Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Mengurai Rahasia Maria

Vatikan membuka rahasia ketiga penampakan Maria di Fatima setelah hampir satu abad. Apa pengaruhnya bagi umat Katolik?

9 Juli 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MARIA Henriqueta menempuh 140 kilometer perjalanan dari Lisabon, ibu kota Portugal, ke Fatima, setiap bulan di Sabtu pertama. Selama pu-luhan tahun, wanita Portugis berusia 70 tahun ini menjalani rute itu dengan setia. Di Fatima, sebuah desa gersang dan berbatu-batu di lereng pebukitan, Henriqueta—mengaku sebagai simpatisan komunis—menjalani ritus yang juga dilakukan lebih dari enam juta peziarah setiap tahun: mempersembahkan devosi (penghormatan) khusus kepada Santa Maria.

Dan ada hal lain yang membuat Henriqueta ikhlas mendatangi desa itu jauh-jauh dari ibu kota setiap bulan: Fatima menyimpan sebuah jejak penting bagi penganut Katolik. Di tempat ini, Maria menampakkan diri kepada tiga anak gembala Portugal nun jauh di tahun 1917. Dalam peristiwa itu, Maria menyampaikan tiga rahasia besar kepada dunia. Rahasia itu, yang sebagian telah dipublikasikan pada era 1960-an, dipercayai oleh jutaan umat Katolik sebagai pesan langsung Maria kepada dunia. Juga oleh Henriqueta. Namun, akhir Juni lalu, ibu tua itu tiba-tiba gundah oleh sebuah berita yang dipancarkan dari Kota Vatikan.

Dalam jumpa pers—disiarkan langsung oleh televisi nasional Italia—untuk pertama kalinya, para petinggi Vatikan menyiarkan teks asli "rahasia ketiga" penampakan Maria di Fatima. Dalam hitungan menit, rahasia yang tersimpan selama hampir seabad itu meluncur ke seluruh dunia. "Saya sangat frustrasi. Kita mengharapkan sesuatu yang lebih besar dari rahasia tersebut," ujar Henriqueta kepada TEMPO di sela-sela ziarah bulanannya ke Fatima, pekan lalu.

Reaksi serupa datang dari Nicholas Gruner di Fort Erie, Ontario, Kanada. Padri yang mengelola situs Fatima Center ini dengan gemas berkata, "Mestinya rahasia tersebut bisa dibukakan lebih awal jika isinya 'cuma' itu," ujarnya—seperti dikutip kantor berita Prancis, Agence France Presse. Memangnya, apa isi rahasia yang mengundang "kecewa" itu?

Teks ini menyebutkan, antara lain, pada akhir abad ke-20, seorang pria berjubah putih, mirip Paus, dibunuh sejumlah serdadu yang membidikkan peluru dan anak panah kepadanya di sebuah puncak bukit. Dalam perjalanan dari sebuah kota besar ke puncak bukit, pria berpakaian putih itu menyaksikan kesakitan, penderitaan, dan kematian manusia. Ia mendoakan mereka sembari tertatih-tatih menuju puncak—sebelum rebah dihantam peluru.

Tafsir yang beredar menyebutkan rahasia ketiga itu menyangkut diri Paus Yohanes Paulus II. Ia ditembak pada 13 Mei 1981 oleh Mehmet Ali Agca dari Turki. Banyak yang meragukan kebenaran tafsir ini. "Itu hubungan yang terlalu dicari-cari," ujar cendekiawan Katolik, Jan Riberu, kepada wartawan TEMPO Tiarma Siboro. Tapi Paus percaya. Ia juga percaya bisa selamat dari pembunuhan tersebut berkat perlindungan Madonna—sebutan lain Maria (lihat Fatima, Menjelang Satu Abad).

Namun, Vatikan, sebagai pusat Gereja Katolik, bersikap hati-hati dan konservatif. Kardinal Joseph Ratzinger, Kepala Ordo Doktrin dan Iman, salah seorang penasihat Paus, mengatakan, "Tidak ada misteri besar yang terkuak (dari rahasia ketiga Fatima)." Ia juga menekankan, kepercayaan pada penampakan adalah keyakinan pribadi setiap umat, bukan ajaran resmi Gereja Katolik. "Ini bukan dogma," ujarnya.

Rahasia ketiga penampakan Maria berawal nun jauh di Fatima, Portugal, pada 13 Mei 1917. Selama enam kali—dari 13 Mei hingga 13 Oktober 1917—Bunda Maria muncul di hadapan Jacinta Marto, 7 tahun, Fransisco Marto, 9 tahun, dan sepupu mereka, Lucia de Jesus das Santos, 10 tahun. Tiga anak gembala yang buta aksara ini diminta menyampaikan pesan-pesan pertobatan kepada dunia. Maria juga memperlihatkan tiga penampakan (vision) kepada mereka.

Marto bersaudara meninggal dua tahun setelah peristiwa tersebut. Lucia (kini 93 tahun) menjadi biarawati Carmel. Ia menuliskan kembali penampakan itu pada Januari 1944 dan menyerahkannya kepada Paus Pius XII pada 1957. Rahasia itu terus tersimpan dalam bilik dokumen Vatikan sebelum Paus Paulus VI menyingkap dua rahasia pertama pada 1963-1964, yakni visi Maria tentang neraka serta pecahnya Perang Dunia II dan keruntuhan komunisme di Rusia. Maka, muncul pertanyaan: adakah pengaruh teologis publikasi rahasia ketiga bagi kehidupan iman umat Katolik?

Pastor John Prior S.V.D., pengamat perkembangan sosioreligius, mengatakan bahwa penampakan itu tidak menambahkan sesuatu pada teologi (Katolik). Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Maumere, Flores itu menambahkan bahwa inti dari semua penampakan sebetulnya amat konvensional: supaya umat lebih setia kepada ajaran Kitab Suci, lebih serius bertobat, dan rela berkorban bagi sesama manusia.

Ahli teologi lintas budaya lulusan Universitas Birmingham ini juga menyebutkan, tidak ada tafsiran resmi tentang penampakan dalam Gereja Katolik. "Ini bukan pokok iman. Mau percaya atau tidak, silakan. Yang penting, tafsirannya tidak bertentangan dengan iman," ujarnya kepada TEMPO. Prior menjelaskan, penampakan mungkin saja terjadi selama ada devosi yang tinggi pada Maria. Itu sebabnya visi semacam ini hanya muncul dalam tradisi Katolik yang mengenal penghormatan khusus kepada Maria. Lantas, mengapa Vatikan harus menanti hampir seabad untuk mengumumkan visi ilahiah ini kepada dunia?

Ahli sejarah gereja, Romo Edi Kristianto O.F.M., mengatakan keputusan itu tidak bergantung pada institusi gereja, tapi lebih pada Paus pribadi. Tiga rahasia penampakan Maria menyangkut berbagai peristiwa dalam abad ke-20. Maka, boleh jadi abad ke-20 yang akan segera berakhir ini membuat Paus Yohanes Paulus II menuntaskan "rahasia Maria". Latar belakang Paus, menurut Edi, juga mempengaruhi keputusan itu. Ia berasal dari Polandia, sebuah negeri yang mencintai Maria dengan cara istimewa.

Alhasil, kejadian pada akhir Juni lalu itu lebih merupakan pengumuman dokumen sejarah ketimbang sebuah terobosan teologis. Dan inti kehidupan umat—bahkan bagi mereka yang paling mencintai Maria—sebetulnya tak pernah bergeser dari dasar yang ditetapkan Yesus Kristus tatkala mendirikan Gereja Katolik, 20 abad lalu: hidup menurut hukum cinta kasih.

Hermien Y. Kleden,
Levi Silalahi (Jakarta), Antonio Ramos Naikoli (Fatima, Portugal)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus