Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Namanya gusyati. ia kepala polisi

Lettu dwi gusyati dilantik sebagai kapolsek pasar kliwon, solo. daerah tersebut dianggap cukup rawan. wanita pertama yang diangkat menjadi kapolsek dalam sejarah kepolisian ri.

12 September 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

POSTURNYA atletis. Tinggi 170 cm. Rambutnya dipangkas pendek. Sorot mata tajam. Dialah Letnan Satu Dwi Gusyati, yang membuka lembaran baru dalam sejarah Kepolisian RI, dengan menjadi kepala polisi sektor (kapolsek) wanita yang pertama di Indonesia. Bisa dimengerti bila pelantikan Dwi oleh Kapolda Ja-Teng, Mayjen Muslihat, dilakukan berbareng dengan upacara peringatan HUT Polwan ke-39, tanggal 1 September lalu di Purwokerto. Kemudian, Sabtu pekan lalu wanita ayu berusia 30 tahun ini menerima tongkat komando Kapolsek Pasar Kliwon, Solo, dari pejabat lama Lettu Pol. Suwono, dihadiri para kapolres dari seluruh daerah Surakarta. Dalam amanatnya, Kapolwil Surakarta Kolonel Soenarhardjadi, selaku inspektur upacara, mengingatkan, daerah kekuasaan hukum Kecamatan Pasar Kliwon cukup vital. Dengan luas areal 4,1 km2, Dwi bertanggung jawab atas daerah hukum di 9 kelurahan yang berpenghuni 80 ribu orang. Di situ ada bangunan kantor wali kota, gedung DPRD, bank Central Asia (BCA), pasar Klewer, juga Keraton Kasunanan yang terbakar dua tahun silam. Sebagai daerah yang dikenal cukup peka dan rawan, sektor selektif Pasar Kliwon memang menyimpan banyak catatan. Di kawasan itu terdapat kompleks lokalisasi WTS Silir. Pernah terjadi di kawasan itu peristiwa rasialis antara warga pribumi dan warga keturunan Arab, 1971. Wilayah ini juga pernah menjadi sarang suatu kelompok Islam sempalan. Menghadapi semua itu, Dwi Gusyati sudah siap. Ia menatap tugas masa depannya dengan optimistis. "Saya cukup bergairah, dan saya sadar akan daerah saya," katanya kepada TEMPO pekan lalu. Dalam menjalankan tugas baru, sarjana muda IKIP Semarang Jurusan Pendidikan Sosial ini siap bertindak tegas. Juga arif. "Kearifan, kehalusan jiwa, itu naluri wanita," katanya. Kodrat ini tentu dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus yang berlatar belakang keluarga, misalnya. "Saya orangnya cukup tabah, kok." Dwi, anak kedua dari delapan bersaudara mungkin menjadi pemberani karena lahir sebagai "anak kolong". Ayahnya, Demin Ika Kusuma, seorang polisi berpangkat pembantu letnan satu (pur.). Sejak kecil Dwi memang bercita-cita menjadi polisi. Karena itu, begitu menjadi sarjana muda, ia masuk wajib militer dan memperoleh pendidikan di Pasir Jati, Bandung, dan Sukabumi. Lulus pada 1980, ia dilantik dengan pangkat letnan dua. Sebelum dipindahkan ke Solo, ia bertugas sebagai anggota Patroli Jalan Raya (PJR) di Polda Ja-Teng, Semarang. Dwi menolak pandangan bahwa wanita itu lembek dan sentimentil. "Itu pandangan kuno. Manja dan sentimentil itu hanya pada kondisi tertentu di dalam keluarga," ujarnya tegas. Dengan caranya sendiri, Dwi siap menindak para gali dan penjahat lain tanpa grogi. Menempati kantornya yang baru, dekat Pagelaran Keraton, Dwi mengaku masih menata program. "Saya masih membutuhkan banyak informasi mengenai daerah kekuasaan hukum saya," katanya. Yang sudah pasti, ia antara lain akan memusatkan perhatian pada pengamanan proyek pembangunan Keraton Kasunanan yang diperkirakan rampung akhir tahun ini. Sebaliknya, selaku abdi pengayom dan aparat penegak hukum, perwira pertama ini berjanji akan memperhatikan penampilan bawahan. Bahkan secara fisik. "Anak buah saya boleh pakai kumis dan jenggot asal rapi," katanya berseloroh. "Suami saya, Baskoro, juga berkumis, lho." Suaminya itu -- mereka menikah setahun yang lalu bekerja di BKKBN Boyolali. Tampaknya, aparat di Polsektif Pasar Kliwon sudah siap menerima konsekuensi kepemimpinan Letnan Dwi Gusyati. "Saya tidak akan menyepelekan komandan saya meskipun ia wanita," kata Sersan Kamlang Budhayana. "Kami tetap akan disiplin." Tutur rekannya, Sersan Haryanto, "Ya, kami baru sekali ini punya atasan wanita. Kami senang." Agus Basri Laporan Kastoyo Ramelan (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus