Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mudik lagi, berjejal lagi

Tim pelayanan dan keamanan terpadu dibentuk untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, pada masa lebaran. kapasitas angkutan dinaikkan. tim terdiri dari Polisi, DLLAJR sampai Camat.

11 April 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKALI dalam setahun, sebuah gerakan massal selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Orang-orang menyandang tas gembung, menenteng buntalan besar, kotakkotak kardus, dan kopor-kopornya, tiba-tiba saja menyerbu segala macam alat angkutan. Ada juga barisan mobil merayap di jalan-jalan luar kota. Tujuannya cuma satu. Pulang ke kampung halaman, berziarah dan merayakan Lebaran, alias mudik. Tradisi ini bisa jadi tak ada duanya di seluruh jagad. Masalah yang tercipta juga tak tertandingi. Bayangkan, lewat angkutan darat saja diperkirakan ada 3,3 juta orang yang akan mengalir keluar dari kota-kota besar di Jawa pulang ke desa-desa. Arus orang sebanyak itu akan mengalir selama 19 hari, mulai 29 Maret hingga 19 April nanti. Manajemen transportasi yang paling hebat pun pasti akan kelabakan menghadapi lonjakan permintaan di luar batas ini. Jalan keluar satu-satunya adalah kompromi. Sedikit kurang nyaman tak menjadi soal. Yang penting terangkut. Itu bisa terlihat di angkutan kereta api yang mendapat bagian mengangkut 2,2 juta orang. Kapasitas kursi setiap hari yang disiapkan tercatat hampir 78 ribu. Namun gerbong-gerbong akan dijejali penumpang satu setengah kali lipat lebih besar. "Kapasitas angkut yang disediakan hampir 117 ribu orang per harinya," kata Direktur Utama Perusahaan Umum Kereta Api, Anwar Suprijadi. Tak heran, jika sampai ke WC dan sambungan gerbong pun bakal penuh dihuni penumpang. Apalagi pada hari puncak keramaian yang oleh Anwar diperkirakan akan jatuh pada tanggal 3 April ini, dua hari sebelum Lebaran. Penumpang saat itu diperhitungkan bakal meledak mencapai 158 ribu orang dalam sehari. "Pokoknya gerbong akan ditambah sampai batas maksimum lokomotif kuat menariknya," tutur Anwar. Yang tak kalah pusing adalah pengelola jalan raya. Sampai sekarang, trauma kemacetan total yang terjadi di jalan raya Cikampek-Cirebon nampaknya masih menghantui seluruh aparat keamanan. Jalan yang biasanya ditempuh dalam tempo paling lama dua jam itu, harus dirayapi selama lebih dari 24 jam saat itu. Masyarakat yang semakin kaya membuat mudik dengan mobil pribadi, bukanlah suatu hal yang terlalu mewah untuk dijangkau. Akibatnya jalan membludak dengan berbagai jenis mobil, dari yang butut sampai yang masih mengkilap. Untuk itu Menteri Perhubungan sampai harus mengeluarkan Instruksi Khusus untuk membentuk Tim Pelayanan dan Keamanan Terpadu yang terdiri dari Polisi, Dinas Angkutan Lalu Lintas dan Jalan Raya (DLLAJR), sampai Pak Camat. Di Jawa Barat, duapertiga dari seluruh polisi yang ada diturunkan ke jalan raya. Jumlahnya mencapai 10.500 orang. Ini masih dibantu oleh sekitar 1.700 anggota ABRI dari berbagai kesatuan lain, belum terhitung Hansip atau petugas DLLAJR. Puncak dari semua persiapan ini adalah terbangnya 4 helikopter, 1 April ini, untuk mengatur jalannya operasi dan menonton iring-iringan mobil yang mengular di bawah. Dua heli akan ditumpangi Kapolda dan aparatnya, satu heli mengangkut Pangdam Siliwangi, dan satu lagi menerbangkan Gubernur Jawa Barat. Kompromi yang lain juga bisa dicatat di laut. Kapalkapal PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) terpaksa harus menambah 20 persen kapasitasnya untuk kelas ekonomi. Total kapal Pelni akan menyediakan 13.500 ribu tempat selama masa Lebaran ini. Penambahan ini sudah melebihi sertifikat angkut yang menyangkut juga fasilitas penyelamatan dalam keadaan darurat. Artinya, kalau di kapal itu ada sekoci untuk 1.000 orang, maka yang naik ke atas kapal adalah 1.200 orang. "Ini merupakan dispensasi pemerintah," kata Kepala Humas Pelni, Sudarsono S. Bukan berarti Pelni ceroboh. Masalahnya, untuk mengubah disain kapal dengan menambah sekoci tampaknya tak memungkinkan. Namun, "Alat penyelamat kan bukan cuma sekoci. Bisa pakai kapsul dan pelampung," kata Sudarsono. Dalam perhitungan Pelni itu sudah mempertimbangkan aspek keselamatan. Dalam prakteknya nanti, bisa jadi situasi akan lain sama sekali. Pengalaman tahun lalu menunjukkan demikian. Kapal penumpang Pelni tak cuma ditambah 20 persen kapasitas, namun terus dijejali penumpang sampai miring. Hebatnya, kapal miring itu selamat berlayar dari Pontianak sampai ke Jakarta. Di udara, cerita agak lebih enak. Di sini tak ada jejal menjejal penumpang. Namun berbagai perusahaan penerbangan tetap saja mesti mengerahkan secara maksimal segala daya dan upaya. Merpati, misalnya, untuk Lebaran menyediakan 10 ribu tempat duduk. Ini dua kali lipat kapasitas normal. Seluruh penumpang ini akan diangkut oleh 89 pesawat lewat 117 kali penerbangan. Garuda yang jadi induk Merpati juga akan menyediakan sekitar 10 ribu tempat duduk. Bisa jadi persoalannya di sini bukan jejal menjejal, tapi calo yang bersimaharajalela. Bukan cerita baru jika ada penumpang yang setengah mati membeli karcis dari calo lantas mendapati pesawat yang ditumpanginya ternyata hanya separuh terisi. Namun Kepala Humas Garuda Jansius Siahaan, berjanji tak akan ada lagi cerita brengsek seperti itu. "Kami sekarang mengutamakan pelayanan," katanya berpromosi. Jika semua hingar bingar ini usai, pelanpelan semua orang itu akan kembali. Satu hal yang juga selalu terjadi, jumlah yang balik akan lebih besar dibanding yang keluar dulu. Sanak saudara yang terpikat akan cerita gemerlapnya kota selalu tak bisa dicegah untuk ikut mengadu nasib. Data dari terminal Pulogadung di Jakarta menunjukkan hal itu. Tahun lalu, jumlah orang yang berangkat dari sana 322 ribu penumpang. Ternyata penumpang yang balik tercatat 541 ribu lebih. Merekalah yang tahun depan akan mudik lagi. Berjejal lagi. Yopie Hidayat, Ardian Taufik (Jakarta), Happy Sulistiadi, Dwiyanto Rudi (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus