Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua kali gagal mendapatkan lawan, Tri Rismaharini-Wisnu Sakti Buana punya penantang baru dalam pemilihan kepala daerah Kota Surabaya. Mereka adalah Rasiyo-Lucy Kurniasari, yang diusung Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional. Rasiyo adalah pensiunan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, dan Lucy mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat.
Ketua Partai Demokrat Jawa Timur Soekarwo memastikan Rasiyo-Lucy didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum Kota Surabaya pada masa pendaftaran yang dibuka kembali pada 6-8 September ini. "Insya Allah, kami daftarkan," kata Gubernur Jawa Timur ini, Kamis pekan lalu. Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan juga memastikan Risma-Wisnu mendapatkan penantang. "Saya sendiri yang mengawal," kata Zulkifli.
Sebelumnya, Demokrat dan PAN mengusung pasangan Dhimam Abror-Haris Purwoko. Tapi, pada hari terakhir pendaftaran, Haris Purwoko tidak menampakkan batang hidung. Sebagai gantinya, Demokrat-PAN mencalonkan Rasiyo-Dhimam Abror Djuraid. Tapi KPU Surabaya menemukan surat rekomendasi Abror dari PAN cacat. Ketika mendaftar, Dhimam hanya membawa hasil pemindaian kertas surat rekomendasi.
Pada perbaikan berkas di KPU, Dhimam menyerahkan berkas surat rekomendasi asli dengan tanda tangan basah Zulkifli Hasan dan Sekretaris Jenderal PAN Eddy Suparno. Hanya, nomor surat, penulisan nomor surat, tanggal, dan nomor seri meterainya tidak identik. Dhimam juga tidak mengirimkan dokumen perpajakan. "Berkas tidak memenuhi syarat, Rasiyo-Dhimam gugur," kata Ketua KPU Surabaya, Robiyan Arifin.
Ada cerita di balik raibnya rekomendasi PAN sehingga Rasiyo-Dhimam gagal mendaftar. Kader PAN Jawa Timur yang bertugas mengurus surat rekomendasi, Firda Badri, mengatakan telah menjalin kontak dengan Dhimam untuk mengambil surat tersebut dari DPP PAN di Jakarta. Dari kontak itu, Dhimam menyatakan surat itu akan diambil oleh utusannya bernama Hany Sirisena. "Pak Dhimam bilang Hany pegawai Sekretariat Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur," tutur Firda.
Dhimam memang Ketua Harian Koni Jawa Timur. Kepada Firda, Dhimam mengatakan Hany tinggal di perumahan Pondok Wage, Sidoarjo. Firda menyatakan tak kenal Hany. Tapi, karena percaya kepada Dhimam, ia setuju surat tersebut diambil oleh Hany. Dhimam mengatakan kepada Firda bahwa pada Selasa 11 Agustus itu Hany sedang di Jakarta. Menurut Firda, seorang staf DPP PAN menyerahkan surat tersebut kepada Hany. Sejak itu, surat rekomendasi itu tidak diketahui jejaknya. "Saya tak punya pikiran surat rekomendasi itu akan hilang," ujar Firda.
Tempo mengecek keberadaan Hany Sirisena ke perumahan Pondok Wage ke sejumlah warga yang tinggal di sana. Memang ada seorang pengurus KONI Jawa Timur yang tinggal di perumahan itu tapi bukan Hany Sirisena. Ia bernama Pujianto, pengurus bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. "Pengurus KONI yang tinggal di perumahan ini, ya, hanya saya," kata Pujianto. Nama Hany juga tidak terlacak di kantor KONI Jawa Timur.
Seorang pengurus PAN Jawa Timur mengatakan bahwa Dhimam sempat bercerita tentang peran La Nyalla Mattalitti di balik hilangnya rekomendasi PAN itu. Menurut dia, Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia ini ingin menjegal Risma dengan menghadang munculnya calon penantang. Ditanyakan soal ini, Dhimam menolak menjawab. "Jangan tanya saya, tanya sumber lain," ujarnya.
La Nyalla membantah tudingan tersebut. "Saya tidak kenal siapa nama itu," katanya. Ia juga membantah tudingan ingin menggagalkan Risma-Wisnu. "Saya sedang fokus mengurus sepak bola, ngapain mengurus begituan."
Sunudyantoro, Jobpie Sugiharto (Jakarta), Edwin Fajerial, Muhammad Syaraffah (Surabaya), Nur Hadi (Sidoarjo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo