Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jokowi Unggul di Jawa, Prabowo Kuat di Sumatera

Tingkat kepuasan atas kinerja pemerintah mempengaruhi sikap pemilih.

29 Maret 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para calon presiden, Joko Widodo (kiri) dan Prabowo Subianto, di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta, September 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Hasil survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan bahwa pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, lebih unggul dibanding pesaingnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Dalam survei itu, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf secara nasional mencapai 51,4 persen. Sedangkan Prabowo-Sandiaga memiliki elektabilitas 33,3 persen. Sebanyak 15,3 persen responden menyatakan tidak menjawab atau belum menentukan pilihan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Angka yang tidak jawab atau rahasia ini cukup besar. Mereka mungkin sudah punya pilihan, tapi dia tidak terbuka," ujar peneliti dari CSIS, Arya Fernandez, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keunggulan Jokowi-Ma’ruf dipengaruhi oleh tingkat kepuasan atas kinerja pemerintah yang cukup tinggi, yaitu 72,9 persen. Tingkat kepuasan paling tinggi terletak pada program pembangunan dan infrastruktur, sebanyak 79,2 persen responden menyatakan puas. Sedangkan tingkat kepuasan yang paling rendah berada di sektor hubungan luar negeri dan ekonomi, dengan tingkat kepuasan masing-masing 61,9 persen dan 61,5 persen.

Survei CSIS dilakukan terhadap 1.960 responden di 34 provinsi sepanjang 15-22 Maret lalu. Penarikan sampel dilakukan secara acak menggunakan metode multistage random sampling. Sedangkan margin of error dalam survei ini sebesar +/- 2,21 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Pasangan Prabowo-Sandiaga unggul di Pulau Sumatera dengan tingkat elektabilitas 49,6 persen, jauh meninggalkan Jokowi-Ma’ruf yang memperoleh 37,3 persen.

Menurut dia, untuk daerah yang lebih banyak dihuni oleh suku Melayu, sebagian besar mendukung Prabowo-Sandi. "Kelompok etnis ini suka dengan tipikal orang yang keras dan tegas, dan itu dicitrakan di kubu Prabowo-Sandi."

Pasangan Jokowi-Ma’ruf unggul di Pulau Jawa. Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf paling tinggi di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang mencapai 70 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga hanya 13,9 persen. Kekuatan kedua kubu hampir berimbang di Jawa Barat dan Banten, dengan Jokowi-Ma’ruf mencapai 47,4 persen, sedikit lebih tinggi dibanding Prabowo-Sandiaga yang memperoleh 42,1 persen.

"Untuk Jawa Barat, walaupun banyak yang mengklaim itu basis PKS, tapi secara keseluruhan PDIP masih unggul di provinsi ini," ujar peneliti dari CSIS, Noory Okthariza. Di Jawa Timur, Jokowi-Ma’ruf unggul dengan 49,1 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 23,1 persen.

Jokowi-Ma’ruf juga unggul di Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, hingga Papua. Elektabilitas pasangan nomor urut 01 ini antara 47,9 persen dan 66,6 persen. Sedangkan Prabowo-Sandiaga antara 24,8 persen dan 37,9 persen.

Survei Charta Politika yang dirilis pada Senin lalu juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf mencapai 53,6 persen, mengungguli Prabowo-Sandiaga yang memperoleh 35,4 persen. Prabowo-Sandiaga hanya unggul di Pulau Sumatera dengan perolehan 48,3 persen, sementara Jokowi 43,3 persen.

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan kekuatan terbesar Prabowo di Sumatera berada di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. Menurut dia, selain karena faktor etnis dan geografis, Prabowo-Sandi unggul karena harga karet dan sawit yang anjlok.

Ma’ruf Amin meminta seluruh tim kampanye nasional tidak terbuai oleh hasil sigi. "Kalau bisa itu, jaraknya sampai 30 persen lah."

Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Fadli Zon, mengatakan tidak yakin dengan akurasi sigi lembaga survei. "Banyak lembaga survei tidak tepat," ujarnya. Fadli juga mempersoalkan independensi lembaga survei yang menurut dia banyak merangkap sebagai konsultan partai atau pasangan calon tertentu. "Harusnya survei itu dicatat sebagai bagian dari timses, bukan seolah-olah independen."

DEWI NURITA | ARKHELAUS W.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus