Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Didiagnosa Bipolar, Gayuh Kini Jadi Wisudawan Terbaik UGM Raih IPK 3,91

Mlathi Anggayuh Jati adalah salah satu dari 1.852 wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM).

21 Desember 2023 | 09.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mlathi Anggayuh Jati. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mlathi Anggayuh Jati adalah salah satu dari 1.852 wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diwisuda pada 22 November lalu. Gayuh, sapaan akrabnya didapuk sebagai wisudawan terbaik dari Fakultas Psikologi dengan IPK 3.91. Di balik gelarnya itu, Gayuh mesti berjuang untuk bisa menyelesaikan pendidikan sarjananya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selama kuliah, Gayuh harus berjuang dengan gangguan bipolar yang dialaminya. ”Sejak awal tahun 2020, saya mendapatkan diagnosis gangguan bipolar dan harus mengikuti serangkaian terapi pengobatan dengan psikiater dan psikolog,” katanya dilansir dari situs UGM pada Kamis, 21 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi itu menjadi tantangan bagi Gayuh. Di waktu-waktu tertentu, ia seringkali merasa kesulitan untuk mengelola diri dan membagi waktu untuk kuliah. Beberapa kali ia harus mengikuti kelas online dari rumah sakit karena sedang menunggu antrian obat.

Tak jarang pula, Gayuh juga harus mengerjakan tugas kuliah dan tugas-tugas lain saat menunggu antrian periksa dokter. Sesi diskusi, kerja kelompok, ataupun tugas dan persiapan lomba tetap diikutinya, bahkan ketika sedang menjalani rawat inap di rumah sakit.

Meskipun terlihat memaksakan diri, bagi Gayuh, pertarungan ini dilihatnya sebagai sebuah cara untuk tetap termotivasi dan tetap melangkah walaupun kondisinya sedang tidak optimal. Sejak awal, Gayuh berusaha terbuka kepada orang-orang di sekelilingnya mengenai kondisi sakit yang dialaminya dan berusaha untuk mengomunikasikan keluhan sakitnya sebaik mungkin.

Berbagi Kondisi Kesehatan Mental

Seperti pada saat kondisi kesehatannya sedang tidak baik, Galuh membiasakan untuk menceritakan hal ini kepada orang tua dan teman-teman terdekatnya. ”Saya berusaha memberikan kabar kepada dosen ataupun teman-teman lain yang sedang memiliki kegiatan bersama dengan saya, baik dalam rumpun akademik maupun nonakademik,” katanya.

Tak hanya memberi kabar, Gayuh juga berusaha memberikan solusi dan berani untuk menerima konsekuensi karena ketidakhadirannya. Menurutnya, dukungan dari orang-orang di sekelilingnya inilah yang semakin memantapkan untuk terus bersemangat melanjutkan studi sampai selesai. ”Bersyukur, orang- orang di sekeliling saya sangat mendukung,” ungkapnya.

Selain keluarga dan teman-teman, para dosen dan pengajar di Fakultas Psikologi pun mendukung Gayuh. Beberapa kali Gayuh mendapatkan fasilitas konseling dari fakultas dan mendapatkan saran dari dosen-dosen mengenai cara mengelola kegiatan akademik dan kondisi mentalnya.

Perempuan yang bercita-cita terjun di dunia pendidikan inklusi ini menuturkan belajar psikologi seperti mempelajari diri sendiri. Tak heran jika banyak anggapan, mahasiswa psikologi itu belajar sembari rawat jalan. Ia sangat bersemangat saat mendapat materi baru di perkuliahan.

”Saya merasa antusias setiap ada materi baru karena materi tersebut bisa direfleksikan ke dalam kehidupan saya sendiri dan menjelaskan banyak hal yang terjadi di sekeliling saya,” terangnya.

Aktif Berorganisasi

Selain aktif di kegiatan organisasi, Galuh pun sempat ikut magang, maupun menjadi relawan dan bahkan mengambil pekerjaan di beberapa tempat di luar perkuliahan. Organisasi yang paling lama ia ikuti adalah Kakak Asuh.

Sementara itu, Gayuh juga pernah mencoba menjadi podcaster untuk Podcast Campus UGM dan berkesempatan menjadi Wardah Beauty Campus Ambassador di UGM pada 2021. Masih ingin menempa dirinya dengan berbagai pengalaman, Gayuh juga mulai mengikuti kegiatan-kegiatan magang dalam program Lingkaran Youth Community Development Program, sembari menjadi asisten psikolog di RSJD Dr. Amino Gondohutomo.

Meskipun memiliki segudang kegiatan, Gayuh tetap terampil membagi waktu dan mengelola diri hingga bisa lulus sebagai wisudawan terbaik dengan predikat pujian. Gayuh berpesan agar para perempuan jangan patah semangat dan cari berbagai peluang untuk menggapai cita-cita.

Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM Gandes Retno Rahayu mengatakan capaian prestasi akademik yang diraih oleh Galuh  membuktikan besarnya daya juang perempuan dalam meraih pendidikan.

”Saya mengapresiasi para wisudawan perempuan yang berhasil mencapai tangga pendidikan yang lebih tinggi yaitu jenjang pendidikan sarjana dan D4 ini. Saya yakin setiap wisudawan perempuan memiliki cerita perjuangannya masing-masing dalam meraih Pendidikan, ” katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus