Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polarisasi politik pada Pilpres 2019 berpeluang besar memecah persatuan bangsa kalau saja Presiden Joko Widodo atau Jokowi tak menggandeng rivalnya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno, ke dalam kabinetnya. Kala itu, rakyat terpecah menjadi dua kubu gara-gara pemilihan kepala negara, pendukung Jokowi: Cebong, dan pendukung Prabowo: Kampret.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketegangan massa selama gelaran Pilpres tersebut tiba-tiba saja berkurang setelah Jokowi mengangkat Prabowo sebagai Menteri Pertahanan dan Sandi sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hubungan Jokowi-Prabowo dari seteru menjadi sekutu memang merupakan dinamika politik yang tak pernah tertebak sebelumnya. Keduanya seperti Abraham Lincoln dan Henry Seward.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Abraham Lincoln adalah Presiden Amerika Serikat (AS) ke-16 terpilih pada Pilpres 1860. Persis seperti Jokowi, Lincoln mengangkat Seward yang merupakan rivalnya ketika itu sebagai penyokong pemerintahnya. Lincoln memberi Seward jabatan sebagai Menteri Luar Negeri. Kisah Lincoln-Seward dari musuh jadi sekutu ini disampaikan Prabowo pada 2019 lalu, usai kalah dari Jokowi.
Prabowo berbagi cerita tersebut saat rapat pimpinan nasional partai di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Rabu, 16 Oktober 2019. Sandiaga Uno, pendamping Prabowo dalam Pilpres 2019, mengatakan kisah Lincoln-Seward menjadi pegangan para kader ihwal sikap politik setelah kalah. Yakni bergabung dengan koalisi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin atau menjadi oposisi.
“Abraham Lincoln itu selama hidupnya fight dengan Seward, tokoh yang lebih senior,” kata Sandiaga Uno di rumahnya, Jalan Pulombangkeng Nomor 5, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 17 Oktober 2019.
Menceritakan ulang kisah yang dituturkan Prabowo, Sandiaga mengatakan permusuhan Lincoln dengan Seward bermula ketika Lincoln menyatakan ingin bertemu dengan Seward di kongres parlemen AS. Namun Seward menolak permintaan tersebut dan bahkan menyebut Lincoln sebagai monyet. Lincoln pun urung bertemu Seward.
Bertahun-tahun kemudian, keduanya terus bertarung secara politik. Termasuk dalam Pilpres 1860. Hingga Lincoln akhirnya terpilih menjadi presiden. Setelah terpilih, Lincoln ternyata menawari Seward untuk menjadi Menteri Luar Negeri atau Secretary of State. Padahal, jabatan ini merupakan posisi ketiga terkuat di AS setelah presiden dan wakil presiden.
“Seward akhirnya nanya, lho kamu tahu kan saya benci banget sama kamu. Kenapa kamu menawarkan posisi menteri luar negeri ini kepada saya,” kata Sandiaga, menuturkan ulang cerita yang dikisahkan Prabowo.
Dia meneruskan, jawaban Lincoln justru mengagetkan dan membuka mata para penasihat dan pendukungnya, termasuk juga pendukung Seward. Menurut Lincoln, dia dan Seward memiliki kesamaan yakni cinta kepada AS. Menurut Sandiaga, Prabowo menyebut bahwa Lincoln memerlukan masukan dari Seward. Lincoln membutuhkan Seward untuk menjadi orang terdekatnya.
“Iya saya tahu kamu benci sama saya, bilang saya monyet dan saya juga benci banget sama kamu, tapi ada satu hal yang tidak bisa dibantahkan, dua dari kita memiliki kecintaan luar biasa kepada United States of America (USA),” kata Sandiaga.
“Karena kecintaan kepada USA dan saya butuh masukan, bukan (masukan) asal bapak senang, bukan orang yang memberikan masukan yang ingin saya dengar. Saya butuh Anda sebagai orang terdekat dengan saya.”
Kisah Jokowi-Prabowo dari musuh jadi sekutu
Tindakan serupa diambil oleh Jokowi. Setelah dua kali menumbangkan mimpi Prabowo sebagai presiden di Pilpres 2014 dan 2019, Jokowi akhirnya meminta Ketua Umum Partai Gerindra itu menjadi pembantu pemerintahannya. Prabowo kemudian bergabung dalam kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Permusuhan Jokowi-Prabowo buyar saat itu juga.
“Sebagai Menteri Pertahanan, Bapak Prabowo Subianto. Dia lebih tahu tugasnya daripada saya,” ujar Jokowi ketika memperkenalkan Prabowo sebagai menterinya.pada 23 Oktober 2019.
Beberapa tahun kemudian, Prabowo buka suara terkait alasan menjadi Menteri Pertahanan dalam kabinet Jokowi. Menurut Prabowo, dirinya dan Jokowi memiliki tujuan sama, yaitu mengabdi pada Indonesia. Jika memiliki tujuan yang sama, maka lebih baik dilakukan dengan kerja sama. Ia pun mengibaratkannya dengan pertandingan sepak bola.
“Gua main sepak bola, tim gue kalah apa kita gebuk-gebukan? Ya itu (berkelahi) menurut saya IQ yang sangat rendah,” katanya di Youtube Deddy Corbuzier, pada 13 Juni 2021.
Selain kisah musuh jadi sekutu Jokowi-Prabowo ini mirip dengan Lincoln-Seward, ternyata ada cerita duel menjadi duet lainnya yang menjadi inspirasi Prabowo. Prabowo mengakui juga banyak terinspirasi dari sejarah perseteruan dua panglima perang Jepang, Tokugawa Ieyasu dan Toyotomi Hideyoshi. Kedua panglima perang itu sama-sama memiliki prajurit kuat, tetapi memilih berdamai untuk kepentingan lebih besar.
Pada kesempatan berbeda, Ketua Umum Partai Gerindra ini juga menekankan alasan menerima tawaran menjadi Menteri Pertahanan dalam kabinet Jokowi. Prabowo menyetujui ajakan Jokowi tersebut lantaran mengikuti insting politik demi masa depan rakyat. Bahkan, ia mengambil jabatan tersebut tanpa berpikir panjang setelah ditawarkan oleh Jokowi.
“Walaupun saya pernah dikalahkan oleh Pak Jokowi, tetapi yang penting rakyat Indonesia menang saudara-saudara sekalian,” kata Prabowo, pada 30 Juli 2023.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | BUDIARTI UTAMI PUTRI | RACHEL FARAHDIBA R