INILAH hari-hari akhir Gubernur Alala. Tugasnya, setelah diperpanjang dua bulan sebagai care taker, selesai. "Proses penetapan calon gubernur berakhir lebih awal," kata Alala. "Saya anggap, tugas utama saya sudah selesai." Alala berucap demikian karena DPRD Sulawesi Tenggara telah berhasil menetapkan lima calon gubernur Rabu pekan lalu. Mereka adalah Andi Pangerang Umar, Maola Daud, Yakob Silondae, Laode Kaimuddin, dan Machfud Jakile. Awal pekan ini nama-nama itu diserahkan Madjid Joenoes, Ketua DPRD, kepada Menteri Rudini. Sejak diperpanjang masa jabatannya, 23 September lalu, Alala hampir tak henti-hentinya dililit kemelut. Ada sejumlah demonstrasi, kasus penusukan, pemukulan, penculikan, hingga pendudukan kediamannya. Aksi-aksi itu tak lepas dari pertentangan soal siapa calon gubernur. Alala sendiri dan Golkar setempat berketetapan hati mencalonkan Soleh Solakhuddin. Namun jago ini ditolak Fraksi ABRI, Golkar Pusat, dan Menteri Rudini. Lewat persidangan yang alot, akhirnya nama Soleh dicoret dan digantikan bekas Dirut BTN Machfud Jakile. Mulanya Madjid, dari kubu Alala, memang sudah memplot calon unggulan Golkar, Soleh Solakhuddin itu. Tapi ini ditentang Fraksi ABRI, PPP, dan PDI. Bahkan Fraksi ABRI memunculkan calon tandingan Golkar, Andrey Jufri. Namun Wakil Ketua Fraksi Karya ini dicopot oleh Golkar Sul-Tra karena dianggap tak disiplin. Jalan tampaknya sudah "digariskan" bahwa jago Alala harus kalah. "Menurut saya, demokrasi memang baru sampai di situ," kata Solakhuddin. "Mereka yang berjuang ingin mengembangkan demokrasi, nyatanya hanya demokrasi dagang sapi." Siapa bakal pengganti Alala akan ditentukan oleh Menteri Rudini setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soeharto. Tiga nama akan segera dikirim ke DPRD Sul-Tra untuk pemungutan suara. Nampaknya, menurut sumber TEMPO, yang punya kans besar konon Yakob Silondae. Yang juga menunggu tiga nama untuk dipilih di DPRD adalah Sumatera Barat. Masa jabatan Gubernur Hasan Basri Durin sudah diperpanjang sebulan sejak awal November. Namanya termasuk satu dari lima yang diusulkan DPRD ke Menteri Rudini. Namun Durin tampaknya kurang berkenan di "pusat" untuk masa jabatan kedua, sehingga tak mulus turunnya tiga nama untuk dipilih di DPRD. Posisi Durin kian repot sebab belakangan ia diadukan oleh dua ulama Sum-Bar. Pengaduan dari Ketua MUI H. Harun Yunus dan H.M.S. Datuk Tan Kabasaran ke alamat Presiden Soeharto 24 Oktober itu menyebutkan bahwa Durin dianggap telah menyebarkan fitnah. Durin disebutnya pernah mengatakan bahwa kedua ulama itu, yang tak setuju pencalonan nama Durin oleh DPRD, sebagai ekstrem dan menginginkan negara Islam. "Durin tak pantas mengatakan seperti itu hanya karena ulama tak mau mengikuti kehendak pribadinya," kata Datuk Tan Kabasaran. Dua ulama itu juga mengadukan Durin ke polisi dengan tuduhan mencemarkan nama baik. Durin sendiri enggan berkomentar. "Tanya saja ke polisi," katanya. Kepala Polda Sum-Bar Kolonel Pol. Hendro Pramono menyebut pengaduan itu sebagai perselisihan antara gubernur dan ulama. Keduanya termasuk tigo tungku sajarangan, motto kekompakan antara pemerintah, ulama, dan ninik mamak. Maka polisi tak buru-buru memproses pengaduan itu. "Kami akan menilai dengan saksama apakah perkara itu perlu diteruskan atau tidak." Nama-nama yang pernah diusulkan DPRD, kecuali Durin, dan kemungkinan akan disetujui Rudini untuk dipilih DPRD adalah Sjoerkani dan Sjahrul Ujud. Ketiganya tampaknya punya kans yang sama. Tapi yang bakal jadi tetap saja yang disetujui dari Jakarta. Agus Basri, Fachrul Rasyid, dan Waspada Santing
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini