Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mengajuk praktek stuntman

Shamsul ramli,16, tewas di sarang ban pesawat boeing 747 milik mas, saat pesawat terbang ke afrika selatan. ia masuk tanpa tiket dan paspor.

17 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKETAT-ketatnya penjagaan di bandar udara Subang, Kuala Lumpur, Malaysia, ternyata Shamsul Ramli, 16 tahun, tanpa tiket dan paspor bisa nyelonong sampai di Afrika Selatan, pertengahan Maret lampau. Dan Shamsul tewas di sarang ban pesawat Boeing 747 kepunyaan Malaysia Airline System (MAS) itu. Ceritanya begini. Pemuda tanggung yang hanya lulusan kelas 6 sekolah rendah itu berasal dari negara bagian Kedah tempat kelahiran Perdana Menteri Mahathir Mohamad merantau ke Kuala Lumpur, akhir Februari silam. Padahal di kampungnya, Padang Sanai, Kedah, ia bekerja sebagai gembala kambing kepunyaan seorang tauke Cina. Gajinya terbilang lumayan, yakni 300 ringgit atau sekitar Rp 240 ribu sebulan. Namun Shamsul rupanya ingin mengadu untung di bidang lain. ''Dia katanya mau bekerja sebagai security guard di Kuala Lumpur,'' cerita Siti Zainab Abdullah, ibunda almarhum. Anak pertama dari dua beradik ini tinggal bersama kakeknya, setelah sang ayah menceraikan ibunya. Belum diketahui apa motif Shamsul menyelinap masuk ke areal boarding, dan hebatnya tanpa dipergoki oleh petugas, malahan ia bisa sampai masuk di kolong ban pesawat. Padahal di bandara Subang itu tiap hari dijaga tidak kurang dari 200 petugas keamanan. Ada dugaan, mungkin Shamsul Ramli berniat mudik untuk berlebaran. Karena tidak punya uang untuk naik kereta api ekspres, atau ada uang namun kehabisan karcis dan ia tidak sanggup beli catutan, kemudian ia coba-coba membonceng pesawat. Tapi salah naik. Atau ada lagi dugaan lain yang memperkirakan Shamsul ingin mempraktekkan dirinya sebagai stuntman, seperti yang sering ditayangkan film-film buatan Hollywood. Dalam air memang bisa diduga, kata orang, tapi kasus Shamsul Ramli ini sungguh tidak mudah untuk diajuk. Yang jelas, pesawat tersebut sampai di bandara Jans Smut, Johannesburg, Afrika Selatan, setelah terbang lebih 10 jam. Sepanjang penerbangan dengan kecepatan 320 km per jam dan ketinggian lebih dari 10 ribu meter itu, pilot dikabarkan tidak merasa ada sesuatu yang tidak beres di pesawatnya. Setelah mendarat dua jam, barulah kemudian seorang petugas landasan menemukan jasad Shamsul Ramli terjepit dalam keadaan daging panggang. Seandainya hari itu di saku celana jeans-nya tidak ditemukan kartu identitas, mungkin polisi setempat tidak akan mudah mengenali korban. ''Sebuah tragedi yang memalukan,'' komentar Perdana Menteri Mahathir. Ternyata kejadian yang memalukan di bandara Subang ini bukan yang pertama kali. Menurut surat kabar Berita Harian, 17 Maret lampau, seorang bocah berusia 12 tahun pernah pula sampai di London setelah menyusup masuk ke dalam perut pesawat. Juga tanpa paspor dan tiket. Yang juga tidak kalah memalukan ini pernah dikritik keras oleh PM Mahathir enam bulan silam, dua kali api melalap bangunan di bandara Subang itu. Boleh jadi sudah menumpuk malunya, seperti dilaporkan Ahmad Latif dari TEMPO, kini empat instansi bekerja ekstra keras mengusut kasus Shamsul, yakni pihak MAS sendiri, kepolisian, Departemen Penerbangan Sipil, dan Malaysia Airports Berhad.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus