Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dilarang Bikin Satire Politik dalam Pentas Seni, Butet Kartaredjasa: Selamat Datang Orde Baru

Seniman Butet Kartaredjasa menyatakan adanya tekanan berupa permintaan menandatangani surat berisi larangan tidak membuat sindiran bernada politik.

5 Desember 2023 | 12.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Butet Kartaredjasa dalam pertunjukan seni teater "Indonesia Kita" lakon Orang-orang Berbahaya, ditulis dan disutradarai oleh Agus Noor, di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 17 November 2022. Dalam pertunjukan ini terdapat beberapa pemain yang merupakan publik figur diantaranya, Cak Lontong, Akbar Marwoto, Nasirun, Inaya Wahid Bonita, dll. TEMPO/MAGANG/Abdullah Syamil Iskandar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seniman Butet Kartaredjasa menyatakan adanya tekanan berupa permintaan menandatangani surat berisi larangan tidak membuat sindiran bernada politik. Larangan itu muncul saat Butet dan penulis lakon Agus Noor akan mementaskan Musuh Bebuyutan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat, 1 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Butet membenarkan bahwa selama 41 kali pertunjukan Indonesia Kaya, baru kali ini ada larangan tidak menampilkan satire politik dalam pentas kesenian itu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sementara ini, ya cuma baru segitu aja," kata Butet, melalui aplikasi perpesanan, Selasa, 5 Desember 2023. 

Awalnya, sebelum pertunjukan berlangsung, sejumlah petugas Kepolisian Sektor Cikini tiba-tiba datang dan meminta penyelenggara membuat surat pernyataan yang isinya tidak menampilkan pertunjukan yang mengandung unsur politik. 

Butet mengirim bentuk surat yang dia tandatangani. Ada enam poin larangan kepada para penyelenggara pentas tercantum dalam surat, yakni kampanye pemilihan umum, menyebarkan bahan kampanye pemilu, memasang alat peraga kampanye pemilu, menggunakan atribut politik. 

Menggunakan atribut bakal calon presiden dan wakil presiden, bakal calon anggota legislatif Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), DPRD, dan DPD, serta hal yang termasuk dalam kegiatan politik lainnya. "Jika kami melanggar ketentuan tersebut, maka kami siap menerima sanksi sesuai aturan-aturan hukum yang berlaku," tertulis di bawah keterangan surat itu. 

Kepada Tempo, Butet mengirim sebuah video pendek berisi ungkapannya perihal permintaan menandatangani surat berisi larangan itu. Dia mengatakan 41 kali merayakan ibadah kebudayaan di tahun politik yang bikin hati senang. "Karena dari semua teman-teman saya dari kontestan satu, dua, dan tiga hadir di gedung ini. Keren sekali," kata Butet. 

Menurut Butet, perlu belajar menghayati ke-Indonesia-an melalui jalan kebudayaan sebagai rumah kita bersama. "Di antara kita tadi ada yang WA saya, 'Aku datang pakai baju biru', Nusron Wahid," kata Butet. "Nusron, tolong cermati pertunjukan ini dengan hati yang bungah. Jangan bikin laporan yang aneh-aneh, yo." 

Butet bercerita, selama 41 kali pentas Indonesia Kita, baru kali ini ia membuat surat pernyataan tertulis kepada polisi. "Bahwa saya harus berkomitmen tidak ada unsur politik di dalam pertunjukan. "Oh, keren. Selamat datang Orde Baru," kata Butet dengan mengangkat kedua tangannya sambil tertawa. 

Menurut Butet, pertunjukan Indoensia Kita sebagai ikhtiar anak-anak muda menghormati para legenda kesenian Indonesia. Dia bercerita bahwa sebelumnya juga mereka mementaskan Juli Ini Tidak Pernah Mati untuk mengenang Nano Riantiarno, pendiri Teater Koma, serta pertunjukan  penghormatan kepada Sawung Jabo, seniman musik dan teater. 

"Dan pertunjukan kali ini, Musuh Bebuyutan, adalah cara kami mengapresiasi, memberikan penghormatan kepada legenda musik Indonesia Koes Plus," tutur Butet. 

Lakon Musuh Bebuyutan digarap oleh Agus Noor sebagai penulis dan direktur artistik, bersama dengan Butet sebagai pendiri Indonesia Kita, yang juga tampil sebagai aktor utama. Agus menyiapkan pertunjukan itu sebulan yang lalu sebagai bagian dari kegiatan Indonesia Kaya yang sudah terprogram selama setahun. 

Musuh Bebuyutan mengisahkan hubungan seorang pemuda dan seorang perempuan yang bertetangga dan berteman baik di kampung. Namun, keduanya berseteru karena berbeda pilihan politik. Permusuhan keduanya merembet dan membuat situasi kampung penuh kasak-kusuk.

Pilihan Editor: Polisi Diduga Intimidasi Pentas Teater Butet Kartaredjasa dan Agus Noor di Taman Ismail Marzuki

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus