Berpolitik mesti cerdik. Sosialisasi tanda gambar menjelang pemilu tak boleh berhenti hanya karena larangan partai politik nyolong start kampanye. Buat menyiasatinya, muncullah terobosan menarik: mengedarkan barang-barang bergambar logo partai. Di Madiun, Jawa Timur, misalnya, beredar air minum dalam kemasan cap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) plus slogan "Membela yang Benar."
Dari bentuknya, air kemasan 220 mililiter itu persis dengan yang beredar di pasaran, lengkap dengan nomor izin dari dinas kesehatan. "Bukan mencuri start. Wong, untuk kalangan sendiri, tidak dijual," kata Ketua PKB Kecamatan Manguarjo, Kota Madiun, Mohamad Ridwan, kepada TEMPO. Namun ia mengakui barang itu cukup efektif buat menyosialisasi partainya.
Harga air kemasan buatan Surya Fira Mineral Madiun itu pun murah. Satu kardus berisi 48 biji dijual Rp 7.000. "Pabriknya" di depot air minum isi ulang yang diawaki empat orang di gang Jalan Gulun 9B, Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman. Pemiliknya Syamsudin, Ketua PKB Kejuron. "Baru dua bulan saya berbisnis ini," ujarnya.
Syamsudin juga distributor rokok 12 batang cap PKB. Rokok kretek buatan Pandaan, Pasuruan, itu distok dari PKB Jawa Timur seharga Rp 2.000 per bungkus. Kemasannya dominan warna hijau dipadu garis putih di tepinya, penuh dengan simbol dan slogan PKB. Tak lupa tercantum peringatan pemerintah bahwa merokok merugikan kesehatan. "Ini selingan saja. Setelah tegang mikir partai, merokok dulu," ujar Ketua PKB Jawa Timur, Choirul Anam, sambil terbahak.
Yang paling "menggiurkan" adalah penjelasan komposisi racikannya: "Rokok Partai Kebangkitan Bangsa Merupakan Paduan Sempurna Tembakau dan Cengkeh Pilihan Yang Berkwalitas Tinggi Cita Rasa Yang Khas Didapat Dari Tambahan Saos Yang Mengandung Habatus Sauda' Yang Alami." Nah, kaum nahdliyin—mayoritas pendukung PKB—yakin habatus sauda' (jintan hitam dari Arab) manjur meningkatkan kemampuan seksual penggunanya.
Boleh saja pengurus partai menyebut itu bukan kampanye terselubung karena hanya disebarkan di internal partai. Tapi tak ada jaminan barang itu tak luber ke publik. Contohnya di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Permen berbungkus putih dengan logo biru Partai Amanat Nasional (PAN) sampai beredar di Taman Pendidikan Al-Quran Al-Falah, asuhan warga Muhammadiyah. TEMPO melihat pembagian permen di lembaga pendidikan itu.
Siti, guru di Al-Falah, mengaku bahwa permen PAN tadi oleh-oleh saudaranya dari Yogyakarta. Memang keluarga besarnya dari kalangan Muhammadiyah yang juga pendukung PAN. "Mungkin saja yang membuat Pak Amien Rais (Ketua Umum PAN)," ujarnya.
Sebenarnya PAN Jawa Timur juga membagikan ribuan permen kepada kadernya. Ketua PAN Nganjuk, Gundi Sintara, mengaku ikut mendistribusikannya. "Saya hanya mendapat beberapa bungkus dari PAN Jawa Timur," katanya. Belakangan PAN juga membuat air minum kemasan, tapi gambarnya Amien Rais dengan tulisan "Bersatulah Bangsaku".
Kebutuhan sosialisasi dengan atribut konvensional tak kalah marak. Calon anggota DPR dari PDIP, Didi Supriyanto, sudah memesan 10 ribu kaus. Saat tiba masa kampanye, ada lagi rompi, jaket, topi, pin, korek, dan Al-Quran buat dibagikan ke konstituennya. "Bisa habis Rp 50 juta lebih," kata calon dari Kabupaten Bandung ini.
Adapun Erman Suparno, calon anggota DPR dari PKB, sudah memesan 40 ribu kaus seharga Rp 8.000 per buah. Jumlah itu bisa bertambah saat kampanye. Belum lagi atribut plus spanduk dan umbul-umbul. "Ini mau tambah kaus lagi 20 ribu, supaya enggak kehabisan bahan," ujar calon dari Magelang, Jawa Tengah, ini.
Kebutuhan besar itu menjadi keuntungan buat para pengusaha sablon dan percetakan. Bos CV Beringin Jaya, Yulisman, termasuk yang ketiban rezeki di masa kampanye. Pada November-Desember saja, ia mendapat order 500 ribu kaus Golkar. Pesanan membeludak saat makin dekat kampanye. "Harga kaus Rp 4.000 sampai Rp 10.000," kata pedagang di bilangan Senen ini.
Pengusaha sablon kaus pun tumbuh subur. Kartoyo sengaja memulai bisnis sablonnya mendekati pemilu ini. Alasannya lebih mudah cari fulus dan tambahan modal karena banyak pesanan. "Saya banyak menerima order atribut dari anggota DPR yang akan mencalonkan lagi," ujarnya. Karena ia kenal dekat dengan pemesan, harga malah lebih tinggi, hitung-hitung tambahan modal. "Sekarang belum membeludak karena daftar caleg belum pasti," kata Kartoyo.
Namun ada juga yang waswas berhubungan dengan orang partai. Manajer Produksi CV Marsins, Timur Merit Setyawan, mengaku pilih-pilih menerima order. Sebab, banyak rekannya di Yogyakarta yang tertipu oleh pengurus partai. Pesanan jumlah besar diambil tapi tak dibayar karena partainya gagal ikut pemilu. "Kalau pengurus partai besar biasanya minta harga sangat rendah biar dia bisa ambil untung," kata Timur.
Jobpie Sugiharto, Sunudyantoro (Madiun), Dwidjo U. Maksum (Nganjuk)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini