Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Deretan Tradisi Menikah Unik di Indonesia, Beberapa Mirip Kawin Tangkap

Bukan hanya kawin tangkap, tradisi membawa kabur calon pengantin perempuan juga dilakukan di Lombok dan Banyuwangi

11 September 2023 | 09.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pernikahan tradisional. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tradisi kawin tangkap di Sumba berujung ke ranah hukum. Praktik kawin tangkap yang dilakukan baru-baru ini ditengarai mengandung unsur kekerasan dan eksploitasi perempuan. Dalam sebuah video yang viral di media sosial, terlihat sekelompok pria menyergap sesosok perempuan dan membawanya.

Terlepas dari tradisi kawin yang berujung hukum itu, Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya budaya dan tradisi, termasuk dalam perayaan pernikahan. Setiap daerah di Indonesia memiliki cara unik dalam merayakan pernikahan. Dilansir dari berbagai sumber, inilah 16 tradisi pernikahan unik dari berbagai penjuru nusantara: 

1.Kawin Culik (Sasak)

Suku Sasak di Lombok memiliki tradisi kawin culik, di mana calon pengantin laki-laki harus menculik calon pengantin perempuan sebelum menikah.

Dalam jurnal dari Universitas Tribhuwana Tunggadewi yang berjudul Tradisi Kawin Culik Masyarakat Suku Sasak di Lombok Tengah dalam Perspektif Komunikasi Budaya karya Yakum Handum dan Akhirul Aminulloh, disebutkan jika kawin culik merupakan kearifan lokal. Kawin culik dianggap sebagai simbol keberanian seorang laki-laki kepada istrinya.  

Suku Sasak meyakini, seorang laki-laki dianggap berani ketika menculik seorang perempuan dari keluarganya. Proses penculikan ini dilegalkan karena merupakan hukum adat yang tidak tertulis di Pulau Lombok. 

2.Pengadangan (Ogan)

Suku Ogan di Sumatra Selatan memiliki tradisi pengadangan unik. Calon pengantin laki-laki dihalangi oleh selendang panjang dan harus membawakan barang-barang yang diminta oleh penjaga calon pengantin perempuan.

3.Begalan (Cilacap, Banyumas, dan Purwokerto)

Di ketiga daerah ini, pasangan pengantin mendapatkan nasihat melalui tarian dan komedi yang disajikan oleh sekelompok penari.

4.Larangan ke Toilet (Suku Tidung)

Suku Tidung di Kalimantan Utara memiliki tradisi yang unik. Calon pengantin harus menahan buang air selama 72 jam sebagai bagian dari persiapan pernikahan.

5.Nanggeni Balanja (Kaili)

Masyarakat suku Kaili di Sulawesi Tengah memiliki tradisi di mana pengantin laki-laki memberikan sejumlah barang-barang keperluan sehari-hari sebagai tanda penghargaan dan tanggung jawab kepada calon istrinya.

6.Pugpugan (Cirebon)

Pasangan pengantin Cirebon melakukan ritual pugpugan setelah pernikahan. Ritual ini melibatkan lipatan ilalang atau daun kelapa tua yang ditempatkan di kepala kedua mempelai oleh orang tua pengantin perempuan.

7.Lamaran dari Mempelai Perempuan (Minang)

Dalam adat Minangkabau, calon pengantin perempuan yang melakukan lamaran kepada calon pengantin laki-laki. Mereka mengunjungi keluarga calon pengantin laki-laki dan bertukar buah tangan sebagai simbol persatuan.

8.Palang Pintu (Betawi)

Pernikahan Betawi melibatkan pengantin laki-laki yang datang ke rumah pengantin perempuan dengan rombongan. Mereka harus berbalas pantun dengan keluarga pengantin perempuan untuk memasuki rumah.

9.Sabaian (Melinting)

Pengantin asal Melinting, Lampung, harus melewati proses Sabaian, yaitu ritual bermaaf-maafan antara kedua belah pihak keluarga. Gelar Adok untuk laki-laki dan Inai untuk perempuan diberikan kepada pasangan pengantin setelah prosesi ini.

10.Adol Dawet (Jawa Tengah)

Orang tua pengantin perempuan di Jawa Tengah berjualan minuman dawet dan menerima bayaran dalam bentuk pecahan genting dari pembeli. Ini menjadi contoh bagi pasangan untuk membantu membangun dan menghidupi rumah tangga.

11.Mayam (Aceh)

Di Aceh, mas kawin yang berupa emas akan ditimbang dan dihitung dalam satuan mayam. Satu mayam setara dengan 3,37 gram emas. Ini adalah cara unik untuk menentukan nilai mas kawin dalam budaya Aceh.

12.Kromojati (Gunung Kidul)

Di Desa Bohol, Gunung Kidul, calon pengantin pria harus menanam minimal 5 bibit pohon jati sebagai bagian dari upacara pernikahan, yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan.

13.Nyantri (Yogyakarta)

Tradisi Nyantri dari Kraton Yogyakarta mengharuskan pengantin laki-laki bermalam di kediaman calon pengantin perempuan, tanpa boleh bertemu hingga hari pernikahan. Ini adalah momen di mana pengantin perempuan merawat dirinya sebelum pernikahan.

14.Bausung (Banjarmasin)

Di Banjarmasin, pasangan pengantin akan duduk di atas bahu sepasang penari dalam prosesi arak-arakan. Acara ini dihiasi dengan tarian-tarian dan musik khas Banjarmasin.

15.Sinamot (Batak)

Dalam budaya suku Batak, terdapat prosesi bernama Sinamot yang berupa perundingan mas kawin oleh kedua belah pihak keluarga. Jumlah mas kawin yang akan diberikan ditentukan berdasarkan tingkat edukasi, karier, atau status sosial keluarga calon pengantin perempuan. Semakin tinggi tingkatannya, semakin besar pula jumlah mas kawinnya. Ini dianggap sebagai harapan bagi pasangan untuk menghindari perceraian dengan jumlah mas kawin yang mahal.

16.Kawin Colong (Osing)

Di Banyuwangi, suku Osing mempraktikkan kawin colong. Calon pengantin laki-laki menculik calon pengantin perempuan selama 24 jam. Pernikahan hanya dapat dilangsungkan setelah persetujuan keluarga. Dilansir dari buku 10 Tradisi Pernikahan Unik di Indonesia karya Nisa Dewastika, kawin colong merupakan tradisi yang dilestarikan dan tidak berkesan negatif di mata masyarakat. 

Pilihan Editor: Kasus Praktik Kawin Tangkap di Sumba, Polisi Periksa 6 Orang Saksi 

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus