Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

Goenawan Mohamad mengatakan etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan sehari-hari.

1 Mei 2024 | 07.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wartawan Senior Tempo, Goenawan Mohamad berbicara di acara Orasi Tokoh "Tantangan Kebebasan Pers Pasca Pemilu" di gedung Tempo Media Jakarta, 6 Maret 2024. Orasi Tokoh menjadi salah satu rangkaian acara WFO WEEK TEMPO 2024 dalam peringatan ulang tahun ke-53 Tempo. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad menekankan pentingnya kepercayaan dalam profesi jurnalistik. Menurut dia, kejujuran adalah prinsip dasar yang harus dipegang teguh, karena kebohongan tidak memiliki tempat dalam profesi tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Bagi wartawan, modalnya itu dipercaya. Kalau tidak dipercaya, nggak usah jadi wartawan. Tentu dipercaya itu ada suatu dasar yang harus dipakai, yaitu tidak bohong,” tutur Goenawan di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta Barat pada Selasa, 30 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itu diungkapkan Goenawan pada perayaan Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo dengan tema "Etika dan Tanggung Jawab Sosial (Pemanfaatan) Teknologi Digital".

Menurut Goenawan, penting juga bagi wartawan untuk berbicara mengenai etik dan menyuarakan sikap etis. Dia merinci, etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang dipegang teguh di Majalah Tempo.

“Wartawan tanpa melihat sisi dari kekejaman masyarakat dan manusia, mungkin hanya akan menulis yang indah-indah. Tapi tidak tergerak oleh untuk berbicara mengenai etik, untuk bersikap etik,” imbuh dia.

Dalam konteks Majalah Tempo, Goenawan juga membagikan pengalaman berkaitan dengan keputusan untuk tidak melakukan diversifikasi penerbitan. “Waktu itu kami tidak mempunyai diversifikasi dan ketika Tempo dibreidel, semuanya habis,” kata Goenawan.

Meskipun pada saat itu diversifikasi merupakan pilihan yang menguntungkan bagi banyak perusahaan penerbitan, Majalah Tempo memilih untuk tidak melakukannya karena khawatir akan timbul konflik kepentingan. Bagi mereka, kepentingan masyarakat harus diutamakan di atas kepentingan pribadi.

“Masalah konflik kepentingan ini sangat mendalam diajarkan di Tempo, karena kami tidak bisa melayani dua kepentingan sekaligus yang bertentangan. Kepentingan diri sendiri dan kepentingan masyarakat,” tutur dia.

Goenawan menjelaskan praktik etika yang diterapkan di Majalah Tempo, termasuk larangan bagi wartawan untuk menerima amplop atau hadiah dari pihak-pihak yang menjadi objek liputan.

Hal ini menunjukkan komitmen Majalah Tempo dalam menjaga integritas dan independensinya. “Jangankan menerima uang, menerima traktiran tidak boleh. Hal-hal ini tidak mudah sama sekali karena itu merupakan problem-problem (masalah) kehidupan,“ ujar Goenawan.

Dia mengatakan meskipun tantangan dalam menerapkan etik tidaklah mudah, namun hal ini harus terus dilatih. Tujuannya agar hal tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan profesional maupun personal.

Adinda Jasmine

Adinda Jasmine

Bergabung dengan Tempo sejak 2023. Lulusan jurusan Hubungan Internasional President University ini juga aktif membangun NGO untuk mendorong pendidikan anak di Manokwari, Papua Barat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus