Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Gus Yahya Larang Para Capres dan Cawapres Gunakan Identitas NU dalam Pemilu 2024

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf melarang para capres atau cawapres menggunakan identitas Nahdlatul Ulama sebagai modal politik di Pemilu 2024.

25 Mei 2023 | 21.20 WIB

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nasir (kedua dari kiri) didampingi Sekretaris Umum Muhammadiyah, Abdul Mu'ti (kiri) bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf (kedua dari kanan) didampingi Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Amin Said Husni (kanan) saat memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan di Gedung Nahdlatul Ulama, Jakarta, Kamis, 25 Mei 2023. Pertemuan tersebut dilakulan dalam rangka silaturahmi kebangsaan dan membahasan isu terkini yang terjadi di Indonesia. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nasir (kedua dari kiri) didampingi Sekretaris Umum Muhammadiyah, Abdul Mu'ti (kiri) bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf (kedua dari kanan) didampingi Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Amin Said Husni (kanan) saat memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan di Gedung Nahdlatul Ulama, Jakarta, Kamis, 25 Mei 2023. Pertemuan tersebut dilakulan dalam rangka silaturahmi kebangsaan dan membahasan isu terkini yang terjadi di Indonesia. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyebut pihaknya melepaskan diri dari politik praktis pada ajang Pemilu 2024 nanti. Ia juga melarang capres atau cawapres yang menggunakan identitas Nahdlatul Ulama sebagai modal politik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Gus Yahya mengatakan agar politikus tidak menggunakan identitas Nahdlatul Ulama. Termasuk, kata dia, hal itu berlaku bagi politikus dari kaum Nahdliyyin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Siapapun, walaupun orang NU ndak boleh menggunakan identitas NU sebagai modal politik," kata Gus Yahya saat ditemui di kantor PBNU Jakarta Pusat pada Kamis, 25 Mei 2023.

Selain itu, kata Gus Yahya, setiap politikus harus berkompetisi menggunakan prestasi dan kredibilitasnya masing-masing. Ia menolak bila pada ajang nanti para politikus menggunakan politik identitas terutama menggunakan Nahdlatul Ulama.

"Dia harus punya kredibilitasnya sendiri, harus punya prestasinya sendiri, dia harus punya tawarannya sendiri, bukan hanya sekedar mengandalkan asal NU saja," ujar dia.

Meski begitu, Gus Yahya mempersilakan bila nantinya ada kader PBNU yang dipilih maju sebagai capres atau cawapres. Namun, kata dia, Nahdlatul Ulama berlepas diri untuk terjun ke dalam politik praktis.

"Silakan, itu kan bukan uruan kami. Itu urusannya partai-partai silakan. Mau pilih siapa aja silakan, dan kami mau liat apa tawaran-tawaran konkretnya," kata Gus Yahya.

Gus Yahya juga mengatakan PBNU tidak akan mengurusi soal capres dan cawapres pada pemilu nanti. Ia menyebut biar masyarakat yang menilai sendiri capres dan cawapres yang berajang dalam pemilu 2024.

"Ya kita mana urusan apa kita harus merestui siapa saja. Memangnya kalau sekarang sampeyan nanya merestui Ganjar Pranowo apakah saya harus jawab? kan enggak usah jawab, bukan urusan kita. Apakah saya merestui Prabowo, ya ndak akan saya jawab wong bukan urusan kami," ujar dia.

Menurut Yahya, hingga saat ini tidak ada partai politik yang berkunjung ke kantor PBNU. "Enggak ada. Sowan ngapain juga," ujar dia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus