Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Cerita Penderitaan di Balik Lomba Makan Kerupuk

Lomba makan kerupuk ternyata memiliki makna mendalam di baliknya. Berikut adalah penjelasannya.

18 Agustus 2021 | 13.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para pemeran film Bumi Manusia Mawar de Jongh (tengah), Jerome Kurniawan (kiri), dan Bryan Domani berlomba makan kerupuk saat berkunjung ke Kantor Berita Antara, Wisma Antara, Jakarta, Rabu, 31 Juli 2019. Film yang diadaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta Toer itu digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo. ANTARA/Sigid Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lomba makan kerupuk merupakan salah satu lomba yang paling umum diselenggarakan ketika Perayaan HUT Kemerdekaan RI. Lomba ini sering dipilih karena simpel dan praktis untuk digelar. Selain itu, lomba ini juga tidak kalah seru dengan berbagai jenis lomba 17 Agustus lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pelaksanaan lomba ini cukup sederhana. Bahan-bahan yang dibutuhkan hanyalah beberapa buah kerupuk dan beberapa utas tali. Semua bahan tersebut kemudian dirangkai menjadi sebuah gantungan kerupuk untuk dimakan secepat mungkin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagaimana perlombaan lain, lomba makan kerupuk juga memiliki pemenang dalam setiap perlombaannya. Pemenang dalam lomba makan kerupuk adalah mereka yang berhasil memakan kerupuk sampai habis lebih cepat dari peserta-peserta lain. Adapun beberapa aturan juga diberlakukan dalam pelaksanaan lomba makan kerupuk. Salah satunya adalah larangan menggunakan tangan ketika memakan kerupuk. Larangan tersebut membuat lomba makan kerupuk semakin terasa seru.

Meskipun terkesan sederhana dan seru, lomba makan kerupuk ternyata memilik makna dan kisah haru mendalam yang ada di baliknya. Dilansir dari indonesia.go.id, lomba makan kerupuk merupakan lomba yang sangat berkaitan dengan masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada 1930 hingga 1940-an, Indonesia mengalami krisis ekonomi di bawah pemerintahan kolonial Belanda.

Pada masa-masa tersebut, kerupuk menjadi makanan pelengkap yang diandalkan oleh rakyat Indonesia. Selain makanan pelengkap, kerupuk juga menjadi makanan yang identik dengan rakyat kecil. Sebab, pada waktu itu, harga kerupuk sangatlah terjangkau dan banyak dikonsumsi oleh rakyat kecil.

Kemudian pada tahun 1950-an, Indonesia kembali mengalami masa krisis ekonomi. Namun, masa peperangan telah berakhir. Karena itu, lomba makan kerupuk pun dilaksanakan untuk pertama kalinya. Lomba itu dilaksanakan untuk merayakan berakhirnya peperangan sekaligus mengingat bahwa rakyat Indonesia pernah berada di masa-masa krisis, yang ditandai dengan konsumsi kerupuk oleh rakyat kecil.

BANGKIT ADHI WIGUNA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus