Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Kaw Puik Dan Petani Karet

Pool lelang karet yang dibanfun pemda tk i jambi menghapuskan sistem ijon. para pengijon (kaw puik) berusaha mengacaukan bursa karet. karet dari jambi mulai mengalir ke sumatera barat/sum-sel. (dh)

25 September 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SISTIM ijon yang selama puluhan tahun merajalela di antara para petani karet di Jambi, kini berakhir sudah. Ini tak lain berkat adanya Pool Lelang Karet yang dibangun Pemda Tingkat I Jambi, Nopember 1975 lalu. Hingga kemungkinan manipulasi anak timbangan, harga, mutu karet, yang selama ini bebas dan asyik dilakukan para pengijon alias kaw puik, mudah-mudahan berakhir juga. Sebelumnya para kaw puik yang menyebarkan kebiasaan ijonnya mendapat dukunan Para penusaha remiling (crumb rubber) berupa modal dan sekaligus menguasai harga. Dengan begitu Bursa Karet rakyat Jambi yang terletak di tanah limbun itu, bisa diharapkan membawa perbaikan di banyak sektor bagi petani karet di daerah ini Semua transaksi jual beli karet, cuma boleh berlangsung di pool lelang tersebut. Para petani bebas membawa hasil sadapannya, langsung ke pool atau melalui BUUD/KUD. Dan setiap transaksi jual beli karet, diatasi langsung petugas pool lelang. Dengan harga berdasarkan penawaran tertinggi dari perusahaan crumb rubber di Jambi Harga patokan berdasarkan FOB dari Singapura. Para produsen kalet pun merasa lega. Dengan mudah mereka memperoleh bahan baku yang diperlukan. Jarak dengan pabrik pun menjadi dekat, hingga menghemat ongkos angkut. Tapi tak demikian halnya bagi para kaw puik. Mereka tentu masih penasaran dan pada saatnya agaknya masih ingin berperanan sebagai pengijon. Misalnya dengan mencoba membubarkan atau mengacaukan bursa karet rakyat itu. Tentu tak mungkin secara terang-terangan. Caranya: para kaw puik itu menawarkan karet-karet mereka sendiri langsung ke crumb rubber, yang selama ini sesunggunnya menjadi induk semangnya. Lalu sang induk semang ini, menawar dengan harga tinggi, agar tak jatuh ke crumb rubber lain, yang bukan induk semangnya. Atau: para pengijon itu membujuk-bujuk induk semangnya, agar membeli karet rakyat dengan harga di bawah harga dasar. Bisa juga dengan cara melakukan kesepakatan, antara para pengusaha crumb rubber (induk semangnya) untuk bergilir jadi pembeli hari ini dan seterusnya berikut dengan harga berapa. Cek Putih Sebelum para kaw puik tersingkir oleh sistim pool lelang transaksi jual beli karet di pedesaan dilakukan dengan sistim "cek putih" bertuliskan aksara Cina, melalui semacam bank gelap. Begitu pula antara eksportir di Jambi dan importir di Singapura agaknya terjadi hubungan yang bukan semata atas dasar dagang tapi juga hubungan keluarga atau pertalian darah. Hingga berapa produksi para petani karet sesungguhnya, jumlah bahan baku yang mereka perlukan, tenaga kerja serla kaitannya dengan pajak yang harus dibayar dan Kredit Modal Lancar yang diberikan bank Pemerintah kepada mereka, tak mudah diketahui. Juga apakah itu betul-betul telah sesuai dengan yang dibutuhkan. Semuanya tak diketahui. Berbeda dengan keadaan setelah ada pool lelang. "Walaupun belum berjalan sebagaimana dikehendaki, namun sudah mendapat perhatian semua pihak yang terlibat dalam masalah perkaretan", komentar Gubernur Jamaluddin Tamhunan SH di depan raker Kepala daerah Tingkat II baru-baru ini. Namun tidak berarti perkembangannya tak cerah. Apalagi kabarnya, Ditjen Perhubungan Laut sudah setuju angkutan ekspor karet Jambi dilakukan dengan menggunakan lash yang bertambat di Pulau Batam untuk selanjutnya langsung ke negara tujuan. Jadi tak lagi menggunakan kapal konvensionil. Ini berarti akan mengurangi peranan Singapura sebagai pelabuhan transit. Hingga dengan begitu menurut Gubernur Tambunan, "hasil ekspor karet Jambi yang dikembalikan kepada petani akan meningkat dari 30% jadi 55%' Ada kabar lain dari Jambi. Kare Jambi dari Bungo, Tebo dan Sarolangun mulai mengalir pula ke daerah Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Ini dimunkinkan oleh ongkos angkut yang rendah Atau pembayaran tunai dan variasi harga yang menguntungkan petani. Atau juga karena harga bahan kebutuhan yang menarik. Yang pasti petani punya banyak pilihan memasarkan karetnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus