Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim meluncurkan aplikasi atau platform Merdeka Mengajar. platform ini katanya untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, platform ini ke depan akan serupa teman para guru untuk mewujudkan Pelajar Pancasila. Sebab, di dalamnya berisi konten-konten untuk mengajar, belajar hingga berkarya sehingga guru dapat terus mengembangkan dirinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau saya guru, aplikasi ini membantu mengajar kurikulum merdeka secara efektif," ucapnya dalam konferensi pers secara daring, Jumat, 11 Februari 2022.
Dalam membentuk platform ini hingga bisa diluncurkan, mantan Direktur Utama Gojek tersebut mengaku bekerja sama dengan Gov Tech Edu yang merupakan bagian dari unit PT Telkom Indonesia. Kontennya berbasiskan Kurikulum Merdeka.
"Itu ada materi konten yang berbasis Kurikulum Merdeka. Jadi ada berbagai macam konten dari berbagi macam mata pelajaran untuk aplikasi," tegas Nadiem.
Fungsinya sebagai alat bantu mengajar, Nadiem menjelaskan karena perangkat ini memiliki lebih dari 2000 referensi perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka. Juga dapat membantu guru menganalisis diagnostik literasi dan numerasi dengan cepat.
Adapun fungsinya sebagai tempat belajar, guru dapat memperoleh materi pelatihan berkualitas dan mendapat beragam video inspiratif untuk mengembangkan diri dengan akses yang tidak terbatas. Kemudian, guru bisa berkarya dan saling berbagi inspirasinya serta bisa berkolaborasi.
"Semua guru-guru bisa masuk dengan akun pembelajaran belajar.id yang dapat mengakses platform Merdeka Belajar melalui android atau website karena super mayoritas guru kita gunakan android," tuturnya.
Nadiem mengaku pembuatan platform ini sangat serius karena ini diharapkan di masa depan ini menjadi bagian dari perencanaan dan kemajuan karir para guru. Selain itu juga ditujukan untuk menciptakan jejaring profesi guru secara keseluruhan.
Baca juga: Kurikulum Darurat Dipakai 31,5 Persen Sekolah di Indonesia Selama Pandemi