TAHUN baru 1 Januari kemarin, dirayakan cukup meriah. Gubernur
Kalbar Kadarusno meresmikan rupa-rupa proyek. Unik juga.
Maksudnya bukan memuliakan itu tanggal, melainkan memang
bersamaan dengan Hut Kalbar ke-19. Sebelum melangkah ke
desa-desa yang saling berjauhan di Kabupaten Pontianak tempat
proyek-proyek berada, Gubernur yang jenderal RPKAD itu
menyantuni dulu para orang berjasa di kota. Ada para
pemenang lomba tanam padi gadu antar petani 1975, Pemenang lomba
desa dan ibu teladan desa. Piagam dan hadiahnya langsung
diserahkan Kadarusno. Juga pelbagai hadiah tanpa perlombaan.
Satu kendaraan buat BKKBN Kalbar, mesin giling jalan buat Dati
II dan generator listrik (janji Menteri Sutami) buat beberapa
kecamatan di perbatasan.
Sedikit di luar kota, masill tanggal 1 Januari, Kadarusno
menyerahkan Asrama Brimob Yon H di Sei Raya. Lalu penyerahan
Markas Komdak Xll Kalbar yang dikerjakan sejak 17 Juli 1973 dan
telah lama ditempati. Gedung ini menelan biaya yang dikeluarkan
secara bergelombang 3 kali dimulai anggaran 1973/1974. Tak ada
cara lain rupanya, sebab gedung bertingkat tiga itu perlu uang
Rp 45 juta lebih.
Acara membagi-bagikan hadiah di kota menelan waktu satu hari.
Maka acara di desa-desa, baru bisa dilakukan keesokan harinya.
Dengan menyusuri jalan sepanjang 2 kilometer melewati sawah dan
pematang, Kadarusno bersama para anggota Muspida Tingkat I dan
pimpinan DPRD harus bersimbah keringat untuk bisa sampai ke
Kampung Beres, Kampung Senakin dan Aur, tempat-tempat proyek
irigasi dan kampung Pahauman tempat proyek jembatan yang akan
diresmikan.
Berlubang
Adapun proyek irigasi Kampung Beres menelan biaya hampir Rp 18
juta. Diambil dari anggaran tahun kemarin dan sebelumnya.
Irigasi ini akan mengairi sawah seluas 100 hektar. "Jangan
sampai proyek yang sudah dibangun pemerintah ini, tak
dipedulikan rakyat" ucap Gubernur berpesan. Maksudnya "kalau
rusak kecil-kecilan rakyat sendiri harus memperbaiki". Tapi
ketika sang Gubernur meneliti bendungan, ia jadi melongo.
Sebab, matanya memergoki lubang di tembok bendungan. Rupanya
ada rakyat yang tak sabar menunggu saat peresmian dan ingin
cepat-cepat mengairi sawahnya, membobol tembok bendungan. "Kalau
ada apa-apa ente yang tanggung jawab". teriak Gubernur jengkel
sembari menunjuk pihak pemborongnya
Lain lagi di Senakin. Kapasitas bendungan melebihi yang
seharusnya, yakni mengairi sawah seluas 300 hektar. Hingga
sebelumnya Kadarusno terpaksa menurunkan perintah agar rakyat
menambah luas sawahnya. Kehilangan akal buat memenuhi perintah
itu para petani Senakin pun ramai-ramai menebangi bukit. Tentu
saja akibatnya bukit-buki jadi gundul. Tapi meski begitu rakyat
tak perlu susah memikirkan air. Sudah tersedia di bendungan yang
menelan biaya Rp 30 juta itu.
Bagaimana irigasi Kampung Aur'? Dengan kapasitas separuh
Senakin, irigasi di sini menelan biaya sekitar Rp 21 juta,
dibiayai anggaran tahun kemarin dan sebelumnya juga.
Meski wajah Gubernur Kadarusman sedikit suram dihadapkan pada
kekeliruan-kekeliruan kecil dengan diresmikannya 3 irigasi itu
ia boleh berlega hati mampu memberi rakyat makmur air. Dan
sebuah jembatan di Sungai Pahauman yang rampung Mei 1975 tapi
baru diresmikan 2 Januari itu akan lebih melancarkan hubungan
di desa-desa sekitarnya. Jembatan sepanjang 20 meter dan lebar
7,75 M menelan biaya Rp 61 juta lebih itu tentunya cukup ampuh
mengatasi kesulitan perhubungan di daerah ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini