PASUKAN baret merah mencatat prestasi lagi. Dua puluh dua anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang berhasil menangkap pimpinan Fretilin Xanana Gusmao, 20 November lalu, mendapat kenaikan pangkat luar biasa. Mereka terdiri dari enam perwira, 14 bintara, dan dua tamtama. Sabtu lalu, dalam upacara di depan kantor Gubernur di Dili, KSAD Jenderal Edi Sudradjat menyematkan pangkat baru mereka. Adalah Wakil Asisten Intel Kopassus Letkol Mahidin Simbolon, 41 tahun, yang pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel. Anak Samosir, Tapanuli Utara, ini adalah komandan Satgas Intel yang memimpin operasi subuh menjerat Xanana. Tamat SMA di Pangururan (1969), Simbolon masuk Akabri dan lulus pada 1974 -- seangkatan dengan Letkol Prabowo Djojohadikusumo, yang kini Kastaf Brigif Linud XVII Kostrad. Kenaikan pangkat istimewa serupa pernah didapat Letkol Sintong Panjaitan yang membebaskan pembajakan pesawat DC-9 "Woyla" di Bandara Don Muang, Thailand, tahun 1981. Tapi Simbolon tak menganggap prestasinya luar biasa. "Ini biasa-biasa saja. Namanya tugas," ujar perwira baret merah yang sudah tujuh kali bertugas di Tim-Tim sejak 1976 itu. Anak buahnya, Kapten Teddy Laksamana, yang ikut menerobos rumah persembunyian Xanana, juga naik pangkat menjadi mayor. Dua puluh pasukan baret merah yang lain naik satu tingkat. Satgas Intel di Dili memang seluruhnya beranggotakan pasukan baret merah. Mereka bertugas secara bergantian. Dan tugasnya memang mencari, menampung, dan melacak segala info yang masuk. Kabarnya, info tentang tempat berlindung Xanana di Desa Lahane, Dili, masuk sehari sebelum penggerebekan. Info "kakap" model begini bukan luar biasa untuk Satgas Intel. Dan tak sedikit yang menyesatkan. Maka, ketika seorang "germo" bercerita soal wanita-wanita yang konon kencan dengan Xanana, Satgas langsung merekrutnya dalam operasi. Ternyata info yang diterima kelas wahid. Dan Xanana langsung diringkus. Dari "lubang tikus" persembunyian Xanana ditemukan pula sekarung dokumen Fretilin, kabarnya ada juga perlengkapan dalam wanita, dan sepucuk senjata yang agak berkarat. Sebuah penangkapan yang tentu mengagetkan Brigjen Theo Syafei.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini