Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua jam sudah berlalu dari waktu beduk magrib ketika Aburizal Bakrie tiba di rumah Agung Laksono di Jalan Cipinang Cempedak II Nomor 23, Jakarta Timur, Rabu dua pekan lalu. Tuan rumah menyambut sang tamu dengan ciuman pipi kanan dan kiri. Berbincang sejenak, Agung membawa Aburizal ke ruang tengah untuk menikmati nasi jamblang, hidangan khas Cirebon. Ditemani sejumlah politikus Partai Golkar lainnya, seperti Theo L. Sambuaga dan Setya Novanto, mereka asyik berbincang sekitar satu jam.
Ketegangan di antara keduanya tak lagi tampak. Sepekan sebelumnya, Agung dan Aburizal berdebat sengit dalam rapat pleno Partai Golkar di kantor pusat partai itu di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Agung beberapa kali menggebrak meja. Wakil Ketua Umum Golkar itu mempertanyakan keputusan Aburizal membentuk koalisi permanen dan memecat tiga kader partai. Agung juga menanyakan waktu pelaksanaan musyawarah nasional. "Saya keras soal kepastian munas," kata Agung, Kamis dua pekan lalu.
Dalam Munas Golkar pada Oktober 2009 di Riau diputuskan bahwa acara yang sama berikutnya dilaksanakan pada 2015. Tapi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai itu mengatur periode kepemimpinan partai adalah lima tahun. Artinya, kepemimpinan Aburizal akan berakhir tahun ini.
Meskipun belum ada kepastian waktu, bursa calon ketua umum sudah berhamburan ke publik. Dua tokoh senior partai, Agung dan Mohamad Suleman Hidayat, terang-terangan menyatakan minat. Sejak jauh-jauh hari keduanya membentuk tim sukses untuk memimpin partai beringin.
Pencalonan Agung dimotori Mayor Jenderal Purnawirawan Jasri Marin dan Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Leo Nababan. Keduanya merupakan anggota staf khusus di Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, yang dipimpin Agung. Jasri pernah menjabat Komandan Pusat Polisi Militer dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi TNI/Polri.
Karier Agung tertancap dalam di Golkar. Dia pernah memimpin sayap Golkar, Angkatan Muda Pembaruan Indonesia, serta Sekretaris Jenderal dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong-Royong (Kosgoro) 1957, organisasi pendiri partai. "Rekam jejaknya panjang," kata Leo.
Ketika berkunjung ke daerah, Agung rajin mendatangi kader di tingkat kabupaten dan kota. Pada Ramadan ini, ia naik bus keliling Jawa. Seusai tarawih, Agung mengumpulkan pengurus Golkar di daerah yang ia kunjungi, seperti Garut, Sukabumi, Tegal, Yogyakarta, Jombang, dan Situbondo. "Saya lakukan ini sejak menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga zaman Soeharto," kata Agung.
Sebagai Ketua Umum Kosgoro, pengaruh Agung tak bisa dianggap enteng. Ada dua gubernur yang menjadi Ketua Kosgoro di provinsinya, yaitu Anwar Adnan Saleh di Sulawesi Barat dan Syahrul Yasin Limpo di Sulawesi Selatan. Sedangkan Ketua Kosgoro Kalimantan Timur Mukmin Faisyal menjabat wakil gubernur.
Leo menilai Golkar perlu pemimpin berpengalaman ketika terpuruk seperti sekarang. Agung sudah punya bayangan tentang kepengurusannya. Posisi sekretaris jenderal diproyeksikan diisi purnawirawan bintang tiga. Tapi kubu Agung siap berkompromi dengan tokoh muda partai. Leo juga menyebutkan Agung tak berminat lagi menduduki jabatan publik.
Meski menjadi kandidat terkuat, jalan Agung menuju puncak beringin bakal tak mudah. Dia akan bersaing dengan sejumlah tokoh partai yang juga sudah ancang-ancang. Salah satunya Sekretaris Jenderal Kosgoro 1957, Airlangga Hartarto. Pada awal dua pekan lalu, Airlangga mengumpulkan beberapa legislator terpilih di rumahnya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan. Kamis pekan lalu, Ketua Komisi Badan Usaha Milik Negara Dewan Perwakilan Rakyat itu khusus menemui Aburizal di lantai 46 Bakrie Tower di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Lalu Mara Satriawangsa, pertemuan ini hanya silaturahmi biasa. Tapi kicauan Aburizal di Twitter menunjukkan sebaliknya. "Kedatangan Airlangga Hartarto untuk memohon doa restu maju dalam pemilihan Ketua Umum Golkar 2015," kata Aburizal, melalui akun Twitternya.
Airlangga tak bersedia berkomentar banyak tentang pencalonannya. "Insya Allah, saya siap," ucapnya. Sedangkan Agung mengaku belum diberi tahu ihwal keinginan Airlangga ikut maju. "Semakin banyak yang maju semakin bagus," ujarnya.
Tokoh senior lain yang telah lama bergerilya adalah M.S. Hidayat, bendahara partai di era kepengurusan Akbar Tandjung. Menurut Hidayat, enam bulan lalu sejumlah kolega memintanya ikut bursa ketua partai. Selain Agung, Hidayat dianggap mewakili tokoh senior partai. Tak berpikir lama, ia menerima tawaran itu. "Saya berpikir akan mengakhiri hidup dengan mengurus partai," kata Hidayat.
Sudah lama Hidayat mengawali langkah. Di sela kunjungan ke daerah sebagai Menteri Perindustrian, ia mendekati pengurus Golkar di Jawa Barat dan Jawa Timur. Bekas Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ini juga menyiapkan tim sukses. Ia enggan menyebutkan siapa arsitek pencalonannya. Ia hanya berjanji meluncurkan tim suksesnya seusai Lebaran. "Mereka ini bekerja diam-diam," ujar Hidayat.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Musfihin Dahlan menuturkan sebagian pendukung Hidayat merupakan orang dekat Akbar Tandjung, seperti Bupati Musi Rawas Ridwan Mukti, Ketua Golkar Hafiz Zawawi, dan Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Ahmad Doli Kurnia. Dalam beberapa bulan terakhir, mereka mengkampanyekan Hidayat ke pengurus daerah. "Doli, misalnya, menggarap Sumatera Utara," kata Musfihin.
Sama seperti Agung, Hidayat menjanjikan 70 persen pengurusnya anak muda. Ia sudah membidik sejumlah nama untuk posisi sekretaris jenderal, bidang strategis di partai, dan pengurus daerah. Posisi jabatan publik juga bakal diprioritaskan bagi kalangan muda. Menurut Hidayat, Golkar pernah menjadi penguasa di rezim otoriter. "Tantangan saya membesarkan partai di era demokrasi," ujarnya.
Kuda hitam lain adalah keponakan Jusuf Kalla, Erwin Aksa. Ia disokong Poros Muda Golkar, yang digagas Andi Sinulingga. Erwin dianggap sukses memimpin Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dan membesarkan perusahaan keluarganya, Bosowa. Tapi, kepada sejumlah koleganya, Erwin enggan berterus terang soal keinginannya untuk maju. "Atribut sebagai keponakan Kalla justru menjadi beban," kata Andi.
Erwin memang belum menggalang dukungan, tapi ia tak pasif. Senin dua pekan lalu, ia berbuka puasa bersama tokoh-tokoh Hipmi dan Kadin di rumahnya di Jalan Sukabumi, Menteng, Jakarta Pusat. Sedianya ia ingin mempertemukan Jusuf Kalla dan Aburizal, tapi Aburizal tak hadir. "Kami berharap senior-senior ini bisa duduk bareng," ucapnya.
Erwin mengatakan Golkar membutuhkan pemimpin berpengalaman tapi mau melakukan transformasi. Karena itu, kader yang akan terpilih merupakan tokoh yang energetik, berintegritas, dan kreatif. Soal dukungan untuknya, Erwin menjawab diplomatis, "Kader Golkar banyak yang bagus."
Penyokongnya tak kalah cerdik. Pada awal Agustus ini, sejumlah kader partai bakal melakukan umrah ke Tanah Suci bersama Jusuf Kalla. Andi mengatakan akan melobi Kalla dan Erwin ihwal pencalonan itu.
Yang pasti, jalan menuju munas tak akan mulus. Kamis dua pekan lalu, pendukung Aburizal berkumpul di Pecatu, Bali, atas undangan Ketua Golkar Bali I Ketut Sudikerta. Ketua Forum Silaturahmi DPD I Golkar Ridwan Bae mengatakan mereka tetap patuh pada rekomendasi Munas 2009. "Kami tetap konsisten munas pada 2015," kata Ridwan.
Agung Laksono memahami jalan menuju munas masih terjal. "Seharusnya semua mengacu pada AD/ART partai," kata Agung. Sedangkan Hidayat memahami kegigihan Aburizal mempertahankan posisi ketua umum. Apalagi setelah kegagalan sang ketua umum menjadi calon presiden. "Ini pertarungan jabatan beliau," ucap ÂHidayat.
Wayan Agus Purnomo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo