata Aulia.

Ke depan, Aulia bercita-cita ingin memproduksi film lagi. "Jangan pernah berhenti untuk berkarya. Hidup adalah untuk berkarya dan berkarya. Berkarya tidak memandang kamu siapa, saya siapa. Kita semua sama," ujarnya. 

Tak menyangka bisa kuliah di UGM 

Aulia ingin segera lulus kuliah dengan nilai terbaik dan dapat membahagiakan orang tua serta orang di sekitarnya. Aulia mengatakan pada awalnya ia tak menyangka akan diterima kuliah di UGM.

Sebenarnya, keinginan Aulia untuk kuliah di sana tak begitu besar. Namun, ia ingin membuat orang tuanya gembira. 
 
"Sebenarnya dulu ingin kuliah di UGM, tapi enggak terlalu ingin. Hanya untuk menyenangkan orang tua. Dari daftar saja orang tua sudah senang sekali, apalagi Alhamdulillah-nya lolos," katq Aulia.

Dalam proses perkuliahan, Aulia bersyukur mendapatkan bantuan dari sekitarnya. Misalnya hendak menuju kelas, ada satpam yang sedia mengantarkannya. Begitu di kelas, ada teman yang mau membacakan buku atau bahan perkuliahan untuk Aulia. 

"Teman-teman juga sudah paham kalau ada temannya yang disabilitas. Ya, sedikit banyaknya perlu bantuan," kata Aulia. 

Aulia kehilangan penglihatannya ketika masih kecil. Ia ceritakan asal muasalnya adalah salah obat. Ia lahir di Jakarta dan pindah ke Yogyakarta pada tahun 2014 untuk sekolah di Sekolah Luar Biasa dari jenjang SMP sampai SMA. 

Juga aktif dalam bidang olahraga 

Aulia juga aktif mengikuti olahraga seperti catur dan goalball atau bola gawang. Bola gawang merupakan olahraga tim yang dirancang khusus untuk atlet dengan gangguan penglihatan. Dalam olahraga ini, peserta bersaing dalam bentuk tim yang terdiri dari tiga orang. Mereka melempar bola dengan lonceng yang tertanam di dalamnya ke gawang lawan.

Kesukaan terhadap kedua cabang olahraga ini bermula ketika Aulia berada di jenjang SMP. Ketika itu, Aulia tinggal di asrama mencoba mendalami olahraga catur dan bola gawang.

"Minatnya goalball dan catur, ya sudah akhirnya ikutan. Alhamdulillah-nya, 2018 dipercaya mewakili teman-teman dari DIY di kejuaraan nasional. Alhamdulillah, waktu itu juara tiga. Itu pertama kalinya sih," kata Aulia.

Belum lama ini, Aulia juga membawa pulang dua penghargaan dari Kejuaraan Daerah National Paralympic Comittee II DIY 2023 untuk cabang olahraga catur. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus