Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ganjalan kerak-kerak perang

Kondisi ekonomi vietnam memburuk akibat embargo barat. kini suasana itu berubah setelah pasukannya ditarik dari kamboja. namun AS tetap pada sikapnya meskipun rugi. sejumlah negara berlomba investasi.

1 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

VIETNAM adalah ekonomi yang terbelenggu. Embargo ekonomi Amerika Serikat yang tak kunjung dicabut membuat Vietnam tak leluasa bergerak dalam persaingan melecut pertumbuhan ekonomi. Padahal, ini adalah cerita lama, sisa-sisa Perang Vietnam yang sudah berakhir 18 tahun silam. Ketika Amerika terpaksa pergi dari bumi Vietnam, mulailah embargo itu diberlakukan. Pada tahun-tahun pertama, embargo ini tidaklah berdampak serius. Maklum, pada saat itu mitra dagang Vietnam yang teruta- ma adalah Uni Soviet dan para sekutunya. Ketika program Doi Moi mulai dicanangkan, barulah hambatan embargo mulai terasa. Soalnya, embargo ini bukan hanya diterapkan oleh Amerika Serikat. Negara-negara Barat sekutu Amerika dan Jepang ikut pula memberi sanksi. Cina juga ikut bergabung ketika negeri ini terlibat dalam perang singkat dengan Vietnam pada awal tahun 1979. Belakangan, negara-negara ASEAN, dengan Thailand sebagai promotor, ikut menyusul sebagai reaksi atas invasi Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978. Selain tak bisa berdagang dengan negara-negara tersebut, Vietnam kehilangan akses bantuan dari organisasi keuangan internasional seperti IMF atau World Bank. Investasi asing dan impor barang-barang berteknologi tinggi pun ikut mampat. Invasi Soviet ke Afganistan dan pemerintahan Ronald Reagan yang sangat keras anti komunis membuat situasi semakin buruk. Reagan akhirnya menetapkan Undang-Undang Larangan Berdagang dengan Musuh, yang praktis melarang perusahaan Amerika melakukan kegiatan bisnis dalam bentuk apa pun dengan Vietnam. Kedua negara berkeras pada tuntutan masing-masing. Amerika menuntut kerja sama sepenuhnya dari Vietnam untuk melacak 2.265 tentara Amerika yang dinyatakan hilang dalam tugas di Indocina 1.648 di antaranya di Vietnam sedangkan Vietnam menuntut miliaran dolar sebagai pampasan perang. Perundingan pun buntu. Suasana berubah ketika Vietnam menarik diri dari Kamboja pada tahun 1989. Dua tahun berikutnya, kerajaan komunis Uni Soviet runtuh. Cina dan negara-negara ASEAN yang tak lagi mempunyai masalah mulai memulihkan hubungan dengan Vietnam. Jepang pun menyusul, pada tahun 1992, sebagai negara sekutu Amerika terakhir yang tak lagi mendukung embargo. Tinggal Amerika sendirian yang masih keras kepala. Dari pihak Vietnam sudah lama muncul tawaran melupakan perang yang sudah silam. Mereka sadar, "Amerika, sebagai sumber dana yang luar biasa besarnya, sangat penting bagi pembangunan ekonomi Vietnam," kata Nguyen Chi Zdung, Kepala Departemen Monitoring Proyek di State Committee for Cooperation and Investment. Ia berharap embargo itu segera dicabut sehingga kedua pihak bisa bekerja sama dalam bidang ekonomi. Sebenarnya, embargo ini belakangan semakin terasa merugikan Amerika. Ketika para pengusaha dari seluruh dunia sedang sibuk membagi-bagi kue bisnis di Vietnam, perusahaan Amerika hanya bisa melongo. Contohnya juga sudah banyak. Air Bus Industry, misalnya, menikmati kontrak sewa lima pesawat Airbus untuk Vietnam Air. Tiga pesawat A-320, yang dicat putih bersih tanpa simbol maupun nama perusahaan penerbangan di badannya, sudah beroperasi di udara Vietnam. Dua lagi akan menyusul akhir tahun ini. Pengusaha Vietnam juga punya akal untuk mengelak embargo. Vietnam Motors Corporation, yang merakit mobil Mazda, tak mengalami hambatan walaupun sebagian saham Mazda dimiliki oleh perusahaan mobil Ford. "Sebab mitra kami bukan Mazda langsung, tapi Columbia Motors dari Filipina, yang sudah punya lisensi dari Mazda," kata Tran Quang Thanh, Direktur Vietnam Motors. Maka, sejak dua bulan lalu, sebuah pabrik perakitan mobil yang berkapasitas 5.000 unit per tahun mulai beroperasi di Hanoi. Masyarakat bisnis Amerika pun sebenarnya sudah lelah dengan situasi ini dan ingin embargo dicabut segera. Hanya saja, mereka mesti bertarung dengan lobi-lobi veteran perang yang masih cukup kuat di Washington. Terlebih lagi, Perang Vietnam masih menjadi isu yang sensitif. Namun, sejak dua pekan lalu sudah mulai muncul bocoran bahwa Bill Clinton akan mencabut embargo menjelang hari Natal. Jika itu benar terjadi, bisa dipastikan arus dana yang masuk ke Vietnam bakal semakin deras. Persoalan baru bisa muncul jika ekonomi Vietnam menjadi kepanasan karena kebanjiran investasi. Harga-harga naik tak terkendali karena arus deras investasi itu akan menciptakan permintaan baru untuk berbagai komoditi yang saat itu pun sudah pas-pasan pasokannya. Infrastruktur yang masih berlepotan juga bisa menjadi masalah. "Jangan khawatir, kami sudah menghitung segala kemungkinan," kata Zdung. Kalangan bisnis di Vietnam pun beranggapan, ekonomi Vietnam tak akan kepanasan gara-gara arus investasi Amerika. Orang Amerika biasanya lebih lamban dalam mengantisipasi hal seperti ini. "Mereka maunya legal system yang rapi. Itu tak ada di sini. Kalau pengusaha Asia memang lebih petualang, dan mereka sudah ada di sini, jadi tak akan ada ledakan arus," tutur Robert Lie, Direktur Bank Indovina. Apakah embargo dicopot atau tidak, orang Vietnam tampaknya sudah ikut menikmati gaya Amerika. Kaus oblong bertuliskan "Cabut Embargo" adalah komoditi laris yang menjadi favorit turis, pengusaha, sampai pengendara cyclo alias becak di Ho Chi Minh City. YH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum